Zidan, hmmm... Zidan adalah pria terbaik yang pernah aku kenal, dia juga amat sangat bucin padaku semasa kami berpacaran dulu. Sekarang?? aku tak tahu :) he's changed ~ Shely Elizabeth Qaisar.
***
"Congratulation!! Semoga kalian menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah ya serta selalu di berkahi Tuhan, aamiin" Aaliyah yang merupakan teman kuliah Zidan namun beda fakultas yang hadir di resepsi pernikahan Shely dan Zidan mengucapkan selamat kepada kedua mempelai yang terlihat bahagia itu
"Thanks doanya, Aal" Shely tersenyum ramah kepada teman kuliah suaminya itu
"Aku selalu berdoa semoga rumah tangga kalian langgeng sampai maut memisahkan serta di jauhkan dari orang ketiga yang ingin merusak kebahagiaan kalian berdua aamiin" Entah mengapa kalimat terakhir Aaliyah membuat hati Shely gelisah, dia takut jika suatu saat nanti Zidan akan berpaling darinya setelah menemukan wanita idaman lain di luaran sana yang jauh lebih cantik daripada dirinya
"Aamiin ya rabbal Al-Amin" Shely menjawab sambil tersenyum namun dengan hati yang gelisah
Hari ini adalah hari sabtu dan pada hari ini juga Shely dan Zidan melangsungkan akad dan resepsi pernikahan di sebuah hotel bintang 5 di Jakarta setelah melewati masa pacaran selama 8 tahun, mereka boleh di bilang merupakan couple goals di mata teman-teman mereka karena hanya kemesraan yang selalu mereka tampakkan di depan semua orang yang melihat. Shely merupakan lulusan Sarjana Hukum dari salah satu universitas negeri ternama di Surabaya dan telah bekerja sebagai pengacara sedangkan Zidan merupakan lulusan Sastra Indonesia dari salah satu universitas swasta elite di Jakarta dan belum bekerja atau lebih tepatnya tidak bekerja mengingat orang tua Zidan merupakan pengusaha sukses di bidang kuliner dan telah memiliki 5 cabang restauran Timur Tengah yang cukup laku dan terkenal se pulau Jawa, Zidan yang merupakan anak tunggal di keluarganya selalu mendapat perlakuan manja yang kelewat batas hingga membuatnya seperti orang yang tidak memiliki tanggung jawab.
Sebenarnya sudah sejak lama Shely telah berkali-kali mengingatkan Zidan untuk mencari pekerjaan karena tidak selamanya Zidan akan menggantungkan hidupnya kepada orang tuanya karena tidak selamanya orang tua Zidan akan terus hidup, namun hanya kemarahan yang Zidan tunjukan kepada Shely tiap kali Shely menasihatinya tentang tanggung jawab lelaki jika sudah menikah.
Malam ini setelah selesai melangsungkan resepsi pernikahan, Shely dan Zidan pun menginap di hotel yang mereka booking untuk acara pernikahan mereka tadi siang. Tak ada adegan romantis apapun yang mereka tampakkan setelah mereka resmi menjadi pasangan suami istri yang sah, Shely sibuk dengan kehidupan pribadinya di media sosialnya sedangkan Zidan sibuk mengkhayalkan jika dia bisa menikah lagi nanti. Zidan tak yakin Shely akan merestuinya jika dia menikah lagi namun dia juga merasa tak cukup jika hanya memiliki satu istri, dia takut jika nanti setelah punya anak Shely tak secantik dan seramping sekarang.
"Kira-kira kalo aku bisa nikah lagi enak kali ya?" Zidan tanpa sadar tersenyum seraya berkata dalam hati tentang keinginannya
***
Dua tahun berlalu dan hubungan diantara Shely dan Zidan semakin merenggang seiring berjalannya waktu, mereka sudah tak lagi harmonis seperti saat masih pacaran dulu namun Shely berusaha sekuat tenaga mempertahankan rumah tangganya jangan sampai bercerai karena dia begitu mencintai Zidan dan tak ingin kehilangan suami toxic-nya itu. Shely tetap beraktifitas seperti biasa bekerja seperti biasa sedangkan Zidan sibuk tebar pesona mencari wanita idaman lain di luaran sana tanpa sepengetahuan Shely, Zidan merasa setelah menikah malah tak dapat kasih sayang atau perhatian apapun dari istrinya. Dia merasa seperti hidup berdampingan dengan orang asing yang tak dia kenal.Seperti halnya pagi ini di hari senin yang cerah, Shely seperti biasa bangun pukul 05.00 pagi dan langsung berkutat di dapur menyiapkan sarapan untuk dia dan Zidan. Zidan yang baru bangun pada pukul 08.30 pagi tak sempat bertemu dengan Shely yang sudah berangkat kerja dan hanya melihat sepiring nasi goreng seafood yang sudah tertata rapih di meja makan beserta segelas susu vanila kesukaan Zidan dengan secarik kertas yang di selipkan diantara piring dan gelas yang bertuliskan "Don't forget breakfast, beb :)" . Zidan merasa muak dengan semua ini, dia seperti hidup sendirian atau bahkan seperti hidup bersama asisten rumah tangga karena Shely hanya memasak dan beres-beres rumah tanpa mempedulikannya sedikitpun, dia butuh kasih sayang wanita yang tidak dia dapat dari Shely dan dia akan mencari kasih sayang itu di luaran sana.
"Brengsek!! aku gak butuh semua ini!!" Zidan menggebrak meja makan hingga menyebabkan piring dan gelas yang berada di atas meja makan itu bergetar dan menimbulkan suara
***
Malam ini Zidan memutuskan tak pulang kerumah karena baginya rumah yang dia dan Shely tempati bagaikan neraka, dia akan mencari kebahagiaan diluar rumah dan dia yakin pasti Shely tak akan menelponnya untuk sekedar mencaritahu keberadaan dirinya mengingat Shely tak pernah peduli padanya semenjak mereka menikah. Malam ini Zidan memutuskan mem-booking wanita penghibur lewat aplikasi dan menghabiskan malam yang indah di hotel bersama wanita penghibur yang dia sewa yang menurutnya sangat cantik dan sexy tidak seperti Shely yang hanya tahu bekerja dan bekerja hingga lupa merawat tubuhnya sendiri."Hai Zidan" Wanita sexy yang bernama Laura itu masuk ke kamar hotel dengan langkah anggun yang semakin membuat Zidan terpana dan pastinya terangsang
"Hai, Lau" Zidan terlihat gugup karena ini pertama kalinya dia akan berhubungan badan dengan wanita lain selain istrinya
"Gak usah gugup gitu, honey, nikmati saja permainanku" Laura tersenyum menggoda Zidan yang semakin membuat Zidan horny dan ingin segera menerkam tubuh mungil Laura
"I can't wait to start this game" Zidan mulai menciumi Laura dengan penuh nafsu membuat Laura hanya tersenyum dan sesekali mendesah nikmat
"Ahhh honey, you are so great" Laura mendesah nikmat saat lehernya di kecup oleh Zidan
"Do you want more, Lau?" Zidan menatap Laura
"I want more than this" Laura mulai meracau
Sementara itu di rumah, Shely mencoba berkali-kali menghubungi ponsel Zidan namun tak aktif, dia mulai khawatir terjadi sesuatu pada suaminya karena biar bagaimanapun dia tak ingin kehilangan suami toxic-nya itu. Shely yang sedari tadi hanya mondar-mandir tak jelas sambil sesekali memperhatikan layar ponselnya barangkali Zidan telah membalas pesan singkatnya namun yang dia harapkan tak kunjung datang, hatinya mulai resah dan sempat terlintas keinginan untuk melapor polisi namun dia akan menunggu hingga 1 × 24 jam jika Zidan tak kunjung pulang juga maka dia akan menelpon polisi untuk melaporkan orang hilang.
"Do you know how much I worry about you?" Shely berkata dengan raut khawatir
Paginya Zidan pulang dalam keadaan mabuk berat dan melihat Shely tertidur di sofa ruang tamu dengan tangan yang masih menggenggam ponsel, Zidan sudah tak peduli lagi dengan Shely dan memutuskan langsung masuk ke kamar untuk tidur. Malam kembali datang dan sepasang suami istri yang sudah tak harmonis itu tengah menikmati makan malam mereka dengan nikmat, tak ada obrolan yang mereka lontarkan satu sama lain yang ada hanya keheningan. Zidan yang sudah muak dengan kelakuan Shely pun menyampaikan keluhannya karena dia tak kuat memendam semua ini selama dua tahun pernikahan mereka.
"Beb" Zidan membuka obrolan
"Ya kenapa, beb?" Shely tersenyum menatap Zidan
"Aku gak sanggup deh kayaknya kalau terus menerus hidup bersamamu, aku mau kita cerai!!" Zidan melontarkan kalimat yang membuat ekspresi wajah Shely berubah seketika, dia sudah menebak pasti istrinya tak akan mau bercerai dengannya
"Apa?? Bercerai?? Tapi kenapa kita harus bercerai?? Apa salahku??" Shely menahan kekesalannya sambil tersenyum yang Zidan tahu merupakan senyuman palsu
"Karena sikapmu padaku sudah tak sehangat dulu saat kita masih pacaran, kamu sekarang sudah cuek dan hanya sibuk dengan pekerjaanmu sebagai pengacara, apa kamu lupa bahwa kamu sudah mempunyai suami??" Zidan tampak marah pada pertanyaan Shely yang menunjukan bahwa wanita itu tak ingin bercerai dengannya
"Aku minta maaf jika sikapku padamu terkesan cuek dan tak perhatian lagi seperti dulu namun apakah penyelesaiannya harus dengan bercerai?? Aku kurang apa sih selama ini?? Semua kebutuhanmu aku yang tanggung, bahkan mobilmu saja aku yang belikan" Shely masih mencoba bersabar dengan sikap Zidan yang menurutnya sudah keterlaluan itu
"Kalau kamu perhitungan padaku biar aku ganti semua uangmu yang sudah kamu keluarkan untukku selama 2 tahun pernikahan kita, tapi ingat aku akan tetap pada pendirianku untuk bercerai!!!" Zidan melontarkan kalimat yang membuat Shely sakit hati
Tanpa sadar bulir-bulir air mata Shely pun jatuh membasahi pipi mulusnya setelah mendengar kalimat menyakitkan yang suaminya lontarkan barusan, dia tak menyangka hanya karena sikap cueknya membuat Zidan semarah dan sebenci ini padanya. Namun Shely juga tak ingin bercerai dengan Zidan, dia akan melakukan apapun demi mempertahankan rumah tangganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Wife
Mystery / ThrillerZidan Qaisar : Siang itu aku mendapati kenyataan bahwa beberapa polisi mendatangi rumahku untuk menangkapku setelah bukti sidik jari yang menempel di pisau yang tertancap di perut Sakura Yamoto merupakan sidik jari milikku. Kaget, sedih, marah, aku...