14

52 3 0
                                    

"Anu tuan, sebenarnya kami berniat mempertemukan tuan sama Riska. Katanya kan tuan bilang tadi sama Kiki kalau tuan mau ketemu sama Riska, terus Kiki minta bantuan saya. Yaudah sekarang saya jemput dia sama Kiki."

"Ya tapi kan maksud saya enggak mesti sekarang-sekarang juga. Pulang kerja kalian langsung kesana emang enggak capek? Kenapa enggak di hari libur aja?" tanya Dylan heran.

"Enggak tuan, pokoknya sekarang kita bakal balik ke rumah tuan. Saya tutup ya tuan. Malam."

"Tung---"

Dylan belum selesai bicara tapi Putra sudah mematikan ponselnya terlebih dahulu. Putra melihat jamnya, sudah satu jam tapi kok Kiki belum kelar juga ya?

"Putra.."

Tiba-tiba Kiki muncul dihadapannya dalam penampilan yang begitu tidak bisa ia kenali. Baju kasual, dibalut jaket dan rok selutut disertai juga rambut hitam panjang yang begitu indah. Putra berkedip-kedip, ia kucek kedua matanya coba memastikan. "I-ini Kiki?"

"Bukan, ini Riska." ucap Kiki. Putra tertawa.

"Cantik banget sih si Kiki, kalo gini sih gue juga bisa naksir." batin Putra.

"Ayo Put, kita kesana. Tuan muda takut keburu tidur." ucap Kiki. "Ayo." ucap Putra seraya bangkit dari kursinya.

Sekitar pukul 19.30, Dylan berjalan menuju taman depan rumahnya, dari jauh Dylan bisa melihat ada satu orang laki-laki dan seorang perempuan berambut panjang didepan sana, meski tampak samar-samar ia melihatnya. Yang ia cukup tahu lelaki itu adalah Putra, dan entah siapa perempuan itu. Posisi mereka saat itu membelakanginya.

Dylan berjalan cepat menuju mereka. Lalu ketika sampai dibelakang mereka, ia segera berkata. "Putra." ucap Dylan yang langsung membuat dua insan dihadapannya memutar tubuh dan melihat ke arahnya.

Dylan tersentak saat melihat gadis berkacamata dihadapannya yang tampak sangat cantik dan anggun. Bahkan ketika ia melihatnya seperti ada cahaya berbinar disekitar wanita itu.

Dia benar-benar sesuai seleranya. Rambut hitam panjang, memakai rok dan cantik.

Meski begitu, Dylan mencoba untuk bersikap biasa saja dengan memalingkan wajahnya langsung ke arah Putra.

Ia mengalihkan dengan hal lain. "Kiki mana? Kok enggak keliatan? Bukannya kamu pergi kesana sama Kiki?" tanya Dylan heran. Kiki merasa dicecar.

"K-kiki lagi.... Enggak enak badan tuan. Makanya dia langsung balik kerumah sebelah." ucap Putra.

"Enggak enak badan? Dia pasti kecapean itu, atau masuk angin. Coba kamu kasih dia obat anti masuk angin, biar besok dia bisa segar lagi." ucap Dylan.

"I-iya tuan." balas Putra. Kiki membatin. "Perhatian banget sih tuan. Jadi geer." Setelah mencuri-curi pandang melihat Dylan seraya tersenyum.

Dylan mengernyit heran. Kiki langsung mingkem.

"Jadi kamu yang namanya Riska itu?" tanya Dylan.

"Iya Pak. Saya Riska, teman Kiki." ucap Kiki langsung menyodorkan tangannya, mengajak Dylan bersalaman. Dylan mengabaikan salamannya itu dan langsung mengajaknya duduk di kursi sekitar sana.

"Ayo duduk disini." ajak Dylan. Kiki merasa sedikit sebal karena salamannya diacuhkan, meski begitu ia tetap mengikuti permintaan Dylan untuk duduk di kursi yang ada disana.

Mereka saling duduk bersebelahan. Putra ijin pergi meninggalkannya, meski sempat Kiki menarik-narik Putra meminta tetap ditemani. Sayangnya Putra menang dalam usaha itu dan berhasil kabur.

Kiki cemberut, mengembungkan pipi. Ia tegang, serasa sedang berduaan dengan presiden.

"Kamu udah lama kenal Kiki?" tanya Dylan.

Bukan Selera, Tuan Muda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang