0.14

860 103 66
                                    

Mata silver yang tertutupi oleh kacamata visor itu menatap lekat kearah seseorang yang sedang menyantap makanannya yang berada di meja. Matanya tidak berkedip sedikit pun, walaupun rasa perih mulai terasa di kedua bola matanya. Tidak berbeda dengan temannya yang duduk di sampingnya. Mata merah Ruby itu menatap orang yang sama seperti temannya yang berkacamata visor itu dan tidak berkedip dan sesekali menatap tubuh itu dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Lu beneran cowok,gem?"tanya Halilintar kepada gempa yang sedari tadi menyantap makanannya.

"Hmm...iyaa...kenapa gak percaya?"tanya gempa sembari memasukan satu persatu makanan kedalam mulutnya.

"Gua sih...nggk..."saut solar sembari mengelap kacamatanya lagi lalu memasangnya kembali.

Gempa hanya mengangkat bahunya saja dan melanjutkan kegiatannya. Karena rasa ingin tahu solar besar, akhirnya solar pun bangun dari duduknya dan mengintrogasi makhluk jadi-jadian di hadapannya atau lebih tepatnya gempa.

Di usap dagunya,bertanda ia bingung. Sesekali solar menyentuh rambut gempa dan mencium aroma tubuh gempa. Sedangkan orang yang sedang di interogasi oleh solar,hanya diam dengan wajah datarnya. Dia hanya diam dan membiarkan temannya itu berbuat sesuka hatinya pada tubuhnya.

Hingga tidak sengaja solar meraba bagian dada gempa. Tentu saja gempa kaget dan menepis tangan solar.

"KAU SUDAH KELEWATAN!!!...."ucap gempa dengan lantang hingga membuat semua orang yang berada di toko itu melirik kearah meja gempa dan kedua temannya.

Gempa menatap horor kearah solar yang secara tidak sengaja meraba dadanya. Dia menundukkan kepalanya sembari memeluk dadanya. Rasa trauma kembali hinggap di otaknya. Memori-memori saat ayahnya melakukan 'itu' kepadanya kembali berputar di otaknya. Tubuhnya bergetar menandakan dia takut dengan pikirannya. Hisak dari mulutnya sedikit terdengar oleh kedua temannya.

Saat Halilintar ingin memegang kepala gempa,dengan cepat gempa mengangkat dan menepis tangan Halilintar dengan kuat. Spontan Halilintar terkejut dan menatap lama kearah gempa. Dia bisa melihat mata gempa yang berkaca-kaca dan sorotan mata gempa yang memperlihatkan ketakutan besar pada dirinya.

Mata emas gempa bulat sempurna dengan tubuh yang bergemetar. Apalagi saat seluruh pengunjung toko menatap kearah meja mereka. Hening menguasai suasana. Bisik demi bisik,mulai terdengar di gendang telinga mereka bertiga. Gempa kembali menundukkan kepalanya dengan perlahan dengan sorotan mata yang bergetar juga. Sesak dan pusing perlahan mulai terasa di tubuh gempa.

Keringat dingin mulai turun dari pelipisnya. Matanya juga sudah berkunang-kunang. Dia bisa melihat Halilintar bangun dan menyuruh seluruh pengunjung toko agar bubar. Solar juga dengan cepat menyenderkan tubuh gempa ke dadanya dan berusaha untuk menenangkan gempa. Gempa tidak bisa mendengar suara Halilintar dan solar, seolah-olah telinganya tuli sekarang.

Saat semuanya sudah tenang, Halilintar pun mendekati gempa dan menyuruh gempa untuk tenang dan menyuruh gempa untuk melakukan pernapasan normal. Gempa mulai mengikuti instruksi yang diberikan oleh Halilintar. Dia mulai menarik nafasnya dan membuangnya dengan pelan.

Dan pada akhirnya gempa menangis. Dengan cepat solar menyembunyikan wajahnya gempa pada dadanya dan Halilintar juga mengusap-usap punggung gempa dan membisikan kata-kata supaya gempa bisa lebih tenang. Tapi bukanya lebih tenang,gempa malah semakin kencang.

"Gak lin,gak... Mendingan kita bawa gempa keluar,panik attack ini,Lin..."ucap solar kepada Halilintar.

Halilintar pun mengangguk dan berniat untuk membawa gempa keluar tapi gempa malah menggelengkan kepalanya dengan cepat sembari berusaha untuk melepaskan tangan Halilintar yang memegang tangannya.

Saling melengkapi.[ON!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang