12.12

2.2K 260 51
                                    

Akhirnya Junkyu berakhir di apartement Haruto.

Hujan semakin deras diluar sana.

Junkyu memandang jendela besar di ruang tengah. Kilatan petir terus bersahutan.

"Kamu tidak takut?" Haruto berdiri disebelahnya dengan menyampirkan handuk kecil dikepala Junkyu. Juga mengusaknya dengan lembut.

Junkyu terkena hujan meski tidak banyak.

Junkyu menggeleng, "Tidak juga"

Haruto menatap Junkyu dari samping.

Haruto tau ada yang salah. Baru kali ini Junkyu menunjukan raut wajah yang berbeda dari biasanya.

Apakah mata Junkyu memerah karena habis menangis? Bukan terkena air hujan?

"Kamu mau makan sesuatu?" tanya Haruto.

Junkyu menoleh. Balas menatap Haruto.

"Apa kamu memiliki bir?"

. . . . .

Junkyu tersenyum tipis saat bir itu menyentuh tenggorokannya.

"Aku sudah lama sangat menginginkan ini" katanya.

Haruto balas tersenyum.

Keduanya duduk di bawah kaki sofa ruang tengah. Dengan masih setia menatap lebatnya hujan dari balik jendela kaca.

"Kenapa tidak meminumnya sejak lama?" tanya Haruto.

Junkyu kembali menegak birnya, "Aku mudah mabuk. Jadi kakak-ku akan memarahiku ketika aku banyak minum"

Haruto lagi-lagi tersenyum.

Apalagi saat melihat wajah Junkyu mulai memerah.

Bahkan pipi gembulnya terlihat mengembung.

Sangat menggemaskan.

Sampai,

"Uh?" Junkyu menoleh.

Haruto tanpa sadar menyentuh pipi Junkyu.

"Ah maaf" kata Haruto menarik tangannya menjauh.

Junkyu hanya mengangguk.

Keadaan menjadi canggung.

"Apa kamu pernah berkencan?" tanya Haruto. Tiba-tiba.

Junkyu diam.

"Apa kamu menyukai seseorang sekarang?" tanyanya lagi.

Junkyu meletakkan kaleng birnya. Memainkan lidahnya didalam mulut.

"Kenapa?" tanya balik Junkyu.

Haruto mengusap leher belakangnya pelan, "Tidak apa-apa. Aku hanya bertanya"

"Apakah kamu menyukaiku?"

Pertanyaan Junkyu sontak membuat Haruto menoleh.

Mata Junkyu menjadi sayu. Memang selalu seperti itu atau akibat ia mulai mabuk?

Junkyu masih menatap Haruto, "Kamu menyukaiku, kan?" ulang Junkyu.

Haruto terdiam.

Haruto sedari awal memang tidak pernah berniat menyembunyikannya, menutupinya bahkan menyangkalnya bahwa,

"Aku menyukaimu, Kim Junkyu"

. . . . .

Haruto merebahkan tubuh Junkyu ditempat tidurnya.

Tangan Haruto bergerak melepas pakaian Junkyu setelah mendapat ijin.

Jemari Haruto menyusuri tubuh Junkyu. Sangat lembut.

Belong to MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang