0.6

1K 128 37
                                    

Angin pagi berhembus begitu saja. Tujuh orang siswa sedang berjalan santai menuju ke sekolah. Burung-burung berkicau dan berterbangan kesana kemari menambah suasana di pagi itu.

"Tumben li,lu berangkat sekolah gak bawa motor."tanya ice sembari memainkan handphonenya.

"Motor gua di sita Ama bapa gua."jelas Halilintar.

"Lah lu kan punya mobil li,kenapa gak pake mobil aja?"tanya thorn.

"Gua mana bisa nyetir mobil-_-"

"Serius?"tanya gempa sembari menengok kearah Halilintar.

Halilintar hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan gempa. Gempa hanya ber'oh'saja lalu kembali menatap jalan. Hening kembali melanda suasana. Semuanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Tak lama, mereka pun sampai di gerbang sekolah.

"Nice kita masuk lebih awal 7 menit dari biasanya."ucap solar sembari melihat jam dari layar handphonenya.

Memang benar, pagi itu baru pukul jam 6 lebih dan pelajaran biasanya di mulai jam setengah delapan. Mereka pun masuk setelah membuka pintu gerbang lalu berjalan santai kearah kelas mereka.

"Hoammm!!! ngantuk gua...."keluh gempa saat sudah duduk di bangkunya.

"Yaudah tidur,lagian waktu masuk masih lama."ucap solar sembari mengeluarkan bukunya.

"Ya udah deh gua mau tidur aja,nanti kalau ada pak Amato bangunin ya...."ucap gempa dengan suara parau lalu terdengar dengkuran halus dari mulut gempa yang menandakan bahwa dia sudah tidur.

Keenam temannya hanya menatap gempa yang terlelap kemudian kembali ke urusan masing-masing. Lama kelamaan kelas mereka mulai penuh dengan para murid yang baru datang. Jam sudah menunjukkan pukul 8 lebih,namun sang guru pelajaran pertama tidak kunjung datang.

Solar sebagai ketua kelas pun berniat untuk memanggil guru tapi terhenti saat ada seorang OSIS masuk ke kelas mereka.

"Permisi, saya kesini untuk memberikan kalian hasil ulangan kemarin dari guru matematika."ucap sang OSIS.

"Masuk aja kak."ucap solar.

Setelah masuk, OSIS tersebut langsung memanggil satu persatu murid yang duduk di kelas 10. Dan saat nama gempa terpanggil,entah apa yang lewat,gempa tiba-tiba saja bangun lalu mengambil kertas ulangannya. Padahal jelas-jelas gempa tidur pulas bahkan sampe ileran mengalir ke bawah mejanya(bercanda gaes:v).

Semua murid yang melihat itu terkejut tentunya. Lantas gempa?dia hanya menatap mereka dengan tatapan sayu dan setelah menerima kertas ulangannya,dia kembali tidur.

"Ni anak kesambet apaan dah-_-" all in the class.

Semua murid pun mulai melihat hasil ulangan mereka dan diantaranya berteriak histeris karena mendapatkan nilai yang bagus,kecuali solar. Solar menatap kertas ulangannya yang mendapatkan nilai 97. Riak wajahnya berubah jadi sedu melihat nilainya.

"Oy sol lu dapet berapa?"tanya Halilintar.

"Se--sembilan tujuh...."ucap solar dengan lirih.

Lalu Halilintar melihat hasil ulangannya dan dia mendapatkan nilai 98,ya itu sudah lebih dari cukup menurut Halilintar. Tapi tidak biasanya temannya yang ambisius itu mendapatkan nilai dibawahnya. Halilintar pun bangkit dari duduknya lalu berjalan ke meja solar lalu melihat hasil ulangan milik solar. Memang benar, disana tertulis nilai 97 di kertas ulangan milik solar. Halilintar menatap kearah solar yang sedang murung karena nilainya lebih rendah dari Halilintar.

"Gu--gua takut li...gua takut dipukul sama ayah...."lirih solar.

"Tapi kan ya, nilai lu kan udah gede tuh 97,masa iya di pukul?" Ucap Halilintar.

Saling melengkapi.[ON!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang