Satu lagi puing ku rekatkan; berharap menyatu tak lagi rubuh.
Sialnya kau berlalu lalang; mengaduh.
Puing-puing yang sebelumnya menyatu runtuh; menimbulkan suara gaduh.
Lerai tak terarah.
Aku yang sudah setengah mati menata puing hanya menatap seduh.
Menatap puing yang cerai berai; luruh.
Tangis tak terbendung; aku sudah sangat lelah.
Siapa yang akan membantu ku merekatkan kembali?
Aku terlalu lelah melakukannya sendiri.9-8-22
Deira Hime

KAMU SEDANG MEMBACA
Nalar Gaduh ✓
PoesíaJujur saja aku muak menuliskan aksara yang tak berujung. Setiap kali aksara ini terangkai, setiap itu pula ada darah yang menetes; tak akan bisa dilihat oleh siapapun. Tapi harus kemana lagi aku tuangkan, darah Atma yang kerap kali mengalir deras sa...