03

36.2K 3K 14
                                    

Raja menatap Cello tajam, dia seolah ingin memenggal kepala Cello tapi tak bisa melakukannya jadi lah raja memilih pergi tanpa bicara sepatah kata pun.

"Oh yang mulia !" Wanita tadi langsung menghampiri Cello.
"Saya sangat takut raja akan menghukum anda!"

"Se-sepertinya dia tidak melakukan itu" kata Cello.

"Hah.. " tabib istana menghela nafasnya berat.

"Anda tidak apa-apa ?" Cello membantu tabib istana untuk berdiri, tabib istana menatap Cello.
"Yang mulia, ini seperti bukan diri mu" ujar tabib istana yang mendapat senyuman kaku dari Cello.

"Me-memangnya seperti apa aku yang sebelumnya ? Ku rasa aku sedikit lupa"

Mendengar apa yang Cello katakan, tabib langsung menatap wanita yang ternyata pelayan dari Cello.
"Reein, apa yang sudah terjadi pada ratu ?" Tanya tabib istana pada wanita bernama Reein ini.

"Aku pun tidak tau tuan, ku rasa beliau hilang ingatan" jawab Reein.

"Hilang ingatan, tapi aku tidak melihat ada benturan yang cukup berarti .. ah, baik.. aku tidak bisa mengubah hasil pemeriksaan ku yang ada aku semakin membuat raja marah.. " tabib menatap Cello.

" ..yang mulia Cello, saya hanya bisa memberi saran agar anda istirahat yang cukup.. saya permisi" dia menunduk singkat lalu berjalan keluar dari kamar Cello.

Cello menatap Reein.
"Jadi nama mu Reein ?" Tanya Cello.

"Ah, iya yang mulia...nama saya Reein.. kalau memang anda melupakan semuanya, besok saya akan membawa anda berkeliling istana dan menjelaskan apa saja tugas seorang ratu"

"Hm, terima kasih"

"Ya paduka, tidak jadi masalah karena ini tugas saya sebagai pelayan anda"

Reein mempersilahkan Cello untuk istirahat tapi dia tidak bisa tidur alhasil Cello diam-diam keluar dari kamar lalu berkeliling seorang diri.

Dia menyusuri halaman istana, saat berpapasan dengan pelayan, mereka langsung menunduk tidak berani menatap Cello.

"Istana ini sangat luas dan besar, aku merasa seperti ada di negeri dongeng .. apa yang terjadi pada ku ? Apa aku berada di dimensi yang berbeda ?" Gumam Cello seraya menatap kearah langit malam itu.

Saat dia tengah diam menatap langit, dua tangan tiba-tiba mendekap tubuh Cello.

Deg!
'Si-siapa ?' batin Cello sedikit takut.

"Aku mendengar berita tentang mu, apa kamu sudah sehat ?" Bisiknya tepat di telinga Cello.

Cello meremas lengan pakaian orang ini.
"Ak-aku sehat" jawab Cello.

"Syukur lah.. aku sangat khawatir pada mu" tiba-tiba dia mengecup singkat leher Cello yang membuat pria muda ini langsung mendorong wajah orang tadi lalu berbalik melihat siapa yang sudah lancang menyentuhnya.

Dia bisa melihat pria tinggi dengan rambut panjang ikal sebahu juga jangan lupakan iris mata berwarna coklat mudanya.

Cahaya bulan membuat Cello terdiam saat melihat pesona pria di hadapannya sekarang.
"Si-siapa kamu ?" Kata Cello yang berhasil membuat pria ini mengerutkan alisnya.

"Apa yang kamu katakan ? Kamu tidak mengenal ku ?" Tiba-tiba pria ini menarik kedua tangan Cello agar lebih dekat dengannya.

"Tu-tuan.. ah, aku.. aku sungguh tidak mengenal mu!"

"Apa yang terjadi padamu Cello ? Bagaimana bisa kamu melupakan ku ? Wajah ini yang selalu kamu lihat hampir setiap hari dan malam!" Pria ini menarik tangan Cello agar menyentuh pipinya.

"Tu-tuan ! Sebentar.. ak-aku tidak tau apa yang kamu katakan !" Cello sedikit takut saat melihat raut wajah pria ini, dia seolah memaksa Cello untuk mengingat.

"Tuan! Lepaskan aku!" Cello mendorong kasar pria ini agar mau melepaskannya, saat berhasil lepas Cello langsung berlari menjauh tapi langkahnya terhenti saat dia tidak sengaja menabrak seseorang yang ternyata raja.

"Ugh!" Wajah Cello berubah pucat tapi entah kenapa raja malah merangkul pundak Cello lalu melindungi Cello di balik jubahnya.

"Apa yang kau lakukan pada ratu ku.. yang mulia Abzar ?" Raja menatap pria bernama Abzar ini tajam.

Abzar tersenyum.
"Kami tidak sengaja bertemu dan saling menyapa satu sama lain" jawabnya.
"Kalau begitu, saya permisi paduka raja dan .. ratu, selamat malam" saat pria bernama Abzar ini berniat pergi raja tiba-tiba bersuara.

"Sudah berkali-kali aku memperingati mu untuk tidak mendekati ratu ku lagi adik tiri ku.. dia.. " raja semakin erat memeluk Cello.
" ..sudah memilik pasangan seorang raja yang berkuasa di kerajaan ini, sekarang beri hormat pada raja dan ratu mu"

Abzar terlihat mengepalkan tangannya lalu berbalik menatap raja, dia menaruh tangan kanannya di dada kemudian sedikit membungkuk di hadapan raja.
"Hidup raja Azrak Lubran dan ratu Lumianqu Celloze.. berkah menyertai langkah raja dan ratu meliputi seluruh negeri"

"Hidup !!" Jawab pelayan dan prajurit di dekat raja dan ratu.

Setelah memberi hormat Abzar kembali berdiri tegap tanpa sengaja matanya dan Cello bertemu tapi hanya seperkian detik saja hingga akhirnya Abzar berpamitan untuk pergi dari hadapan raja dan ratu.

Cello meremas pelan baju Azrak.
'Apa ini ? Aku tidak mengenalnya tapi entah kenapa dada ku terasa sesak'

Grep!

Deg!
Cello terkejut saat Azrak menarik pinggang Cello lalu merendahkan sedikit tubuhnya menatap tepat di mata Cello.

"Apa kamu sedih tidak bisa berduaan lagi dengannya ?" Tanya Azrak.

"A-apa ?" Cello bingung dengan pertanyaan yang keluar dari mulut Azrak.

"Tidak lupakan saja.. " Azrak melepaskan Cello dari dekapannya.
" ..dimana pelayan mu yang mulia ? Kenapa anda berjalan seorang diri ?" Tanya Azrak.

"Ah, ini .. ak-aku hanya ingin berjalan-jalan sebentar.. jadi aku tidak membawanya" jawab Cello gugup.

Azrak melirik Cello, dia tiba-tiba melepas jubahnya lalu menaruh jubah tebal dan besar itu di tubuh Cello.
"Bawa ratu kembali ke kamarnya, beliau perlu banyak istirahat" perintah Azrak.

"Ah, baik paduka !" Salah satu pelayan menuntun Cello agar ikut bersamanya, dan Azrak kembali berjalan kearah yang berlawanan.

Kejadian hari ini membuat Cello penasaran, apa yang sudah terjadi di istana ini.
'Aku harus bertanya pada Reein !'

.
.

Bersambung ...

I'm The Queen (Tamat, M-Preg 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang