Srak!
Srak!Pagi itu, jam masih menunjukkan pukul delapan pagi. Terlihat Blaze dan Ice sedang berjalan di pinggir jalan sembari menenteng kantong plastik yang isinya adalah sarapan mereka pagi ini. Hari ini sekolah libur dikarenakan temuan mayat seorang wanita di lapangan sekolah dengan keadaan termutilasi. Dan sekolah mereka sedang di periksa oleh polisi jadi mereka di liburkan terlebih dahulu sebelum pelakunya di temukan.
Muka korban mutilasi itu tidak jelas karena wajah sang korban sudah hancur lebur. Beberapa orang berspekulasi kalau itu adalah Bu Linda karena sejak kemarin beliau tidak pulang ke rumah. Tapi pendapat itu di tolak oleh sang suami karena beliau berkata bahwa Bu Linda ada di rumah sejak kemarin dan itu benar adanya. Tapi beberapa rekannya tidak percaya karena mereka melihat mayat itu memakai kalung yang sama seperti Bu Linda.
Tapi kini kasusnya belum terpecahkan dan sekolah mereka harus di tahan oleh polisi terlebih dahulu.
"Ice, kan di sekolah kita ada kasus pembunuhan ya kan ya." Ucap blaze sembari mulutnya menggigit-gigit lidi.
"Hmm... Lalu?" Jawab ice, tangannya sibuk membuka bungkusan permen.
"Katanya, korbannya di mutilasi kan ya, pasti ginjal, jantung, dan organ lainnya masih utuh ya, jual aja gak sih biar dapet duit."
Langkah ice terhenti. Dia menatap kearah sahabatnya itu.
"Astaghfirullah.... Lu pemikirannya kesana? Gua tau lu pengen punya duit tapi gak gini caranya ege." Timpal ice.
Blaze cengengesan mendengarnya. Dia membuang lidi yang sedari tadi ia gigit-gigit dan berjalan mundur, menatap kearah ice.
"Ya kan lumayan ice."
Ice hanya bisa menggelengkan kepalanya dan mengelus dadanya lalu ber-istigfar. Saat mereka sedang santai-santai berjalan, handphone ice berdering. Ice menghentak langkahnya dan mengambil handphonenya. Dia menatap layar handphonenya yang menampilkan nomor seseorang.
"Nomor siapa ini?" Ucap ice.
Blaze yang merasa ice tidak ada di belakangnya pun menghentikan langkahnya dan menatap ice yang jauh di belakangnya. Blaze berjalan kearah ice dan menatap ice yang sepertinya sedang mengobrol dengan seseorang lewat handphonenya.
"Halo? Ini siapa ya?" Tanya ice sesopan mungkin.
"Abang..."
Mata ice terbuka lebar. Suara yang sangat familiar di telinganya. Suara yang dulu sempat ia benci karena kehadiran. Matanya mulai berkaca-kaca mendengar suara lembut dari handphonenya.
"Siapa,ice?" Bisik blaze.
Ice tidak menjawabnya, dia diam dan menahan air matanya agar tidak lolos dari kelopak matanya.
"Abang gimana kabarnya? Glacier kangen sama Abang, maafin Glacier ya waktu itu, gara-gara Glacier Abang jadi hidup sendirian, tapi sekarang Abang bisa pulang ke Jerman kok, ayah sama ibu bakalan seneng kalau Abang kesini."
"Abang baik-baik aja disini." Jawab ice singkat.
Ice melanjutkan langkahnya sembari telinganya mendengarkan suara yang keluar dari handphonenya. Blaze? Dia berusaha menguping pembicaraan ice itu walaupun sia-sia sebenarnya.
"Abang gak ada niatan mau pulang ke Jerman lagi kah? Ayah sama ibu kangen banget loh sama Abang, Glacier juga."
"Abang juga kangen cuman, Abang gak mau ketemu nenek lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Saling melengkapi.[ON!]
NonfiksiCr art by: @darkhana_ on Instagram. ini mengisahkan tentang sekumpulan remaja yang saling menyemangati satu sama lain. Mereka berasal dari keluarga yang memiliki takdir yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama. "ayah ingin kamu jadi pilot, Hali...