Reva memberitahukan bahwa Juna tidak lagi di rumah, dia dipindahkan ke panti asuhan. Yardan mengerti, lebih baik mereka ke sana agar punya banyak teman lagi terutama Yara.
Yardan menenteng kantung kresek berisikan makanan buatan bi Esmeralda, dengan ini berharap Juna merasa tenang. Yardan yang harusnya lebih berduka, tapi entah mengapa dengan kenyataan ini dia malah merasa bersalah pada Juna.
Seperti saat ini di kamar kecil ini, Juna makan dengan lahap begitu juga Yara. Sepertinya mereka sangat kelaparan, Yara sempat tak mau makan. Namun, dengan kesabaran Yardan berhasil memujuknya.
Sateguk air dalam gelas Juna tandaskan sampai dia berserdawa, lalu menatap Yardan. Kali ini dia senang, ternyata Yardan peka apa yang Juna inginkan saat ini. Masakan Bi Esmeralda sangat ia rindukan, takkan bisa melupakan setiap citarasa yang ada di masakannya.
Sejak umur enam tahun dia selalu makan buatan bi Esmeralda, remaja berumur 15 tahun itu tidak pernah makan masakan hasil ibunya karena ibu Shinta tidak bisa masak. Dia wanita karier sejati.
Tersisa banyak makanan, Juna berniat menyimpannya nanti, tetapi ...
"Yara, makanannya nyisa. Kamu mau gak bagiin makanan ini ke temanmu yang lain?" titah Reva.
Gadis berumur 12 tahun itu memang tidak pernah sejalan dengan pikiran Juna. Ia berdesis kala Reva mengatakan itu.
"Mereka bukan temanku," ungkap Yara.
"Mereka akan menjadi temanmu, lagi pula kau harus berbagi kepada sesama, mereka pasti akan senang memakan masakan enak ini ... Kau mau kan membaginya?" tutur Reva.
Reva memberikan sisa makanan itu ke tangan Yara. "Cepat sana, mereka juga pasti lapar ... Kamu harus membaginya, yah."
"Iya, kalau begitu." Yara memang penurut, dia pun pergi dari kamar untuk membagi makanannya.
Tinggal Yardan, Juna, dan Reva yang berada di kamar kecil itu. Terdapat dua ranjang untuk Juna dan Yara, panti asuhan ini sudah berdiri lima tahun. Rumah pelita yang dirikan oleh Bupati kota ini, terbilang masih baru. Namun, fasilitasnya memadai kamarnya bersih dan terawat, mungkin terdukung karena anak asuhan masih sedikit.
"Bang, kau tidak apa-apa tinggal di sini?" tanya Yardan yang terjebak di tubuh Juna memecah keheningan.
"Aku menolak pun tidak bisa berbuat banyak," balas Juna.
Yardan mengembuskan napas, dia sedikit merasa bersalah. Juna menatap Yardan, entah mengapa badan yang dijiwai oleh Yardan itu terlihat kurus, apakah Yardan benar mengurus tubuh bugarnya?
"Heh, kenapa kau membuat tubuhku kurus?" tanya Juna.
"Apa?"
"Heh, Yardan tubuhku itu kemarin masih berisi kenapa sekarang terlihat kurus?!"
Yardan tersentak, dia baru tahu kalau Juna sangat menjaga kesehatan dan bentuk tubuhnya. Yardan sendiri tidak pernah memikirkan penampilan, mendapat makan saja dia sangat bersyukur.
"Aku tidak menyadari itu," ujap Yardan.
"Kak, seharusnya kau mengerti dia sudah kehilangan ayahnya. Harusnya kau tidak memikirkan dirimu sendiri." Reva membela Yardan.
Juna mendengus, benar sekali seharusnya dia memikirkan nasibnya bukan nasib Yardan, benar -benar sial bagi Juna.
"Pokoknya besok kita harus ke sana, aku ingin cepat kembali ke rumah dan tidur nyaman di sana!"
"Kau yakin akan ke sana besok?" tanya Reva.
"Ya iyalah, aku ingin cepat-cepat kembali ke tubuhku!" timpal Juna.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cermin Terbalik 2
Novela Juvenil[End](completed) #2 Teenfintion 25/02/23 #3 tentlit 27/05/23 Gara-gara cermin misterius itu, Juna harus terjebak di tubuh adik kelasnya yang cupu dan kucel. yang paling dia tidak terima adalah dia harus hidup seperti orang miskin dan sengsara. Jiwa...