23. Ide

23 4 0
                                        

Yardan menatap lurus pada satu orang di lorong  yang ramai. Dengan ramah remaja laki-laki itu menawarkan dan melayani mereka dengan rasa senang, Yardan menatap kakinya yang masih diperban. padahal ada kesempatan untuknya beristirahat di rumah, tetapi entah mengapa Juna banyak sekali perubahan.

Seketika Raut wajah Yardan berseri, tiba-tiba ide terlintas dipikirannya. tanggal 6 Ferbruari tinggal dua hari lagi, secara prediksi. Bulan purnama akan terjadi pada tanggal itu.

Benar atau tidaknya, mereka masih belum yakin. mereka harus tetap berdo'a harap-harap purnama itu memang terjadi dan jiwa mereka kembali seperti semula.

lantas Yardan berlari ke kelas Reva dan mengabarkan bahwa dia memiliki rencana untuk bisa ke sana tanpa diam-diam.

•••

"Reva!" teriak Yardan hingga penghuni kelas lain menatap sinis kepadanya karena berteriak dengan nada yang tinggi.

Yardan meringis kala menyadari perbuatannya. "Maaf-maaf ..." dia membungkuk-bungkuk dihadapan semua orang.

tanpa memedulikan lagi, Yardan duduk di bangku Reva yang sedang kosong.

"Kenapa, sih? teriak-teriak?" tanya Reva.

"Aku punya ide untuk bisa ke tempat cermin itu," ungkap Yardan.

Mata Reva seketika berbinar dan menatap Yardan dengan perasaan senang.

"Serius? kau yakin idemu itu akan berhasil?" tanya Reva antusias.

"Aku sangat yakin rencanaku ini, akan seratus persen berhasil!"

Reva bertepuk tangan riang. "Oke, jadi apa rencananya?"

"Begini ... untuk rencana ini aku sangat membutuhkanmu, kau mau membantu, 'kan?"

"Tenang saja, kau tidak perlu bertanya seperti itu!"

Yardan tersenyum senang, dia sangat yakin dengan idenya ini akan berhasil tanpa sembunyi-sembunyi dan kesusahan untuk ke sana. Yardan akan secepatnya kembali ke tubuh dan kehidupan aslinya, termasuk Juna, dia tidak akan menderita lagi.

•••

Toples dagangannya sudah habis dan uang di tangannya hasil dagangan itu. hari yang berkah untuk Juna saat ini, tanpa perlu berjalan ke gedung sebelah, jualannya sudah habis. Walaupun dia berjanji pada Yara untuk berhenti jualan dia malah melanggar janji itu. entah mengapa kebiasaan barunya sekarang membuat Juna menyadari satu hal.

Ternyata mencari uang itu tidak segampang menghamburkannya, bahkan untuk membeli sebutir beras saja harus meneteskan keringat dan tenaga. Juna berpikir harus mulai hemat nanti.

"Yardan!" terdengar seseorang memanggilnya dari belakang.

Juna menoleh ke sumber suara, ternyata teman seangkatan Yardan. Hanya saja dia berbeda kelas, dia berada di kelas F. ada apa gerangan dia memanggilnya?

"Kenapa?" tanya Juna.

Dia adalah Juanda teman yang pernah satu tim dengan Yardan pada saat perkemahan. Juna ingat itu karena dia juga termasuk orang yang pernah ada di insiden dirinya dan Yardan bertukar jiwa. hanya saja Juna yakin dia tidak melihatnya karena perintah Juna untuk menutup mata mereka dengan kacu Pramuka.

Mata Juanda melihat ke arah kotak-kotak gorengan Juna. "Daganganmu sudah habis, yah? aku gak kebagian." wajahnya sedikit muram. "tidak masalah, aku akan membeli besok." wajahnya seketika kembali ramah.

"Iya, hari ini dagangannya laris," timpal Juna.

"Biar aku bantu." Juanda merebut dua kotak besar dari tangan Juna.

Cermin Terbalik 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang