"DADDY!!"
"GAK USAH TERIAK, KENAPA SIH?"
"APASIH DADDY INI LOH KOK TERIAK"
"KAMU YANG TERIAK DULUAN KE DADDY"
"DADDY JAHAT"
"MANA ADA DADDY BAIK, DADDY EMANG JAHAT"
Hyojun dan Sujin hanya mengamati perdebatan antara Daddy mereka dan Seungjin sembari makan sereal.
"DAD-"
Prangg
Itu panci dilempar sama Seungjun :)
"Udah selesai?" Tanyanya berkacak pinggang dengan menggendong Jiji yang menangis.
"Udah" Jawab sang suami dengan nyali yang menciut, Hyojin mengambil panci kecil yang dilemparkan Seungjun tadi dan mengembalikannya ke dapur, sementara Seungjin duduk di single sofa dengan tangannya yang bersedekap.
"Daddy jahat Mom, Seungjin tadi dimarahin" Bahkan Seungjun sendiri tau jika anaknya yang lebih dulu berteriak kepada suaminya. Jika Hyojin tidak terpancing maka kenapa juga dia berteriak.
Seungjun mendudukkan dirinya diantara Sujin dan Hyojun yang anteng makan sereal. Ia menenangkan Jiji yang masih terus menangis karena tidurnya terganggu oleh suara menggelegar dari Daddy dan Kakaknya, padahal Seungjun ini lagi tidur juga karena ngantuk, eh kebangun.
"Jiji cantik, cup cup cup ya sayang jangan nangis. Kalau nangis nanti jadi jelek kayak Seungjin" Hyojun menepuk-nepuk pantat Jiji dengan lembut.
"HYO-"
Seungjun menoleh kearah Seungjin dan anaknya terdiam begitu saja. Okay Seungjin sadar diri dan gak akan cari gara-gara sama Mommy nya karena sepertinya dia akan mendapatkan masalah yang sangat besar nantinya. Ia akhirnya pindah duduk disamping Sujin saja. Dan karena gak muat, si Sujin dengan sukarela memangku Seungjin.
"Mommy, maaf. Yang salah Daddy ya bukan Seungjin" Ucapnya lagi sembari memohon kepada Seungjun.
"Kenapa Daddy terus yang salah? Kamu ngajak Daddy musuhan?" Hyojin kembali dari dapur dengan membawa satu bungkus jeli berbentuk bintang. Ia sedang marah dan untuk menenangkannya hanya bisa dengan makanan. Hyojin mendudukkan dirinya pada single sofa.
Jadi sebenarnya tadi itu mereka-mereka ini akur memasang Lego bersama. Seungjin yang melihat Daddy nya hanya melihat dan tidak membantu kemudian berteriak karena kesal. Daddy nya kan main sama mereka, tapi malah fokus pada tab yang di pegangnya.
"Bisa diam? JIKA KALIAN INGIN MENERUSKAN PERTENGKARAN, PERGI DARI SINI DAN BERKELAHI SANA DI LUAR"
Karena terkejut lagi, Jiji menangis semakin keras.
"Ayo jalan-jalan Ji sama Kakak. Siniin aja Mom biar Sujin yang diemin" Seungjun dengan hati-hati memindahkan gendongan bayi berusia 3 bulan itu pada Kakak sulungnya.
"Utututu, Jiji cantik ayo jalan-jalan" Sujin perlahan turun dari sofa dan mengajak Jiji berkeliling.
"Hyojun mau ikut Sujin aja" Hyojun juga menyusul Kakaknya, entah kenapa atmosfer di ruang tamu menjadi sangat menyiksa karena aura dari Mommy nya yang tidak bersahabat.
"Hyojin,"
"Anak lu Jun yang mulai. Kenapa gw mulu yang disalahin?"
"Anak kita, anak kita Hyojin"
"Serah" Hyojin menyumpalkan banyak sekali jeli bintang ada mulutnya sendiri.
Seungjun hanya menghela nafasnya kemudian menoleh pada Seungjin yang duduk meringkuk padanya. Kenapa sih susah sekali membuat kedua orang ini akur? Ya memang jarang sekali mereka bertengkar dengan serius tapi ya.
"Daddy kan main sama kami tadi, tapi hanya melihat saja. Daddy sibuk sama tab nya gak tau ngapain, harusnya Daddy bisa kesetrum juga kalau main tab terus dan gak main sama kami" Cicit Seungjin pelan, ia beneran takut sama aura Mommy nya kali ini. Udah kayak guguk lepas katanya.
"Gw ngecek list drama tadi, hanya sebentar kok" Hyojin mulai terpojok disini dan tatapan mata Seungjun yang seakan mengutuk dirinya juga membuatnya agak takut. Jarang sekali Seungjun marah dan hanya diam seperti ini, inilah sesuatu yang sangat ditakutkan seluruh orang pada keluarga ini.
"Mana tab lu?" Seungjun mengulurkan tangannya untuk menerima tab dari Hyojin.
Dan dengan sangat terpaksa, Hyojin menyerahkannya pada sang istri. Daripada dia diapa-apakan sama Seungjun kan mending nurut.
"Maaf ya Jin? Daddy yang salah kok. Yuk maaf-maafan" Hyojin meletakkan jeli bintang pada meja kemudian menempatkan diri duduk disamping Seungjin yang masih meringkuk pada Seungjun.
"Hei, maafkan Daddy" Hyojin menepuk pelan bahu Seungjin agar melepaskan Seungjun, meskipun aura istrinya sekarang tidak sekuat tadi.
"Burger jumbo, fine. Ayo maafan sekarang" Seungjin menoleh kearah Hyojin kemudian memeluk lengannya erat. Hanya ada satu cara menurut Hyojin yaitu makanan, twins benar-benar duplikatnya.
"Makasih Daddy. Beli yang banyak ya,"
"Junk food lagi?"
Keduanya menatap Seungjun dengan wajah memohon, ayolah junk food itu memang enak apalagi burger.
"Kami kan tidak pernah makan junk food selama seminggu ini, jadi gak apa ya Mom? Mommy mau juga? Ntar Daddy beliin juga, ya kan Dad?"
"Iya bener, ntar gw beliin juga Jun. Lu kan suka yang kejunya banyak, ntar gw pesenin yang double cheese"
"Oh iya, nanti beli ayam juga yuk Dad. Mommy kan suka banget sama ayam, gimana Mom? Ikut gak?"
"Ikut aja Jun, Jiji udah anteng juga. Kita bawa aja"
"Gimana kalau jalan-jalan juga di taman Dad? Kan banyak orang jualan jajan"
"Boleh Jin, ayo ganti baju dulu. Bilang sama Kakak-kakak mu sana"
Seungjin melompat dari sofa dan berlari kearah halaman depan dimana kakak-kakaknya sedang menenangkan Jiji.
"Jika kalian bersatu benar-benar, keras kepala kuadrat. Mengalah kepada anak lu bukan suatu hal yang buruk Hyojin. Jangan kekanakan karena kamu sudah punya 4 anak" Hanya itu yang bisa Seungjun katakan.
Memang benar jika Hyojin dan Seungjin sudah bersatu tidak akan ada yang bisa menolak keputusan mereka termasuk dirinya sendiri. Dan dengan mudah keduanya juga akan mempengaruhi Hyojun dan Sujin.
Seungjun kalah lagi.
.
.
.
.
To be Continued
Selamat hari Minggu (。•̀ᴗ-)✧
KAMU SEDANG MEMBACA
[II] Twins
FanfictionRandom daily activity nya twins Sekuel dari Why buat ginian soalnya kangen Twins :')) Slow update(?)