16

18.2K 1.9K 26
                                    

"Apakah sudah selesai ?" Tanya Azrak saat tabib istana tengah membersihkan luka di lengannya.

Tabib istana tersenyum kaku.
"Saya perlu menjahit luka anda yang mulia"

"Hah..." Azrak menyandarkan tubuhnya dengan raut wajah kecewa karena cukup membuang waktunya hanya untuk menjahit luka.

Tabib melirik wajah Azrak.
"Apa anda sibuk paduka atau ada kegiatan penting lain yang membuat anda kecewa mendengar kalau luka anda harus di jahit ?"

"Waktu ku terbuang, saat pergi kemari.. aku tengah menikmati waktu berdua bersama ratu ku"

Tabib baru pernah melihat rajanya uring-uringan seperti ini hanya karena tidak bisa berduaan bersama ratunya.
"Ah, begitu rupanya.. baik, akan saya jahit luka anda.. semoga cepat selesai dan anda bisa menemui ratu anda yang mulia"

"Hm, lakukan dan selesaikan secepat yang kamu bisa"

"Baik!" Tabib mulai bekerja menjahit luka Azrak, perlu 1 jam untuk tabib menyelesaikan pekerjaannya.

Dia bahkan mengecek berkali-kali jahitan di tangan Azrak.
"Sudah selesai paduka, saya akan racikan obat untuk anda nanti"

"Ya, terima kasih" Azrak bangun dari posisi duduknya lalu melangkah keluar dari ruangan tabib istana.

Tabib tersenyum tipis.
"Yang mulia ku harap kali ini cinta mu bisa terbalas" kata tabib penuh harap.

.
.

Cello melirik kiri dan kanan tapi sepertinya Azrak tak kunjung kembali, "Apa dia marah ?" Gumam Cello karena Cello sudah menunggunya lebih dari satu jam.

Cello memutuskan kembali ke kamar karena dia belum sepenuhnya pulih dari kegiatan tadi malam.
"Hah.. aku mau berbaring di kasur, pinggang ku sakit" kata Cello sembari memegang pinggangnya.

Saat dia berjalan menyusuri halaman istana, seseorang mencegat Cello.
"Ikut aku!" Dia menarik tangan Cello.

"Hei.. hei! Bisakah kita berjalan santai.. ?! Pinggang ku sakit !" Protes Cello tapi orang ini mengabaikan kata-kata Cello.

Dia menyeret Cello ke suatu ruangan lalu mengurung Cello disana, Cello menatap orang yang ternyata adik tiri raja yaitu pangeran Abzar.

"Kenapa anda membawa ku kemari yang mulia ? Kau tau, raja akan marah kalau tau aku berduaan dengan mu disini"

Abzar mengepalkan kedua tangannya.
"Aku mau mendengar penjelasan mu Cello.. apa maksudnya ini ? Kamu tidak pernah bersikap seperti ini pada ku ?"

"Apa dulu aku tersenyum lembut atau berkata manis pada mu yang mulia ?" Tanya Cello balik.

Raut wajah Abzar terlihat bingung karena Cello seperti orang yang berbeda.
"Katakan dengan jujur, apa Cello yang ku kenal tidak ada disini ? Maksud ku, kamu orang berbeda yang ada di dalam tubuhnya ?"

Cello tersenyum.
"Kalau pun ku katakan, anda tidak akan mempercayai ku paduka"

Abzar mendekat lalu menatap tajam tepat di mata Cello.
"Kalau pun kamu bukan Cello yang ku kenal, tubuh ini tetap miliknya.. hanya disini yang berbeda.. " Abzar menunjuk dada Cello.

" ..siapapun kamu, aku tidak akan melepaskan mu pada kakak ku.. aku tidak akan tinggal diam, aku juga akan berusaha membuat mu jatuh hati pada ku sama seperti Cello yang ku kenal"

Cello langsung mengukir senyum kaku di bibirnya.
'Andai raja Azrak tidak semenakutkan itu, mungkin orang ini akan ku jadikan selir' batin Cello.

.
.

Bersambung ...

I'm The Queen (Tamat, M-Preg 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang