Bug
Untuk kesekian kalinya Yardan mengerang, menahan rasa sakit yang ia dapatkan. Dia meringis saat pipinya terasa panas.
"Mana duitnya!" teriak Juna.
"Woy, cupu gak mau 'kan kita pukul lagi? Makanya keluarin duitnya!" teriak Delva, salah satu kawan Juna.
Bug
Lagi-lagi dia mendapatkan Bogeman dari Juna karena enggan memberi apa yang dia minta. Dengan terpaksa, Yardan menyerahkan uang yang dia punya untuk bekal sekolah. Uang recehan seadanya. Dengan gemetar dia menyerahkan uang itu pada Juna---kakak kelasnya yang saat ini telah naik kelas 9.
Juna merebut uang itu secara kasar. "Alah, duit segini doang mana cukup buat semua!" Dia mendorong Yardan.
"Lain kali, minta Sama bapakmu uang saku yang banyak!" timpal Sirbul yang juga kawan Juna dan Delva.
•••
Seorang siswi berlari menuju ruang BK dengan tergesah, dengan ponsel pintar di tangannya. Saat berada di ambang pintu ruang BK, dia tak lupa mengucap salam.
"B-Buk," dengan napas tersengal-sengal.
"Ada apa Reva?" tanya bu Kin-kin selaku guru BK. "Kenapa kayak dikejar jurig aja." [Jurig=Hantu]
"Ma-maaf, Bu. Aku mau lapor sesuatu." Jeda Reva, lantas dia mengutak-atik ponselnya. "Ini Bu, terjadi pembulian di sekolah ini."
Bu Kin-kin menerima ponsel dari Reva, dia terbelalak dengan video yang dia lihat itu. Ini benar-benar tidak beres, sekolah ini memang harus direnovasi akhlak para muridnya.
"Panggil Juna, Sirbul, Delva dan Yardan!" Dengan mata berapi-api.
•••
"Kalian tahu, kenapa saya suruh ke sini?" tanya Bu Kin-kin.
Keempat anak remaja itu menggeleng, dilihat wajah Yardan kini terlihat lebih baik setelah Reva membantu mengobatinya. Walau begitu lebam di wajahnya tetap terlihat kentara.
"Yardan, kenapa wajah kamu?" tanya Bu Kin-kin.
Yardan tertegun, dia menatap horor pada wajah garang Bu Kin-kin. "I-ini ..."
"Jawab jujur, Yardan."
Yardan menatap kakak kelas di sampingnya, ada Sirbul dan Juna yang menatapnya tajam seakan memberi kode untuk tidak berbicara sesungguhnya.
"I-ini, aku karena jatuh dari tangga tadi," bohong Yardan.
"Kamu yakin kamu jatuh?" tanya Bu Kin-kin selidik. "Gak mungkin jatuh separah itu lukanya, tangga di sekolah ini tidak terlalu tinggi, kamu jatuh dengan cara bagaimana?"
Bu Kin-kin menatap kawanan Juna. "Sirbul, apa yang terjadi?"
Sirbul terkejut. "A-apa, Bu. Saya gak tahu." Dia menggeleng cepat.
"Juna. Delva, apa yang terjadi?" tanya Bu Kin-kin membuat mereka terheran-heran.
"Maaf, Bu. Saya tidak mengerti," ucap Juna.
Bu Kin-kin menunjukkan sebuah video di ponselnya. "Ini maksudnya apa?"
Mereka berempat menatap video itu dengan seksama, Yardan meneguk saliva susah payah dan tangannya bergetar. Dari sampingnya ada Sirbul, dia diam-diam mencubit pinggang Yardan seakan memberi peringatan.
"Juna, jawab!" teriak Bu Kin-kin penuh penekanan.
"Bu, itu cuman akting Bu, kita gak beneran ... Sebentar lagi 'kan ada acara teater dan saya pingin kepilih jadi peran jahat," jelas Juna berbohong.
"Kenapa kau lakukan itu pada adik kelasnya, kenapa tidak kepada teman-temanmu saja?" Lagi-lagi Bu Kin-kin melontarkan pertanyaan seakan tidak puas dengan jawaban anak langganan BK ini.
"Ya, Bu gini, saya coba ini ke adik kelas yang kebetulan aja ketemu sama saya ... Nah, saya cobalah kalau bener dia takut, berarti akting saya bagus dong, coba aja tanya ke temen-temen saya." Dia melirik dengan ekor matanya.
"Iya, itu bener, Bu," timpal Delva.
"Iya Bu." Sirbul ikut membela Juna yang jelas-jelas berbohong.
"Yardan apa itu benar?" tanya bu Kin-kin.
Yardan menunduk dan tetap menahan cubitan Sirbul, yang cukup membuatnya merasa sakit. Dilihat oleh ekor matanya, Juna dan kawan-kawannya memberikan tatapan tajam.
"I-iya, Bu itu bener." Yardan sembari menunduk.
Bu Kin-kin mengembuskan napas berat. Ia tahu betul ada yang tidak beres, tetapi ia tidak menyangka akan sesulit ini.
"Terus, dari video ini kamu di palak sama mereka," lontar Bu Kin-kin lagi.
Yardan dengan gemetar mengeluarkan sebuah uang recehan dari saku celananya. "Gak, Bu ini uang saya masih ada."
"Iya, lah Bu 'kan latihannya harus totalitas, itu juga termasuk akting, Bu," sergah Delva.
Bu Kin-kin melipat tangan di dada, sembari mengembuskan napas berat, kemudian dia memejamkan mata sekejap dan memandang wajah polos remaja-remaja SMP ini. Ternyata lebih pintar anak-anak dari pada gurunya sendiri, bu Kin-kin tahu bahwa yang bersalah di sini adalah Juna dan kawanannya. Bu Kin-kin tidak memiliki bukti lagi. Hingga mau tak mau dia membiarkan mereka kembali ke kelas dan melanjutkan pelajarannya.
•••
Setelah berjalan berbarengan di koridor dan ruang BK sudah jauh, Juna merangkul Yardan yang sedari tadi bergetar ketakutan, lalu dia merebut uang yang ada di tangan Yardan.
"Kau adik kelas yang penurut, lain kali peringati lagi temanmu itu agar tidak usah ikut campur!"
Juna tahu dan merasakan seseorang menyaksikan aksinya kepada Yardan dan dia tahu bahwa itu adalah teman terdekat Yardan. Maka dari itu Juna memperingatkan Yardan agar tidak menceritakan sebenarnya dengan ancaman akan mengganggu adiknya yang sakit-sakitan dan kebetulan dekat dengan rumah Delva.
Tentu saja Yardan tidak mau hal itu terjadi, pada akhirnya dia berbohong kepada bu Kin-kin dan tetap uang sakunya dipalak.
"Awas kalau kau, berani sama kita," ancam Juna, lantas dia meninggalkan Yardan sendirian di koridor.
Yardan menatap punggung mereka, di lorong yang sepi dia menangis diam-diam, dengan segala rasa sakit ia tahan, kepalanya terasa sakit. Sulit untuk menahan semuanya, dari menginjak pertama kali di sekolah ini, dia memang sudah disambut oleh pemalakan Juna. Bukan Yardan saja bahkan teman-temannya yang lain yang terlihat lemah di mata Juna yang dia palak.
Juna memiliki kuasa di sekolah ini, dia selalu menyombongkan bahwa ayah dan ibunyalah donatur di sekolah ini.
Apakah dunia ini mengagungkan orang yang banyak uang?
______
Beri aku Kritik dan saran, yah ❤
15/08/22<3

KAMU SEDANG MEMBACA
Cermin Terbalik 2
Teen Fiction[End](completed) #2 Teenfintion 25/02/23 #3 tentlit 27/05/23 Gara-gara cermin misterius itu, Juna harus terjebak di tubuh adik kelasnya yang cupu dan kucel. yang paling dia tidak terima adalah dia harus hidup seperti orang miskin dan sengsara. Jiwa...