Abzar tak habis pikir apa yang membuat Cello berubah, bahkan tega membohonginya.
Filpe menatap Abzar yang saat ini duduk di bingkai jendela menara, dia tau kabar burung yang mengatakan kalau Abzar dan Cello menjalin kasih di belakang raja tapi melihat keadaan sekarang sepertinya Abzar telah di campakkan oleh Cello karena Cello terlihat sangat dekat dengan Azrak.
Bahkan Filpe pernah tidak sengaja melihat keduanya tengah berciuman dimana hal itu sangat tabu di kerajaan ini, artinya Cello sudah tidak memperdulikan apa yang Abzar rasakan saat ini.
Filpe perlahan mendekat.
"Maaf paduka, tak seharusnya aku mempercayai secarik kertas itu hingga membuat kita terjebak di tempat ini" ujar Filpe."Menara ini sangat tinggi bahkan tak ada satu pun yang akan mendengar saat kamu berteriak, itu sebabnya setiap penjaga yang naik ke tempat ini selalu membawa pengeras suara (bentuknya seperti corong) agar orang yang ada di bawah bisa mendengar"
"Ya, aku tau yang mulia.. sayangnya kita tidak membawa pengarah suara itu" Filpe menunduk sedih.
Abzar menghela nafasnya berat.
"Sudah lah, apa mau di kata..." Abzar turun dari jendela lalu berjalan ke pojokan ruangan lalu duduk menatap Filpe.
" ..kita tinggal menunggu seseorang datang kemari atau lebih parah kalau tidak ada yang datang kita akan menjadi mayat, melompat pun sama saja bunuh diri"Filpe mengangguk pelan.
"Hm, mari menunggu seseorang datang" Filpe duduk di bawah jendela menara, dia melipat kedua kakinya lalu memeluknya erat.Lama keduanya menunggu, bahkan hari sudah berganti pagi tapi tak ada satu pun yang datang. Filpe dan Abzar sudah merasa sangat lapar, walau pun tidak akan terdengar tapi Abzar berusaha berteriak dari jendela menara berharap siapa pun yang ada di bawah bisa menengok ke atas tapi semua sia-sia.
Siang berganti malam, sudah hampir dua hari keduanya terkurung di dalam menara.
Filpe yang hanya memakai pakaian tipis tak bisa lagi menyembunyikan kalau dirinya merasa kedinginan, walau pun dia memakai tudung tetap saja tak bisa membuatnya merasa hangat.
Filpe menggosok-gosok kedua tangannya berharap bisa membuat dirinya tetap hangat.
"Ada apa ?" Tanya Abzar.
Filpe tersenyum paksa.
"Tidak apa-apa paduka, aku baik-baik saja"Abzar bisa melihat hidung juga pipi Filpe memerah.
"Kita berada di menara tertinggi di istana ini dan sebentar lagi memasuki musim hujan, ku rasa cuacanya terasa dingin bukan ?""Ya, seharian ini matahari pun tidak terlalu nampak hanya awan gelap saja" ujar Filpe.
Abzar duduk di dekat Filpe, dia membuka jubahnya lalu menarik Filpe ke dalam dekapannya.
"Ya-ya-yang Mulia ! Ak-aku tidak apa-apa !" Wajah Filpe bersemu merah.
"Mati kedinginan itu tidak lucu, selama masih bisa menghangatkan satu sama lain kenapa tidak"
Filpe meremas pelan kedua tangannya bergantian.
"Aku merasa tak pantas berada satu jubah dengan mu paduka""Di saat seperti ini, gelar tak begitu penting.. bagaimana ? Apa kamu sudah merasa hangat ?" Abzar menatap tepat di mata Filpe.
Filpe tersenyum manis.
"Berkata Anda, aku sudah merasa hangat.. terima kasih"Deg!
Abzar langsung memalingkan wajahnya dari Filpe."Mendekat lagi, kamu akan merasa lebih hangat" Abzar menarik Filpe agar tubuh keduanya bersentuhan.
Filpe langsung menunduk malu, bisa merasakan tangan kekar Abzar mendekap tubuhnya.
'Aku ingin waktu berhenti sekarang' batin Filpe..
.Bersambung ...

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Queen (Tamat, M-Preg 21+)
De TodoSibuk dengan pekerjan membuat pria muda terpaksa kehilangan nyawanya tapi dia malah tersadar di tempat yang berbeda, dia menjadi ratu dari kerajaan aneh terlebih lagi raja di negeri itu adalah tipenya, akan kah kehidupannya berakhir indah atau malah...