17. TAS

4.8K 288 18
                                    

Makasih udah yang mau nunggu cerita ini update🧡

Jantung dara berdegup kencang, ia masih mencerna apa yang sebenarnya terjadi, kini daffa tak lagi berpihak kepada nya, apakah dara tak bisa menghapus kematian dara di tangan daffa. Ia benar-benar takut bukan takut untuk mati tapi ia belum menepati janji nya kepada dara asli untuk bahagia, saat ini dara belum menikah bahkan belum lulus sekolah.

Degup jantung dara semakin mengencang saat daffa menarik nya masuk ke ruangan itu. Hal pertama yang ada di benak dara adalah bau obat, ruangan yang baru saja ia masukin itu benar-benar bau obat. Dan dara benci sekali bau obat, Akh sial.

Diruangan itu pun ada beberapa orang asing yang wajah nya tak pernah dara lihat, semua nya tampak seperti paruh baya kecuali dara dan daffa.

Daffa mendudukkan dara di ranjang yang serba putih, lalu kemudian ia tekukkan kedua lutut nya di depan dara, menggenggam erat jari-jemari kecil milik gadisnya

"Maaf ya, aku keliatan jahat banget ya tadi? "

Dara diam, tak bisa menjawab belum mengerti dengan keadaan ini.

"Dari tadi kakak terus di perhatiin, sama seseorang yang gakbisa aku jelasin untuk sekarang, tapi tadi cuma acting, aku minta maaf. Kakak pasti kaget banget. " daffa menghembuskan napas nya melihat dara lagi-lagi diam, ia pun merebahkan kepala nya di pangkuan dara, sambil terus menggumamkan kata maaf.

Tubuh daffa tersentak saat merasakan sapuan halus di rambut nya, dengan cepat dara mendongak melihat dara yang tersenyum tipis, " i'm ok, tadi cuma kaget aja. " ucap dara pelan nyaris berbisik.

"Maaf, aku gak tau kalo kakak bakal se-kaget itu, "

"It's ok, dan berhenti minta maaf. "

"Maaf aku gak bisa cerita sekarang, nanti aku dirumah, setelah kak di periksa, disini gak aman bisa di endus siapa pun, jadi nanti kita pulang duluan aja biar nanti aku yang telpon papa. " ucap daffa memberi penjelasan.

Dara mengangguk-angguk kepala nya pertanda setuju, eh apa tadi di periksa?, " daffa aku gak sakit, "

"Yang bilang kakak sakit siapa? "

"Hah?, terus buat apa aku diperiksa? "

"Buat periksa anak aku. "

Deg

Tubuh dara menegang, ia menatap takut ke arah daffa yang terlihat santai, " da-daffa kamu tau? " tanya dara takut-takut.

Laki-laki yang berada di depan nya itu terlihat mengangguk-angguk kepala, " dengan beberapa kali melihat kakak muntah cairan bening terus minta beliin aneh-aneh ke bibi mery, gimana aku gak tau hm? "

Daffa memang tidak kelihatan marah, tapi dara tau ada sorot kecewa di manik coklat terang milik adik nya itu.

"Aku gak bermaksud nyembunyiin, tapi daff, kita masih sekolah, apalagi kamu masih kelas sepuluh. Aku takut kalo kamu tau kamu bakal suruh aku gugurin anak gak bersalah ini, terus gimana kalo papa tau? Aku hampir stres mikirin kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi kedepan nya. Aku gak sanggup nerima rekasi papa nanti tapi aku gak mau bunuh anak aku. "

Dengan lembut daffa menghapus air mata dara yang berjatuhan, ibu hamil memang mudah terbawa perasaan alias baperan.

"Aku gak bakal mau bunuh anak aku kak, kita jaga sama-sama kita rawat sama-sama, aku pasti bakal tanggung jawab. " ujar daffa yakin.

Sementara dara memandang terkejut kearah daffa, " apa yang bakal kamu pertanggung jawab in? Kita sodara kandung daffa, kita udah mengalakuin dosa besar, dan gimana pendapat orang-orang kalau sodara kandung menikah, aku gak mau di pandang jijik, aku gak siap daffa. " isak dara frustasi

The Antagonis Sister [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang