22

11.2K 1.4K 37
                                    

Abzar sangat hati-hati mengangkat tubuh Filpe saat pelayan menganti seprei kasur Abzar.

"Yang mulia, maaf.. saya meminta ijin untuk membersihkan tubuh tuan Filpe" ujar salah satu pelayan yang saat ini membawa wadah ukuran sedang berisi air dan kain.

"Berikan pada ku, aku yang akan membersihkan tubuhnya"

"Ah tapi nanti tangan Anda kotor yang mulia"

"Tidak apa-apa, pergi lah" kata Abzar.

Kedua pelayan ini menunduk lalu melangkah pergi juga menutup pintu kamar Abzar. Abzar membawa wadah ukuran sedang itu di dekat Filpe.

"Aku akan membersihkan tubuh mu, boleh aku menyentuh tubuh mu ?" Tanya Abzar.

Rona merah muda terlihat di kedua pipi Filpe.
"Sa-saya akan membersihkan tubuh saya sendiri yang mulia !"

"Tidak, jangan bergerak... Ini salah ku, biar aku yang bertanggungjawab" Abzar menahan tubuh Filpe agar tetap berbaring di atas kasur.

"Tapi paduka--"

Abzar menyentuh bibir Filpe.
"Ssstt.. diam lah, ini perintah"

Deg.
Deg.
Deg.

Jantung Filpe berdebar kencang, dia merasa sangat malu dan gugup saat ini karena hanya ada mereka berdua di dalam kamar.

Abzar perlahan membuka baju Filpe lalu membersihkan bercak darah di dada Filpe, tak hanya bagian dada, dia juga membersihkan tangan, kaki dan paha dalam Filpe.

"Mm.. " Filpe meremas seprei kasur saat merasakan hangatnya jari Abzar di kulitnya.

Selesai dengan tubuh Filpe, Abzar beralih membersihkan wajah Filpe memakai kain lain. Tak sengaja mata keduanya bertemu, lama mereka bertatapan Abzar perlahan menyentuh sudut mata Filpe.

"Mata mu sangat indah" kata Abzar setengah berbisik dengan suara beratnya.

"Te-terima kasih yang mulia" Filpe tidak bisa menyembunyikan ekspresi gugupnya.

Perlahan Abzar memajukan wajahnya berniat mencium dahi Filpe tapi dia segera tersadar kalau saat ini Filpe dalam keadaan sakit.

"Ah, maafkan aku.. aku tidak bermaksud melakukan itu !"

Grep!
Filpe segera menahan kedua tangan Abzar yang saat ini mengurung Filpe di atas kasur.

"Apa Anda berniat mencium dahi ku yang mulia ?"

Abzar mengalihkan wajahnya dari tatapan mata Filpe.
"Aku tidak bermaksud memaksa mu, aku juga tidak bermaksud merebut mu dari kekasih mu saat ini"

"Saya tidak punya kekasih.." Filpe menyentuh wajah Abzar.
" ..tapi ayah saya dulu mengatakan tak pantas seorang pelayan menyentuh dan memiliki rasa pada anggota kerajaan, tapi saya melanggar kedua larangan itu.. apa saya akan di hukum ?" Tanya Filpe dengan mata berkaca-kaca.

Abzar terkekeh pelan, dia menarik tangan Filpe dari pipinya lalu mengecupnya singkat.
"Cukup lama aku merasakan kekosongan tapi saat itu kamu datang pada ku dan membuat hari ku sedikit berwarna.. tapi sayangnya itu hanya bertahan tiga hari"

Filpe mengusap-usap pipi Abzar.
"Maafkan saya yang tak bisa terus berada di sisi Anda saat itu yang mulia .. Anda pasti merasa kesepian"

"Ya, aku sangat kesepian..  maaf aku sudah melukai mu dan hampir membuat cahaya itu redup, tapi mau kah kamu menjadi cahaya ku Filpe ?"

Buliran bening perlahan keluar membasahi mata Filpe.
"Hiks.. tentu saya mau"

Abzar tersenyum senang.
Dia mendekat lalu mengecup dahi Filpe.
"Apapun yang terjadi aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi dan tak ku biarkan orang lain menyakiti mu"

Setelah hari itu, Filpe di rawat selama satu bulan penuh sampai lukanya mengering dan Filpe bisa beraktivitas kembali sebagai pelayan raja tapi walau pun begitu, dia masih bisa menemui Abzar di saat tak ada pekerjaan.

Keduanya terlihat semakin akrab dan kabar burung tentang kudeta itu perlahan mulai meredup, berkat Filpe dan Cello hubungan persaudaraan ini terlihat ada sedikit peningkatan.

Abzar bahkan sudah mau makan bersama dengan Azrak juga Cello dan tentunya Filpe harus ada di sana juga bersama mereka.

*8 Bulan Kemudian*

"Mmmm.. Hah!" Cello menarik juga menghembuskan nafasnya pelan saat berada di halaman istana.

"Cuaca yang cerah.. aku senang semua berjalan dengan baik" gumam Cello sampai akhirnya dua tangan melingkar memeluk tubuh Cello.

"Maaf aku terlambat.. kamu jadi berjalan sendirian" ujar Azrak.

"Tidak apa-apa yang mulia, aku paham Anda sangat sibuk"

"Hah.. pekerjaan ku tak kunjung selesai, aku jadi tidak punya waktu bersama kalian"

"Hehe... Jangan khawatir, kami sudah terbiasa" jawab Cello.

Azrak membalik tubuh Cello lalu berjongkok di hadapan ratunya ini, raja Azrak mengusap pelan perut Cello yang terlihat cukup besar.

"Kapan prediksi tabib kamu melahirkan ?" Tanya Azrak.

"Mungkin 2 minggu lagi yang mulia" jawab Cello.

Azrak tersenyum kecil lalu mengecup singkat perut Cello.
"Jadi lah anak yang baik dan bijaksana.. kamu adalah penerus ku kelak"

Cello tersenyum kaku.
'Belum lahir pun pundak anak ku sudah terlihat berat... Sabar ya sayang' ujar Cello seraya mengusap-usap perutnya.

.
.

Bersambung ...

I'm The Queen (Tamat, M-Preg 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang