Berangkat dari pukul delapan pagi sampai ke tempat tujuan kurang dari jam sepuluh, sampai pulang kembali hanya mendapatkan kekecewaan. Angan Juna tidur di kasur lembutnya telah sirna. Juna masih tetap berada di tubuh kerempeng Yardan ini.
Setelah perjalanan menaiki mobil angkot, akhirnya mereka bertiga turun di halte dan memutuskan untuk menunggu jemputan dari supir pribadi Juna yang kini berjiwa Yardan. Mereka duduk dengan letih.
"Gak mungkin aku tetap di tubuhmu selamanya," ucap Juna memecah keheningan.
"Aku juga gak mau kayak gini, Bang," jawab Yardan.
Hening kembali, ketiganya menampakkan wajah lesu.
"Tapi maksud Kakek tadi apa?" tanya Reva tiba-tiba.
Juna menatap Reva yang duduk bersampingan dengan Yardan. "Emang penting?"
"Ya, bisa aja itu penting, bahkan dia bilang ke kita harus kembali lagi saat bulan purnama, mungkin itu cara agar kalian bisa kembali seperti semula!" jelas Reva dengan kesal.
"Kalau itu bener, bulan purnama itu kapan?" tanya Juna kembali.
"Ya, mana aku tahu!" jawab Reva.
Reva geram jika berbicara dengan Juna, Juna selalu saja membuat kesal dengan keluhan pedasnya. Kenapa juga Yardan harus bertukar jiwa dengan kakak kelasnya yang jahat itu?
"Bulan purnama, yah," Yardan bergumam.
"Kau tahu?" tanya Juna penuh harap.
"Tidak," jawab Yardan dengan polosnya.
Lagi-lagi Juna mengembuskan napas kasar, ini membuatnya berpenar, untuk kembalikan jiwa saja sesulit ini. Lagi pula kenapa Kakek itu tidak memberi petunjuk secara gamblang. Kapan, dimana, kemana. Apakah dia malas untuk menjelaskan caranya jika dia memang tahu. Menyebalkan!
"Terus sekarang gimana?" tanya Juna lagi.
Yardan berdiri dan menatap Juna. "Mau gimana lagi, kayaknya kita terpaksa harus dalam keadaan ini."
"What?!" teriak Juna.
"Karena kita belum mendapatkan petunjuk apapun, kita gak tahu apa-apa tentang cermin itu. Mungkin saja ada tantangannya." Reva juga ikut menimpali.
"Bang, kayaknya kita harus sabar dulu, sampai kita tahu petunjuknya. Aku minta maaf Bang, kau akan sangat sulit berada di tubuhku," ucap Yardan dengan penuh rasa bersalah.
Juna mengusap surainya kasar. "Iya, kau memang harus meminta maaf padaku, suruh siapa jadi miskin. Jadinya aku 'kan yang kenanya!"
Reva mengerling, lagi-lagi ucapan Juna membuatnya sangat geram. Ingin sekali dia menimpuk wajahnya itu, tapi dia harus ingat wajahnya itu milik temannya.
"Kak Juna, kalau ngomong itu harus di jaga. Omongan kak Juna tuh bikin orang sakit hati tahu gak!"
"Eh, kau berani, yah!"
Yardan menengahi saat Juna beranjak berdiri. "Ish, udah kalian jangan berantem ... Reva udah gak apa-apa, wajar Bang Juna ngomong gitu."
"Yardan, tapi dia udah keterlaluan tahu," teguh Reva.
"Udah gak apa-apa, kita tetap harus menahan emosi kita."
Reva melipat tangan di dada, Yardan memang seperti ini dia tidak pernah melawan walaupun dia direndahkan terus menerus. Padahal ini adalah kesempatan bagus untuknya membalaskan dendam.
"Pokoknya kalau kalian udah nemuin petunjuk tentang bulan purnama, kalian harus ngasih tahu," titah Juna.
"Kau juga harusnya membantu mencari tahu," timpal Reva berang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cermin Terbalik 2
Teen Fiction[End](completed) #2 Teenfintion 25/02/23 #3 tentlit 27/05/23 Gara-gara cermin misterius itu, Juna harus terjebak di tubuh adik kelasnya yang cupu dan kucel. yang paling dia tidak terima adalah dia harus hidup seperti orang miskin dan sengsara. Jiwa...