33

43 1 0
                                    

"Kayak yang tuan ketahui sejak dulu kalau yang melakukan tragedi belasan tahun silam kandidat pertamanya adalah ayah tuan, karena beliaulah yang paling kelihatan sangat membenci keluarga non Kiara. Tapi ada hal yang harus tuan tahu, kalau ada kandidat lain selain ayah tuan." ucap Putra. Dylan tersentak.

"Siapa?" tanyanya.

"Itu adalah tuan Richard, direktur dari perusahaan DK group." ujar Putra. Dylan tersentak.

"Gak mungkin ... Kamu tahu dari mana? Apa kamu yakin tentang hal itu? Apa kamu memiliki bukti kalau dia yang melakukannya?" tanya Dylan.

"Belum tuan, tapi saya mendengar percakapan antara tuan Richard dan tuan Arsen. Dimana, mereka saat itu sibuk membicarakan permasalahan yang menyangkut lima belas tahun lalu. Saya yakin itu ada hubungannya sama masalah non Kiara." ujar Putra.

Dylan tersentak mendengarnya.

Ia lantas berkata. "Saya masih enggak percaya, masalahnya DK group selama ini sangat loyal kepada perusahaan kita, bahkan tidak pernah ikut campur urusan pribadi saya. Tidak pernah aneh-aneh lah, om Richard juga orang yang baik sama saya." ujar Dylan.

"Iya, saya juga ngiranya begitu pas awal. Tapi dibelakang keliatannya beda tuan. Malah saya curiganya tuan Richard itu sekongkol sama bapaknya Non Klarissa buat ngelakuin rencana pembunuhan itu." ujar Putra.

Dylan merasa heran. "Masa sih ya?" tanyanya. Kiki tiba-tiba berkata.

"Makanya aku berencana buat mencari tahu semua ini. Aku ingin tahu apa motif mereka melakukan semua itu dan memastikan apakah memang benar pelakunya itu adalah mereka." ujar Kiki. Kedua lelaki itu pun dengan serentak wanitlangsung menolak. "Jangan! Lo gak boleh kemana-mana!" tandas Putra. Lalu disusul oleh Dylan.

"Jangan ngaco kamu Ra. Kamu pikir persembunyianmu kesini itu buat apa? Kan sejak awal memang untuk menghindari mereka." cegah Dylan.

Kiki merasa bingung, padahal ia sangat ingin ikut mencari tahu tentang mereka.

Di lain sisi, di sebuah restoran bintang lima. Arsen dan Richard sedang duduk berhadapan, tak lain mereka sedang membahas tentang hal yang begitu menarik.

"Sepertinya mereka sudah mulai merasakan imbasnya. Banyak relasi perusahaan saya yang justru ikut meninggalkan mereka. Sejujurnya saya sedikit kasihan dengan mereka tapi ya sudahlah. Saya tidak merasa saya berada di pihak mereka juga. Saya cuma ingin tahu seberapa lama mereka akan dapat bertahan." ujar Richard yang lantas membuat Arsen tertawa.

"Ya, orang yang terlalu sering berada diatas bukankah seharusnya merasakan juga bagaimana manisnya berada di bawah? Saya kesal loh, tiba-tiba saja mereka memutuskan untuk membatalkan pertunangan anak saya secara sepihak. Sangat malu rasanya, apalagi dia anak perempuan saya satu-satunya. Seakan dia menolak mentah-mentah anak perempuan yang saya sayangi dan banggakan itu. Seolah-olah dirinya tidak bernilai apa-apa di matanya. Saya sangat kesal dengan ini." ujar Arsen. Ia kembali melanjutkan.

"Apalagi pernikahan mereka memang sudah saya rencanakan sejak dulu, semenjak usia mereka masih sangat muda. Kami selalu membicarakan hal itu bahkan di setiap waktu kami bertemu. Seakan keluarga mereka benar-benar mengkhianati keluarga saya." lanjutnya lagi.

"Benar, makanya saya ingin melihat seberapa tahan mereka berada di posisi seperti itu." ujar Richard.

"Sepertinya kasus tragedi itu masih belum ditutup. Apa kamu tidak merasa cemas karena ini? Bahkan dengar-dengar ada mereka kembali melanjutkan investigasi itu setelah lama tertunda." ujar Arsen.

Richard tersenyum licik. "Tidak apa-apa kita lihat saja, bahkan sebelum mereka benar-benar menemukan siapa pelakunya, kita sudah lebih dulu menghilangkan jejak." ujar Richard.

Bukan Selera, Tuan Muda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang