"Eh, akhir-akhir ini kenapa kau banyak berubah?" tanya Salman.
"Kau kerasukan kuyang?" tanya laki-laki berkacamata.
"Atau habis makan buah khuldi?" tanya si berambut keribo.
"Eh, emang aku Nabi Adam!" sergah Juna bertubuh Yardan.
"Woy, kau juga kaum Adam!" timpal dengan nada kesal.
"Udahlah! Ini percakapan yang sangat sensitif!" Salman menengahi.
Juna mengembuskan napas, lantas melanjutkan kegiatan makannya dengan nasi goreng bercampur telur, baso, sosis dan bonteng sebagai garnish. Juna membeli makanan itu seharga Rp 20.000.
Orang yang melihatnya akan kaget karena sifat Yardan yang sangat hemat bahkan nyaris tidak pernah menginjakkan kaki di kantin. Semua orang tahu Yardan berasal dari keluarga kurang mampu.
Sekarang Juna berada di tubuh Yardan dan sangat tidak bisa berhemat.
Bruk!
"Anjir!" Juna terhunyung ke arah Salman sembari mengusap-ngusap wajah sebelah kirinya.
Juna menatap nyalang pada sosok yang sudah melempari wajahnya dengan bola basket.
"Woy!" Tak di sangka, orang yang melakukan tindakan itu adalah sahabatnya sendiri.
"Eh, sorry orang miskin, bolanya kangen nyerang orang lagi." Sirbul cekikikan.
Juna menatap datar. "Apakah seperti ini Yardan dulu?"
Delva duduk di sebelah Yardan berjiwa Juna, lantas menatap sisa nasi goreng milik Juna.
"Kayaknya enak, nih." Delva mengaduk-ngaduk nasi goreng itu. "Tapi kalau di kasih ini, nambah enak kayaknya."
Delva mencampurkan nasi goreng itu dengan tanah. Dia terlihat puas saat mengaduk-ngaduk makanan tak lazim itu. Juna hanya terdiam dia merasa deja vu. Juna pernah melakukan ini, tetapi berada di posisi Delva.
"Ayo makan, chef Yardan!"
Ya, kata-kata itu Juna buat untuk meledek Yardan. Kenapa dunia seperti ini?
Juna merasa tersinggung, tadi dia bisa melawan. Namun, sekarang dia malah merasa malu. Apakah ini yang pernah di alami Yardan?
"Aku bisa melawan mereka!" batinnya berteriak.
"Cepet, nanti nasinya nagis!" Sirbul tertawa.
"Makan aja sendiri!" Juna beranjak, dia sudah muak dengan temannya itu.
Delva berdiri dengan tatapan wajah kesal. "Oh, udah berani ngelawan, yah. Orang miskin?"
"Aku bukan orang miskin!" Juna menatap tajam kedua sahabatnya itu.
Ada rasa kecewa menghinggapi, teman sefrekuensi Juna, ternyata membullinya juga. Jikalau saja mereka tahu bahwa di tubuh Yardan ini adalah jiwa Juna, mungkin mereka akan sangat merasa bersalah.
Semua orang di kantin melihat prihatin kepada Juna yang mereka tahu adalah Yardan.
"Cepet makan!" Delva secara paksa mencekoki Juna dengan nasi goreng itu.
Juna melawan dan mendorong Delva secara kasar, napasnya memburu. Kini darahnya seakan mendidih keluar, kecewa semakin besar dalam hatinya. Sahabat yang bahkan telah di anggap keluarga oleh Juna, kini mengkhianatinya.
"Berani, yah sekarang?" Delva beranjak dan tatapan matanya semakin tajam. "Sir!" Delva seakan memberi kode kepada Sirbul untuk segera melempar bola basket itu ke kepala Juna.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cermin Terbalik 2
Teen Fiction[End](completed) #2 Teenfintion 25/02/23 #3 tentlit 27/05/23 Gara-gara cermin misterius itu, Juna harus terjebak di tubuh adik kelasnya yang cupu dan kucel. yang paling dia tidak terima adalah dia harus hidup seperti orang miskin dan sengsara. Jiwa...