13

17 6 0
                                    

Huek

Juna menyerobot keluar saat sudah sampai di depan SMP Cakraswara, dia bahkan tidak peduli sampai menubruk orang lain di trotoar, yang dia pikirkan saat ini adalah membuang isi perutnya gara-gara mencium bau pengharum ruangan di dalam mobil angkot itu.

Pengharum ruangan yang bermerk Stella rasa jeruk itu membuat Juna keleyengan. Dia sampai tak kuasa untuk tetap bertahan di angkot itu.

"Anjir!" Juna mual, beruntungnya tidak sampai muntah. "Bau anjir, lieur!" [Lieur: pusing]

Banyak orang menatapnya, mereka heran melihat seorang anak SMP sampai seperti itu. Berjongkok sembari mencondongkan tubuhnya ke tanaman hias jalanan. Setelah mulai mereda Juna malah terduduk.

"Anj*r kayak orang hamil aja," lirihnya.

Seorang gadis berseragam SMP, tiba-tiba datang padanya. Dia berjongkok dengan raut wajah khawatir.

"Kau kenapa? Kau tidak apa-apa?" tanya gadis itu.

Juna menatap lemas gadis yang umurnya tidak terpaut jauh dengannya itu, sekilas dia melihat embel-embel di seragam, dia bukan murid SMP Cakraswara.

"Tidak."

"Apakah kau pusing?"

"Tidak, tidak aku tidak apa-apa."

Gadis itu menatap Juna khawatir, siapa dia? Baik hati sekali. Sedari tadi banyak orang berlalu-lalang, tetapi tidak ada sekalipun yang menanyakan keadaannya. Terlihat gadis itu mengeluarkan sesuatu dari tasnya, sebotol Tupperware.

"Ini minumlah, kau pasti mabuk kendaraan." Gadis yang belum diketahui namanya itu menyodorkan air minum.

"Mabok Stella, anjir!" umpatku dalam hati.

Walau begitu, Juna tetap menerima air dan meneguknya hingga tersisa setengahnya, lalu Juna mengembalikan botol minum itu.

"Airnya tersisa setengah," ujar Juna.

"Gak apa-apa, kok." Perempuan itu menyimpan kembali air minumnya ke dalam tas, dan berdiri.

"Kau masih bisa jalan?" tanya Gadis itu, sembari mengulurkan tangan pada Juna.

Juna menatap uluran tangannya, gadis yang baik, tetapi dia belum tahu namanya. Tak lama Juna menerima uluran tangannya dan berdiri.

"Thanks, yah."

"It's ok ... Aku pergi duluan, yah." Tanpa basa-basi lagi gadis bertas pink itu melenggang meninggalkan Juna.

Juna hanya menatap kepergiannya. Gadis itu cantik dan baik hati, dia dari SMP tetangga. Juna merutuk diri karena lupa menanyakan namanya, saat ini dia tidak bisa berteriak hanya untuk tahu namanya saja.

Juna berharap bisa bertemu lagi dengan gadis cantik dan baik hati itu. Lantas dia masuk ke gerbang sekolah karena sebentar lagi akan melaksanakan upacara.

•••

Selama pembelajaran, Juna tidak bertegur sapa dengan Reva walaupun bangku mereka bersebelahan, hingga sekarang sudah istirahat pun masih belum ada di antara mereka untuk membuka suara. Juna kesal, ia pun memberanikan diri menanyakan apa yang ingin ia katakan.

"Heh, Reva!"

Reva yang masih berkutat dengan bolpoin, pasalnya dia belum menyelesaikan materi IPA tadi.

"Jangan ganggu!"

Juna mendengus, Reva ini termasuk murid ambis dia mati-matian agar bisa mendapatkan nilai yang terbaik. Bagus untuk anak sekelas Reva.

Cermin Terbalik 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang