Junkyu meletakkan bukunya dibawah. Sedangkan ia berdiri dengan menumpukan kedua tangan dipembatas rooftop.
Junkyu memandang ke arah bawah gedung. Seberapa tinggi gedung sekolahnya ini?
Apakah memerlukan waktu yang lama untuk sampai ke dasar saat terjun dari sini?
Junkyu meremat jemarinya sendiri, pikirannya kembali pada,
"Jika seseorang ingin bunuh diri, apa yang ingin ia akhiri?"
"Hidupnya atau masalahnya?"
.
.
.
Beberapa hari kemudian.
Junkyu lagi-lagi kembali dengan wajah lebamnya. Junkyu bahkan harus memilih jalan memutar agar tidak banyak siswa dari sekolahnya atau orang yang mungkin mengenalnya melihatnya dengan keadaan seperti ini.
Berantakan dan lebam.
Sampai saat ia melihat seseorang yang dikenalnya. Tengah bertengkar dengan seseorang.
"Aku bilang aku tidak mau pulang!" Haruto meneriaki ayahnya saat ia dipaksa kembali kerumah setelah tidak pulang hampir satu minggu.
"Haruto, jangan menjadi pembangkang! Kamu ingin menjadi anak urakan?!" balas ayahnya.
"Aku lebih baik menjadi anak urakan daripada harus pulang bersama ayah. Dan melihat lelaki menjijikan itu!"
Junkyu diam memperhatikan keduanya.
Entah ini kebetulan atau bagaimana, Junkyu sudah mencari jalan memutar dan cukup sepi malah bertemu dengan seseorang yang siang tadi menjadi alasan lebam di wajahnya.
"Lalu kamu akan tinggal dimana? Kolong jembatan?!"
Haruto dan ayahnya sama-sama memiliki temperamen yang cukup buruk.
"Itu bukan urusan ayah! Aku-" mata Haruto tidak sengaja menangkap keberadaan Junkyu yang tidak jauh darinya.
"Aku tinggal dirumahnya"
Haruto menunjuk Junkyu.
"Benar, dia temanku. Dan aku tinggal dirumahnya selama ini" kata Haruto mendekat pada Junkyu. Menariknya.
Membuatnya berdiri didepan ayahnya.
Ayah Haruto menatap Junkyu. Junkyu sendiri kebingungan. Ia tidak begitu memahami situasi saat ini.
Tidak aneh jika ayah Haruto menatapnya dengan pandangan menyelidik. Haruto adalah berandalan.
Dan penampilan Junkyu pasti disimpulkan baru saja selesai tawuran.
Demi Tuhan.
"Kamu teman Haruto?" tanya ayah Haruto padanya.
Junkyu diam saja. Membuat Haruto mengambil alih.
"Tentu saja dia temanku. Bagaimana mungkin aku tau namanya jika dia bukan temanku" balas Haruto.
"Jadi-"
"Ayah sudah tau kan aku dimana dan dengan siapa. Jadi biarkan aku pergi" kata Haruto.
"Kamu bohong pada ayah bukan?"
"Tidak paman. Haruto memang tinggal denganku beberapa hari ini" Kim Junkyu membuka mulutnya untuk bersuara.
Haruto melirik Junkyu sekilas.
Ayah Haruto menatap Haruto, "Ayah memberimu waktu satu minggu lagi. Jika kamu tidak kembali maka ayah akan menyeretmu secara paksa"
Haruto hanya mengangguk malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belong to Me
FanfictionWatanabe Haruto. Jangan pernah berurusan dengannya. Lelaki itu terlalu bengis untuk ditangani. Kim Junkyu. Dia bodoh karena menginginkan bersama.