Fourteen

88 3 0
                                    

Aku mungkin si gila yang begitu terobsesi dengan seorang pria blasteran Indonesia-Iran yang sudah kukenal sejak masih duduk di bangku SMA, aku bahkan rela melakukan hal kejam demi agar bisa memilikinya seutuhnya tanpa ada pengganggu diantara kita. ~ Shely Elizabeth Qaisar.

***

(Dari buku diary Shely Elizabeth Qaisar)

Well... Well... Well lihat siapa yang datang ke tempat aku duduk saat ini, teman curhatku yang selalu menemani hari-hariku yang kelam kini sudah berdiri membawa setangkai bunga mawar merah yang dia petik dihalaman sekolah lalu memberikannya padaku sambil berlutut. Jujur saja perasaanku saat ini begitu bahagia bercampur haru melihat dia kini menyatakan perasaannya padaku didepan semua teman sekelas kami, aku pun menerima bunga mawar itu dengan perasaan bahagia.

"Shely Elizabeth, will you be my girlfriend? I promise I'll make you happy and will never hurt you" Zidan terlihat gugup ketika berlutut di hadapanku sambil menunjukkan bunga mawar merah yang dia bawa

"Yes, I want to be your girlfriend" Aku menjawab sambil tersenyum bahagia

"Thank you Shely" Dia pun memelukku begitu eratnya hingga aku kesulitan bernafas

"Sorry Shely, I'm too happy" Dia yang sadar aku kesulitan bernafas pun segera melepaskan pelukannya lalu meminta maaf padaku

Sejak hari itu kehidupanku berubah 360° yang biasanya aku tidak bersemangat berangkat ke sekolah apalagi setelah putus dari Doni Zulfikar yang semakin membuat semangatku menghilang, sekarang semua telah berubah sejak kehadiran Zidan Qaisar di sisiku yang selalu memberiku perhatian layaknya seorang pacar yang sangat mencintaiku dan tak ingin kehilanganku. Walaupun saat ini kami masih berusia 16 tahun yang mana orang bilang cinta kami merupakan cinta monyet namun kami merasa cinta kami bukanlah sebatas cinta monyet zaman SMA tetapi cinta kami akan abadi hingga maut menjemput, aku selalu mengatakan hal itu kepada Zidan dan dia pun mempercayai perkataanku.

Kata siapa kami yang terlihat selalu harmonis tidak pernah bertengkar, kami bahkan pernah hampir putus hanya karena hal sepele yaitu saat Zidan memergokiku mengobrol dengan Daffa yang merupakan teman sekelas aku namun Zidan begitu cemburu melihat kedekatanku dengan Daffa padahal Daffa begitu mendukung hubungan kami namun entah mengapa Zidan begitu membencinya hingga melarang ku untuk mengobrol dengan Daffa. Aku sudah berkali-kali menjelaskan bahwa aku hanya mengobrol masalah mata pelajaran Bahasa Inggris dengan Daffa dan tak lebih dari itu namun tetap saja Zidan terlihat marah dan kecewa padaku hingga dia bilang bahwa dia sudah tak bisa melanjutkan hubungan ini lagi, disitu air mataku menetes tanpa kusadari setelah mendengarnya langsung dari orang yang kucintai.

Zidan yang sadar bahwa aku mulai menangis pun mengusap lembut air mataku lalu mengecup bibirku dengan lembut yang justru tindakannya membuatku semakin merasa sakit hati, aku tidak akan terima jika dia meninggalkanku hanya karena hal sepele yang menurutku bisa diperbaiki tanpa harus putus.

Setelah kejadian itu aku mulai belajar untuk memahami lebih dalam sifat Zidan dan apa yang dia tidak suka dariku, Zidan yang mempunyai sifat posesif berlebih pun membuatku mulai membatasi pertemananku dengan lawan jenis.

***
Tanpa terasa waktu begitu cepat berlalu hingga kini kami pun sudah dinyatakan lulus SMA dan akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, aku diterima di sebuah universitas negeri ternama di Surabaya yang pastinya membuatku dan kedua orang tuaku begitu bangga sedangkan Zidan tidak lulus test masuk universitas negeri sehingga mengharuskan dia melanjutkan pendidikannya di universitas swasta dan harus berpisah denganku untuk sementara waktu karena aku memutuskan untuk ngekost disana karena jarak dari rumahku ke kampus yang terlalu jauh untuk ditempuh pulang pergi setiap hari.

My Perfect Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang