3.3

1.9K 264 20
                                    

Beberapa hari kemudian.

Saat malam.

Junkyu baru saja kembali dari swalayan. Membeli beberapa makanan untuknya. Perlu 30 menit untuk sampai rumahnya dengan berjalan kaki.

"Uh? Kim Junkyu?"

Suara seseorang memanggil namanya membuat Junkyu menoleh.

Dan,

"Ya! Park Jihoon!" suara Junkyu lebih ceria saat mendapati teman lamanya.

Jihoon berjalan cepat menghampiri dan memeluknya.

"Apa kabar?" katanya.

Junkyu balas memeluk, "Kamu yang apa kabar? Setelah pindah ke Amerika kamu menjadi sombong, huh?" balas Junkyu.

Jihoon terkekeh. Pelukan keduanya terlepas.

"Yah, mau bagaimana lagi. Aku benar-benar sibuk dengan perusahaan ayahku disana"

Junkyu dan Jihoon adalah teman lama. Mereka bertetangga lebih dari 7 tahun sampai 2 tahun lalu, Jihoon memutuskan ikut pindah ke Amerika bersama ayahnya.

Jihoon menatap Junkyu lembut. Tangannya bergerak mengusap kepala Junkyu.

"Bagaimana kabarmu, hm?" kali ini Jihoon serius dengan pertanyaannya.

Junkyu tersenyum.

Jihoon masih selalu menjadi sahabatnya. Menjadi orang terbaiknya.

Mungkin hanya Jihoon yang tau bagaimana keadaan Junkyu yang sebenarnya.

Ayahnya yang toxic, depresinya bahkan hingga penyimpangannya.

Dan mungkin hanya Park Jihoon yang mau menerimanya dengan tangan terbuka.

Jihoon memang berperangai kasar dan keras. Namun lelaki itu benar-benar peduli pada orang-orangnya.

"Aku baik"

Jihoon mengernyitkan dahinya dengan jawaban Junkyu. Tidak puas.

"Benarkah?"

Junkyu mengangguk.

"Lalu kenapa kamu terlihat lebih kurus?" tanya Jihoon.

Junkyu tersenyum, "Kamu bahkan baru melihatku kembali setelah dua tahun. Bagaimana mungkin bisa mengatakan aku lebih kurus?"

Jihoon mengendikan bahu. Menarik pelan lengan Junkyu. Berjalan bersama.

Jihoon akan mengantarkannya sampai rumah.

"Apa aku temanmu?" tanya Jihoon tiba-tiba.

"Tentu saja"

"Apakah aku masih menjadi teman terbaikmu?"

"Kamu selalu menjadi sahabatku, Park Jihoon"

Jihoon melirik Junkyu sekilas kemudian memasukkan kedua tangannya ke saku celana.

"Kalau begitu kamu pasti tau naluriku hampir selalu benar"

"Kamu menjadi lebih kurus, bukan?" sambung Jihoon.

Junkyu memandang lurus ke depan. Menghindari tatapan Jihoon.

"Yahh, aku memiliki beberapa hal yang harus aku pikirkan. Hidupku juga semakin menyebalkan belakangan ini" kata Junkyu dengan helaan nafas berat di akhir perkataannya.

Jihoon melirik Junkyu.

"Tapi aku sudah terbiasa dengan semua itu. Jadi tidak masalah" kata Junkyu.

"Lalu kenapa wajahmu mengatakan kamu kesepian? Kamu tidak memiliki teman?" tanya Jihoon.

Belong to MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang