9.9

2.1K 269 26
                                    

Esoknya Junkyu datang terlambat. Ia pulang dari rumah Haruto bahkan saat menjelang subuh.

Saat Haruto sudah tertidur dan Junkyu mengendap keluar. Haruto mengatakan Junkyu harus pulang saat hujan berhenti.

Meskipun terlambat beberapa jam setidaknya Junkyu benar-benar pulang saat hujan sudah berhenti.

Junkyu menatap jam yang berada diatas papan tulis kelas.

Sudah menunjukan pukul 7. Namun Haruto tidak terlihat akan datang hari ini.

Apa terjadi sesuatu?

Melihat Haruto yang menangis semalam membuat Junkyu sadar, bahwa Haruto tidak seburuk itu.

Meskipun Junkyu tidak memahami keadaan Haruto semalam dengan tepat tapi Junkyu merasa Haruto baru saja mendapatkan sesuatu.

Yang membuat hatinya sangat goyah.

.

.

.

Ditempat lain.

Haruto memandang atap kamarnya dengan tatapan kosong.

Meskipun begitu otaknya memikirkan banyak hal.

Apa yang didengarnya semalam adalah hantaman yang kuat untuk hati juga pikirannya.

Ternyata banyak hal yang tidak sesuai dengan apa yang ia tau.

Fakta bahwa ayahnya sangat menyayanginya.

Fakta bahwa tidak ada cinta dalam pernikahan ayah ibunya.

Fakta bahwa Haruto membenci ayahnya tanpa tau kebenarannya.

Haruto menghela nafas.

Ia memejamkan mata. Lelah.

Namun,

Sontak matanya kembali terbuka.

Bayangan Junkyu yang memeluknya melintas begitu saja.

Tatapan teduh dan menenangkan milik Junkyu.

Itu juga mengganggu pikiran Haruto.

Hanya menghabiskan waktu satu minggu dan Haruto seolah menemukan sosok lain dari diri Junkyu.

Benar-benar misterius.

"Hah sialan" umpat Haruto dengan berat.

.

.

.

Tiga hari adalah waktu Haruto menghilang sampai akhirnya ia kembali.

"Brengsek, aku kira kamu sudah mati" itu adalah sapaan pertama yang keluar dari mulut Jeongwoo untuk menyambut teman baiknya.

Haruto hanya memukul pelan lengan Jeongwoo, "Bajingan enyahlah"

Haruto tanpa sadar melirik bangku belakang. Tempat Junkyu berada.

Mata keduanya bertemu. Hanya sebentar, karena Haruto yang memutuskannya lebih dulu.

"Ups, maaf tanganku licin"

Junkyu menghela nafas. Lagi dan lagi, ia kembali di usili.

Salah satu anak kelasnya dengan sengaja menumpahkan air minumnya diatas buku catatan milik Junkyu. Junkyu kemudian menutup bukunya.

Bangkit, mengambil bukunya. Dan melemparkannya pada tempat sampah.

Dan saat Junkyu membalikan tubuhnya,

"Oh? Apa itu? Apakah itu bentuk perlawan darimu? Mencoba bertingkah sombong?" anak lelaki yang mengganggu Junkyu bertambah.

"Aku tidak melakukan apapun" balas Junkyu lirih.

Belong to MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang