Setelah berbagai drama antara Yardan, Reva, dan Juna. Akhirnya mereka berhasil berangkat ke tempat di mana cermin terbalik misterius itu berada. Juna harus menyiapkan berkas untuk Yara pagi-pagi karena dia diputuskan untuk pindah sekolah ke sekolah terdekat dengan rumah pelita dan tentu bisa bersekolah bersama dengan teman serumahnya.
Untuk Juna, dia tetap sekolah di SMP Cakraswara yang lumayan cukup jauh, itu tidak masalah bagi Juna setidaknya dia tidak perlu jalan kaki untuk ke sana. Walaupun dia sedikit tidak enak karena seluruh biaya hidupnya di tanggung oleh donatur dan pemerintah, jelas bukan tipe Juna sekali. Namun, dia ingat saat ini dia berperan sebagai Yardan bukan Juna si anak seorang pengusaha kaya.
"Apa ini masih jauh?" tanya Yardan kepada Reva.
Reva yang duduk di sebelah Yardan menoleh. "Sepertinya sebentar lagi."
Juna menutup hidung dan mulutnya, dia menyesal kenapa tidak membawa masker dari rumah. Juna tidak suka dengan desak-desakan di angkot, ini pertama kalinya Juna menaiki angkot yang pengap dan panas.
"Kau serius tahu jalannya?" tanya Juna yang duduk berhadapan dengan Reva.
"Percaya padaku, aku sangat mengenal jalan ini."
"Awas saja kalau kau berbohong, aku ingin segera turun!" Juna kesal.
Dia harus bertahan dan menelan mentah-mentah bau ayam yang masih hidup milik salah satu penumpang, Juna khawatir takut ayam itu buang kotoran di pakaiannya.
Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya mereka bertiga turun, Reva celingak-celinguk memastikan bahwa dia berada di tempat yang tepat.
"Sepertinya aku ingat," segah Yardan. "Seharusnya ada jalan kecil yang langsung bertemu ke hutan," sambungnya.
"Sepertinya di sana!" Reva menunjuk sebuah jalan kecil yang jarang dilalui orang, dia tahu daerah itu sedikit penduduknya yang tentu menghadap langsung ke hutan.
"Ayo cepat kita ke sana!" Timpal Juna.
•••
"Kalian yakin cermin itu di sini?" tanya Reva tak yakin.
Juna dan Yardan sibuk mencari cermin itu di semak-semak berharap cermin besar bergaya kuno itu ditemukan. Namun, hasilnya nihil selama 30 menit mereka tak kunjung menemukan benda misterius itu.
"Kemana anj*r?" Juna mengembuskan napas kasar. "Kenapa sekarang gak ada?!"
"Eh, kak jangan ngomong kasar, jangan sompral inget kita di tanah orang!" sergah Reva di buat kesal dengan tingkah kakak kelasnya itu yang kini bertubuh Yardan.
"Gimana gak kesel, kita ke sini jauh-jauh tapi malah gak ada!"
"Cari lagi lah Kak, mungkin ada tersembunyi." Reva terbungkuk-bungkuk berharap menemukan cermin itu di bawah rumput yang rimbun.
"Tapi bener, waktu itu cerminnya ada di sini." Yardan menunjuk pohon besar yang semula menjadi tempat cermin itu berdiri.
"Terus kenapa sekarang gak ada?"
"Ya, mana aku tahu Markonah!" teriak Juna pada Reva dan mendapat dengusan darinya.
Reva menatap Yardan. "Emang gimana ciri-ciri cerminnya?"
"Aku ingat, cermin itu nyender di sini." Dia menunjukan tempatnya. "Terus cerminnya, tuh lumayan besar sampe kita berdua muat berkaca di sana, tampilan hiasannya kayak ukiran Jawa gitu ... Cuman waktu itu kebalik, si kakinya di atas itulah aku yakini jika cermin itu terbalik."
"Kau teliti juga, aku gak nyangka ternyata cermin itu terbalik," ujar Juna.
"Argh! Kalian membuatku pusing saja, kalian tidak berbohong, 'kan?" ucap Reva kembali tak yakin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cermin Terbalik 2
Roman pour Adolescents[End](completed) #2 Teenfintion 25/02/23 #3 tentlit 27/05/23 Gara-gara cermin misterius itu, Juna harus terjebak di tubuh adik kelasnya yang cupu dan kucel. yang paling dia tidak terima adalah dia harus hidup seperti orang miskin dan sengsara. Jiwa...