17.17

2.2K 240 11
                                    

Junkyu keluar dari ruang psikiater.

Ia tersenyum dan sedikit berlari kearah Haruto yang menunggunya di ruang tunggu.

"Kamu akan tersandung jika berlari" kata Haruto sebelum menerima tubuh Junkyu yang menabraknya.

Memeluknya.

Junkyu masih tersenyum lebar kemudian mengecup dagu Haruto.

Haruto mengernyitkan dahinya.

"Dokter mengatakan bahwa ia akan mengurangi dosis obatku. Dan aku hanya perlu meminum obatnya 2 kali dalam seminggu" kata Junkyu ceria.

Setelah melalui perjalanan panjang. Junkyu dan Haruto bisa sampai dititik ini.

Haruto tersenyum dan mengecup kening Junkyu, "Anak baik"

"Beri aku hadiah. Aku sudah menjadi anak baik" kata Junkyu.

"Apapun untuk anak baik-ku"

.

.

.

"Bagaimana?" tanya Junkyu.

Keduanya sedang berbelanja beberapa hoodie supreme.

Kesukaan Junkyu.

"Bagus" balas Haruto.

"Tapi aku bingung, apakah lebih baik hitam atau abu-abu. Dan ahh pink juga menggemaskan" kata Junkyu menyentuh semua hoodie yang tergantung didepannya.

Haruto mendekat dan merangkulnya.

"Kamu bisa memiliki semuanya. Belilah" kata Haruto.

"Menurutmu begitu?" tanya Junkyu dengan menoleh. Menatap seseorang yang ada disampingnya.

Haruto mengangguk dan mencium pipi Junkyu.

"Iya, ambil dan ayo kita ke kasir"

Junkyu tersenyum.

Ia berjinjit.

Mengecup hidung Haruto, "Terimakasih, Haruto"

Haruto tersenyum dan melepas rangkulannya. Ia lebih dulu berjalan ke kasir. Dan Junkyu mengambil semua hoodie yang ia inginkan.

. . . . .

Junkyu masih tersenyum lebar menatap hoodie-hoodie yang ia beli. Atau lebih tepatnya yang Haruto belikan.

Faktanya selama ia tinggal bersama Haruto, semua kebutuhan Junkyu adalah tanggungjawab Haruto.

"Sangat menyukainya, huh?" tanya Haruto. Ia duduk diseberang depan sejak tadi namun Junkyu tidak menghiraukannya.

Junkyu mengangguk.

Ia kembali sibuk dengan hoodienya. Membuat Haruto menghela nafas.

"Kim Junkyu" panggilnya.

Junkyu menoleh, meskipun membutuhkan waktu sedikit lama.

"Apa?"

Haruto merentangkan tangannya.

"Kamu mendapatkan hoodiemu. Bisakah aku mendapatkan pelukanmu?"

Junkyu menatap Haruto dan tertawa pelan. Kemudian berjalan mendekat.

"Kamu harus membayarku lebih mahal. Pelukanku itu berharga" kata Junkyu.

Haruto terdiam.

Raut wajahnya sedikit berubah.

Selain pelukan, Junkyu memilih duduk dipangkuan Haruto.

"Kenapa? Tersinggung dengan perkataanku?" tanya Junkyu.

Belong to MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang