05. Arogan

27 8 0
                                    

"Apa maksudnya?!" teriak Reva terheran-heran.

"Kamu percaya gak kalau aku Yardan yang asli dan dia Juna yang asli," ungkap Yardan.

Reva semakin mengerutkan dahinya, dia benar-benar sangat pusing dengan ucapan kedua orang di sampingnya.

"Apa? Aku gak ngerti?"

Juna dan Yardan kembali terdiam, mereka juga bingung untuk memulainya dari mana. Hingga Yardan menceritakan awal mula ini terjadi, dimana jiwa Juna dan Yardan tertukar karena cermin yang terbalik misterius itu.

Sedangkan Reva mendengarkan dengan seksama, walaupun ucapan Yardan tidak masuk logika. Jika dipikirkan lagi ucapan Yardan ada benarnya, pasalnya selama perjalanan ke sekolah bersama, Yardan diam saja. Biasanya dia selalu menimpali apa yang Reva ucapkan dan jika benar orang yang bersamanya tadi adalah Juna berarti Reva membuat kesalahan karena telah mengatai para pembuli di hadapan pembulinya langsung.

Reva menatap kedua orang di kiri kanannya. "Ja-jadi, kalian ..." Reva masih tidak percaya. "Gak, kalian pasti bohong 'kan, iya 'kan?"

"Sudahku bilang, 'kan Reva tidak akan percaya," keluh Juna.

"Reva aku berkata jujur, memangnya kau tidak bisa membedakan cara bicara aku dan Bang Juna?" jelas Yardan penuh penekanan.

"Kalau itu bener, coba buktikan!" jeda Reva. "Tebak kapan tanggal Berapa aku lahir?" Kedua bola mata Reva melirik kedua orang di sampingnya.

"27 November 2010!" teriak Yardan dengan tepat.

Reva terbelalak dan menghela napas lagi. "Di manakah aku lahir?"

"Di Sumedang," jawab Yardan tanpa ragu, sedangkan Juna dengan tubuh Yardan diam saja karena dia yakin hanya orang terdekatnya saja yang tahu itu.

"Siapa nama orang tuaku?"

"Bapa Suhada dan ibu Wati," ucap Yardan tepat lagi.

Reva diam dan menatap wajah yang ia tahu berwajah Juna, tetapi dia mulai percaya bahwa kini tubuh Juna itu berjiwa Yardan.

"Semua temanku tidak ada yang tahu aku lahir dimana kecuali Yardan. Ini beneran?" tutur Reva.

"Kamu sekarang percaya?" tanya Yardan memastikan.

"Kayaknya gak ada alasan buat gak percaya," ungkap Reva.

Sekejap hening di antara mereka, hingga Reva memecah kesenyapan itu. "Terus gimana?"

"Kamu tahu tempat waktu perkemahan kemarin?" tanya Juna tak sabaran.

Reva mengangguk mantap, dia tahu tempat itu saat pergi berlibur ke tempat wisata curug Cipanas bersama keluarga besarnya. "Aku tahu."

"Terus kau ingat jalan menuju ke sana?" tanya Juna lagi.

"Ya, sepertinya aku ingat," ucap Reva ragu.

"Kalau begitu kita ke sana!" timpal Juna.

"Emang keburu, Bang mungkin perjalanan ke sana memakan waktu lama," ujar Yardan.

"Emangnya jauh?" tanya Juna kepada Reva.

Reva mengangguk pelan. "Lumayan jauh, kemarin di perjalan perkiraan satu jam."

"Iya itu gak terlalu lama, mungkin saja masih keburu pulang pergi, tidak akan pulang malam," tutur Juna.

"Memangnya kita ke sana naik apa? Apa naik mobilmu, Bang?" tanya Yardan.

"Gak, gak bisa! Kita gak bisa kasih tahu supirku," tolak Juna.

"Kalau ke sana naik kendaraan umum, bakal lama perjalanannya ditambah lagi kita pulang sekolah jam setengah dua," Reva menimpali.

Juna mengusap wajahnya secara kasar, dia frustasi dengan semua nasib sialnya ini. Dia tidak mau berada pada tubuh Yardan dalam waktu yang lama, dia tidak bisa menyesuaikan dan kehidupannya berbeda.

"Terus gimana sekarang, pokoknya aku pingin cepet kembali ke tubuhku!" teriak Juna.

"Kita tunggu saja sampai hari Minggu, di hari Minggu kita tidak sekolah dan banyak waktu untuk pergi ke sana," ucap Yardan.

"Ya, menurutku itu satu-satunya jalan, Kak Juna."

"Heh, itu lama tiga hari lagi, aku tidak mau tinggal di rumahmu yang butut itu!" teriaknya lagi dengan nada amarah.

Reva dan Yardan saling pandang, ini membuat Reva semakin yakin bahwa tubuh Yardan memang diisi oleh sukma Juna.

"Kakak harus sabar, cuman tiga hari, kok," tutur Reva.

"Heh, tiga hari itu kayak tiga abad bagiku, you know?" Balas Juna.

Semua hening, Juna terus merutuki hidupnya saat ini, dia sangat kesal dengan ketidakberuntungannya, selama tiga hari itu dia harus menjadi orang miskin dan berperilaku layaknya seorang cupu dan pendiam seperti Yardan yang asli. Tentu itu bukan dirinya.

Juna menghela napas. "Ya udah terserah, tapi kau harus bisa menjadi diriku, aku tidak mau orang-orang mengenal Juna berubah menjadi cupu dan pendiam, ngerti?"

"Kakak juga sama, Kakak harus bisa menjadi Yardan jangan sampai orang lain melihat kalau Yardan sekarang sering berkata kasar dan berperilaku tidak baik." Reva menimpali dengan keberanian penuh.

"Oke, jadi dia gampang!" balas Juna dengan perasaan marah.

Juna pergi meninggalkan dua orang berbeda gender itu. Reva tahu bahwa sifat antara Juna dan Yardan berbeda 180 derajat, mau Yardan atau Juna sama-sama  tidak akan bisa menjadi orang lain.

•••

Sekolah berjalan dengan normal, kecuali Yardan, dia kesulitan belajar karena memang pelajarannya tidak sesuai dengan kelasnya, sedangkan Juna dia tidak memedulikan pelajarannya, dari kelas tujuh sampai kelas sepuluh dia memang anak yang bebal.

Waktu sekolah telah habis, semua siswa berbondong-bondong keluar kelas. Yardan memang pulang lebih awal karena guru pelajarannya memberikan bonus kepada kelasnya saat ini. Dia menunggu di luar pintu kelas tujuh, menunggu Juna keluar, dia ingin mengatakan sesuatu hal penting.

Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya murid kelas 7B keluar dan bertemu dengan Juna.

"Bang!" teriak Yardan saat sadar Juna muncul belakangan bersama dengan Reva.

"Kenapa?" tanya Juna.

Yardan celingak-celinguk memastikan bahwa tidak ada siapa-siapa selain mereka bertiga.

"Aku minta tolong, Bang," pinta Yardan.

"Apaan?"

Yardan menatap Reva tak lama bola matanya kembali menatap Juna. "Bang, bisa gak Bang tolong bantuin bapak kerja."

"Hah, maksudnya?"

"Bapak kerja jadi petugas kebersihan lingkungan, dia kadang bersih-bersih di sekitar bunderan atau alun-alun, biasanya aku suka bantuin."

"Gak!" Potong Juna.

Tidak ada niatan dalam diri Juna untuk masuk ke keluarga Yardan apa lagi membantu bapak Yardan yang notabenenya bekerja jalanan seperti itu, jelas bukan tipikalnya.

"Kau menyuruhku untuk membantu bekerja seperti itu? Ogah banget," jelas Juna.

"Tapi, Bang kalau aku yang bantuin bapak, dia gak bakal kenal," ujar Yardan.

"Gak, ogah banget bergumul sama sampah, inget ya, aku gak bakal mau bantuin kerja kayak gitu," tekan Juna.

"Tapi, Kak ... Bukankah kakak udah janji bakal menjadi Yardan buat sementara, begitu pun Yardan kayaknya seimbang aja, secara memang kebiasaan Yardan bantu bapa," tutu Reva membela Yardan.

"Kalian berdua jangan maksa, yah. Gak mungkin anak orang kaya macam aku bantuin mungut sampah!" Juna tidak bicara lagi, dia langsung melenggang pergi meninggalkan Reva dan Yardan.

"Gimana Dan?" tanya Reva pada Yardan.

Yardan menunduk, dia sangat tersiksa dengan ucapan menohok Juna. Dia bingung untuk kesekian kalinya, apakah dia akan membantu bapak dengan tubuh Juna? Mungkin dia harus berkenalan dan pura-pura menolong pada ayah kandungnya.


TBC

Kasih aku Kritik dan saran, yah ❤

09/09/22<3

Cermin Terbalik 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang