03

14.3K 1.5K 8
                                    

Penobatan Abzar berlangsung meriah tapi ada beberapa yang bersedih walau pun raja Azrak terkenal sadis dan tak kenal ampun apabila dia marah tapi untuk rakyat dan orang-orang terdekatnya dia sangat perduli.

Itu menjadi alasan kerajaan tersebut makmur berkat sikap tegas dan bijaksana raja Azrak bahkan dia tidak segan menghukum mati setiap koruptor di negeri itu.

Setelah penobatan selesai, istana mengadakan pesta meriah hingga larut malam.

"Ayo ratu ku, minum anggur ini" Abzar menyodorkan segelas minuman anggur pada Cello.

Cello menolak tawanan Azrak.
"Tidak terima kasih"

"Kenapa ? Ini pesta kita, kamu harus bersenang-senang" Abzar menarik Cello agar lebih dekat dengannya.

"Hm, silahkan saja paduka.. untuk sementara aku tidak minum minuman beralkohol" kata Cello seraya mengusap pelan perutnya.

Abzar baru ingat kalau Cello tengah mengandung anak dari Azrak.
"Hei.. " Abzar menarik dagu Cello.
" ..karena kamu sekarang menjadi ratu ku, maka kamu pun harus mengandung anak dari ku"

Deg!
Cello terdiam mendengar apa yang Abzar katakan.

"Itu sudah menjadi kewajiban mu untuk mengandung keturunan seorang raja"

Cello berusaha tersenyum.
"Tidak perlu bertele-tele.. katakan apa mau mu ?"

Abzar tersenyum kecil lalu menyerup minuman anggur di tangannya.
"Ah!" Abzar menghentakkan gelas tadi di atas meja yang langsung menjadi perhatian tamu yang datang ke pesta itu.

Abzar menarik Cello ke dalam pelukannya.
"Aku sudah berhasil menumbangkan tahta raja terdahulu dan aku tidak mau melihat satu hal pun miliknya baik mati maupun .. " Abzar beralih melihat Cello.

" .. hidup di dalam sini,. " Abzar menyentuh perut Cello ".. maka dari itu,. "

Dia menyodorkan segelas anggur di depan bibir Cello.
"Minum ini sampai kamu mabuk dan kita bisa menikmati malam panjang berdua"

Cello menatap Abzar tepat di mata Abzar.
"Apa anda memerintahkan ku untuk membunuh janin kecil di perut ku ?"

"Ya, aku tidak menginginkan dia ada di antara kita"

Cello mengepalkan kedua tangannya.
"Anda sudah membunuh ayahnya maka masih kah tega menyakiti darah daging ku ? Kalau memang yang mulia Abzar mencintai ku.. maka biarkan dia hidup karena membunuhnya sama saja seperti membunuh ku! Aku mau ikut mati juga bersama anak ku !" Cello menepuk pelan dadanya.

Abzar terdiam mendengar apa yang Cello katakan, alasan dia menumbangkan tahta Azrak karena dia ingin bersama Cello tapi kalau Cello mengatakan hal seperti itu tentu Abzar akan berpikir ulang karena dia tidak ingin orang yang dia cintai ini sakit.

Abzar menegak minumannya lalu menatap Cello.
"Tidak kah kamu memikirkan perasaan ku Cello ? Apa kamu lupa segala kenangan kita ?"

Cello semakin kuat meremas pakaiannya.
"Jujur ku katakan, aku lupa semua kenangan masa lalu bahkan pada kakak tiri mu itu tapi kalau memang janin ini menganggu mu.. " Cello merebut minuman dari tangan Abzar.

" ..akan ku lakukan-"

Plak!
Prang!!

Abzar menepis gelas perunggu itu dari tangan Cello yang membuat mereka kembali menjadi pusat perhatian para tamu.

"Yang mulia, anda tidak apa-apa ?" Tanya Reein yang sejak tadi berdiri di dekat Cello.

Cello mengangguk singkat.
"Aku baik-baik saja"

"Hah.. " Abzar menyentuh kepalanya.
" ..bawa ratu pergi dari hadapan ku, masukkan dia ke dalam kamar, Sekarang !"

"Ba-baik.. mari yang mulai, ku bantu kembali ke kamar anda" Reein menarik pelan tangan Cello agar ikut bersamanya.

Sebelum pergi, Cello bisa melihat raut wajah kesal dari Abzar tapi sepertinya dia tidak setega itu untuk menyakiti Cello jadi lah dia menyuruh Cello pergi.

Saat berjalan bersama Reein kearah kamar, Cello jadi pendiam dia tidak seceria saat awal dia bangun dari pingsannya dulu.

Reein meremas pelan pakaian pelayannya.
"Yang mulia Cello.. " Reein berhenti berjalan begitu pula dengan Cello.
" ..kalau memang anda kembali menjadi diri anda yang lama, aku senang tapi .. " buliran bening keluar membasahi mata Reein.

" ..jujur saja, aku rindu paduka yang kemarin sebelum istana ini di serang.. aku rindu ocehan dan wajah ceria mu yang mulia, maaf kalau kata-kata ku tidak sopan .. ak-aku tidak bisa menahan rasa sesak ini, aku hanya merindukan teman ku" Reein mengusap air matanya yang tak bisa berhenti keluar.

Cello mendekat lalu memeluk Reein erat, "Aku masih Cello yang kamu kenal tapi keadaan sekarang tidak lah baik untuk ku bisa bersikap seperti saat raja Azrak masih ada disini.. "

Cello melepas pelukannya dari Reein lalu mengusap air mata Reein.
" ..kita masih teman, hm ?"

"Uhh.. hiks.. maafkan aku yang mulia, maaf sudah membuat beban pikiran anda bertambah!"

Cello tersenyum kecil, dia mengusap-usap punggung Reein.
"Terima kasih masih setia di sisi ku Reein"

"Hiks.. sama-sama yang mulia, aku .. hiks.. aku pun berterima kasih"

Setelah Reein tenang, Cello pergi ke kamar lalu berdiam diri di kamarnya. Dia menatap langit-langit kamar.

"Aku harus bergerak maju, tapi bagaimana caranya untuk ku bisa menarik kepercayaan yang mulia Abzar ?" Tanya Cello pada dirinya sendiri.

"Itu sudah menjadi kewajiban mu untuk mengandung keturunan seorang raja"

Cello teringat kata-kata Abzar tadi, dia meremas baju di bagian perutnya.
"Ya, itu benar.. aku harus menerima kenyataan ini, orang yang sekarang duduk di tahta istana bukan lah Azrak lagi tapi Abzar"

.
.

Bersambung ...

I'm The Queen (Tamat, M-Preg 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang