END

3.9K 304 37
                                    

Saat pulang sekolah.

Haruto menunggu didepan toilet. Mungkin lebih dari 30 menit ia berdiri menunggu.

"Kamu benar-benar menyebalkan. Apa saja yang kamu lakukan ditoilet hingga 30 menit?" keluh Haruto saat Junkyu baru saja keluar dari toilet.

Junkyu berdecak.

"Diamlah. Ini semua juga karenamu"

"Aku tidak melakukan apapun"

Junkyu memukul punggung Haruto.

"Dasar gila! Aku tau, kamu memasukan sesuatu dalam makananku, bukan?" tuduh Junkyu.

Haruto menggeleng. Nyatanya ia hanya menambahkan obat pelancar buang air besar saja.

Jadi ya begitu.

"Aku akan-" celotehan Junkyu berhenti karena ponselnya berbunyi. Seseorang menelfonnya.

Nomor tidak dikenal.

"Haruskah aku menjawabnya?" tanya Junkyu dengan menunjukan layar ponselnya pada Haruto.

"Jawab saja"

Karena Haruto mengiyakan. Junkyu akhirnya menjawab telfonnya.

"Halo" kata Junkyu.

Diam.

"Ck, pasti orang iseng. Aku tutup-"

"Ini ayah"

Sontak Junkyu membeku.

Suara ini.

Suara yang mungkin hampir 6 bulan lamanya menghilang.

Setelah tinggal bersama Haruto. Junkyu memutuskan segala kontak dan hubungan dengan keluarganya.

Bukannya ingin membuang tali keluarga.

Hanya saja, waktu itu keadaan benar-benar sulit.

Junkyu juga tengah berjuang dengan trauma juga depresinya.

"Junkyu, ini ayah"

Haruto yang tau Junkyu gugup dan takut bergerak menempelkan ponselnya ke telinga Junkyu kembali.

Haruto lantas memeluk Junkyu dari belakang.

"Aku ada disini. Jangan takut" bisiknya.

Junkyu meremat lengan Haruto yang memeluk perutnya.

Menghela nafas.

"Iya, ayah" kata Junkyu. Suaranya hampir tidak mau keluar.

Seperti tercekat ditenggorokan.

Diam.

Hening.

"Bagaimana kabarmu?"

"Um, aku baik"

Hening kembali.

"Apakah Haruto bersamamu? Kalian masih bersama?"

Junkyu terdiam. Ayah menanyakan ia bersama Haruto.

Apakah selama ini ayahnya tau jika ia tinggal bersama Haruto?

"Iya. Aku masih bersama Haruto"

"Apa dia merawatmu dengan baik?"

Junkyu melirik pad Haruto. Haruto tersenyum.

Junkyu balas tersenyum, "Ya. Haruto merawatku dengan sangat baik"

"Lebih baik daripada ayah" lirih Junkyu diakhir katanya.

Seberang telfon menjadi lebih hening.

Apakah seharusnya Junkyu tidak mengatakan seperti itu?

Belong to MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang