Twelve

57 3 0
                                    

Aku tahu Tuhan maha baik kepada setiap hamba-Nya dan Dia tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hamba-Nya. ~ Hilda Adeeva Qaisar.

***
(Hilda Adeeva Qaisar)

Perkenalkan namaku Hilda Adeeva Qaisar dan suamiku bernama Abizar Qaisar yang merupakan pria asal Iran, kami merupakan orang tua kandung dari Zidan Qaisar yang kini telah ditahan oleh polisi karena kasus pembunuhan yang menewaskan Sakura Yamoto dan melibatkan nama putra semata wayangku sebagai pelaku utama, aku sebagai seorang ibu merasa ini sangat tidak adil untuk putraku karena aku sangat yakin dia bukanlah pelaku pembunuh penulis novel best seller itu.

Zidan pasti telah dijebak oleh seseorang yang membencinya dan tidak suka melihatnya bahagia sehingga aku harus mencaritahu siapa orang yang telah tega membuat hidup Zidan hancur seperti ini karena aku tahu persis sifat Zidan dia tidak mungkin membunuh seseorang, setelah kasus ini viral aku selalu memperhatikan gerak-gerik Shely Elizabeth yang merupakan menantuku sendiri karena jujur aku mulai curiga padanya. Sudah sejak Zidan dan Shely baru menikah pun aku sudah mulai hilang respek kepada wanita itu, aku merasa dia selalu menuntut putra semata wayangku untuk mencari pekerjaan dengan alasan tugas seorang suami adalah menafkahi istri padahal aku tahu dia pasti malu mempunyai suami seorang pengangguran.

Aku sudah berkali-kali menyuruh Shely berhenti bekerja karena aku begitu menginginkan cucu namun dia menolak dengan alasan jika bukan dia yang mencari nafkah maka siapa lagi yang akan mencari nafkah, dari kalimatnya pun aku tahu dia tengah mengolok-olok keluargaku karena putraku tidak bisa menafkahinya. Aku memang sudah menasihati Zidan untuk mencari pekerjaan agar posisinya sebagai suami tidak di injak-injak oleh istrinya yang sombong itu namun Zidan selalu menjawab bahwa zaman sekarang mencari pekerjaan itu sulit, aku bisa memaklumi alasan logisnya.

Aku merasa Shely begitu kurang ajar kepadaku padahal profesinya hanya seorang pengacara, jika bukan karena Zidan yang selalu menahanku untuk tidak menampar wanita itu maka sudah kutampar dia sejak dulu. Aku juga menyesal telah merestui pernikahan Zidan dengan jalang brengsek itu yang berakhir sialnya nasib Zidan, dia harus membayar mahal jika sampai Zidan terbukti bersalah di pengadilan nanti karena penyebab semua ini pasti karena ulahnya.

Hari ini aku sengaja datang kerumah Shely untuk bertemu dengannya dan memastikan dia tidak kabur disaat seperti ini, saat melihat wajahnya saja membuatku gemas ingin menamparnya namun aku masih menahan emosiku padanya. Aku yakin pasti sekarang dia tengah menikmati simpati dan dukungan dari masyarakat yang menyebutnya sebagai seorang istri yang terzolimi, namun tidak denganku karena aku sama sekali tidak akan pernah sudi untuk mendukungnya.

"Bagaimana kabarmu?" Aku berpura-pura tersenyum dihadapan menantuku yang amat sangat kubenci yang kini berdiri berhadapan denganku

"Baik, ma, mama kenapa gak ngabarin aku dulu kalau mau main kesini jadi bisa aku jemput" Shely terlihat senang dengan kedatanganku dan mempersilahkan aku untuk masuk dan duduk di sofa ruang tamu

"Mama gak mau merepotkanmu jadi sengaja datang kesini diam-diam tanpa memberitahumu dulu, oh ya bagaimana perkembangan kasus Zidan?" Aku mulai membahas kasus putraku yang seketika membuat wajahnya yang semula ceria berubah menjadi murung

"Ya begitulah, ma, tinggal menunggu hari persidangan nanti" Shely nenunduk tak berani menatap mataku, aku tahu dia tengah menyembunyikan sesuatu dariku

"Mama sangat yakin Zidan tidak bersalah karena Zidan merupakan anak yang baik dan berbakti kepada orang tua jadi tidak mungkin dia melakukan pembunuhan, pasti ada seseorang yang ingin menjadikannya kambing hitam untuk menjatuhkannya, iya kan Shely?" Aku sengaja mengatakan hal ini didepannya hingga membuatnya semakin terpojok

"Aku tidak yakin, ma, semua tergantung keputusan hakim nanti siapa yang bersalah dan siapa yang benar" Shely perlahan mulai berani menatap mataku

"Jadi maksudmu kamu sangat yakin jika Zidan adalah pelaku pembunuh Sakura? Kenapa kamu bisa seyakin itu, Shely? Apakah saat kejadian pembunuhan itu terjadi kamu menyaksikan langsung Zidan tengah membunuh gadis itu? Ataukah kamu hanya mendengar dari temuan bukti sidik jari di pisau yang tertancap di perut Almarhumah?" Aku masih menahan emosiku didepan menantu brengsek ini, aku berusaha menghaluskan nada bicaraku agar terdengar seperti orang yang sangat sabar dan sopan

"Karena aku yakin Zidan tengah menuai karmanya sendiri, dulu dia berbuat jahat padaku dengan melakukan perselingkuhan yang berakhir tragis seperti ini" Shely berkata dengan nada tegas namun tetap pelan dan sopan, dasar pengacara yang hobinya memutar balikan fakta

"Oh begitu ya, baiklah kita lihat saja nanti siapa yang terbukti bersalah dan siapa yang terbukti tidak bersalah, kalau begitu mama pamit pulang dulu ya, jaga dirimu baik-baik disini karena sekarang kamu tinggal sendirian" Aku bangkit dari sofa lalu pamit pulang pada Shely yang hanya menjawabku dengan senyuman yang aku tahu merupakan senyuman yang dipaksakan

Malam harinya saat tengah makan malam bersama suamiku, aku yang sedari tadi merasa cemas dengan nasib Zidan pun membahasnya bersama suamiku yang kini tengah menikmati beef steak yang baru saja kumasak.

"Aku merasa cemas" Aku menghentikan aktifitas makanku karena sudah hilang nafsu makan setelah mengingat kembali nasib Zidan yang menurutku begitu tragis

"Cemas karena Zidan lagi?" Abizar menghela nafas berat, dia terlihat seperti seorang ayah yang sudah pasrah atas nasib anaknya

Aku hanya mengangguk tak menjawab pertanyaannya, rasanya sulit menerima kenyataan pahit ini sekarang.

"Kita sebagai orang tua harus lebih kuat dari Zidan, aku yakin dia tidak bersalah karena aku tahu betul sifatnya" Abizar mengusap-usap punggungku menenangkanku namun rasanya semua yang dia lakukan percuma karena kecemasanku tetap ada dan tak hilang begitu saja

"Oh ya apakah kamu sudah menjenguk Shely? Bagaimana kabarnya? Apakah dia baik-baik saja?" Abizar membahas tentang Shely yang seketika membuat emosiku naik dan rasanya aku ingin marah

"Sudah tadi siang dan aku merasa hanya dia yang tak menunjukan ekspresi sedih ataupun cemas setelah melihat sendiri suaminya terbukti bersalah seperti ini, menurutmu apakah Shely yang merencanakan semua ini karena dia dendam kepada Zidan yang telah menyelingkuhinya?" Aku membuat opini sendiri yang langsung ditolak dengan keras oleh suamiku yang merasa tidak yakin dan tidak percaya jika Shely berani berbuat senekad itu

"Tidak mungkin Shely yang merencakan semua ini, aku yakin dia tidak akan senekad itu" Abizar menertawakan opiniku yang dia anggap begitu lucu

"Jika bukan Shely lalu siapa pelaku sebenarnya?" Aku masih menerka-nerka siapa pelaku sebenarnya dari kasus ini

"Kita lihat saja nanti, kita akan tahu siapa pelaku sebenarnya dari pengakuan dia sendiri" Jawaban Abizar membuatku bertanya-tanya apa maksudnya

Jam telah menunjukan pukul 01.00 dini hari dan Abizar telah tertidur pulas disertai dengkurannya yang khas di sampingku, aku yang masih terjaga selalu membayangkan wajah Zidan yang entah sedang apa disana. Tanpa sadar air mataku menetes membasahi pipiku, ya aku menangis. Aku menangisi keluargaku sendiri yang berusaha kubangun agar harmonis namun dihancurkan oleh orang lain, dan aku tak akan pernah memaafkan siapapun dia yang telah menghancurkan keluargaku.

My Perfect Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang