1. Satu Atap

80 8 0
                                    

"Bunda sama Mama cuma anter kalian sampe sini ya. Raya, kamu harus nurut sama suami. Dan Regan, Mama nitip Raya ya. Omelin aja kalo dia emang salah." Ucap Rini, ibunya Raya. Rini memberi sedikit wajengan kepada anaknya ketika mereka sampai di basement apartemen Regan. Sedangkan yang diberi wajengannya hanya tersenyum dan mengangguk.

"Bunda juga ya. Raya, kalo Regan kasar sama kamu, jangan sungkan bilang bunda. Pokoknya laporin aja kalo Regan macem-macem." Sambung Wenda, ibu dari Regan.

"Emangnya Regan cowok apaan?" Protes cowok itu tak terima dirinya seolah dicurigai melakukan kekerasan.

Cahyo, ayah dari Regan hanya terkekeh seraya menepuk pundak putra bungsunya pelan. "Tau kan kodratnya pria sejati seperti apa? Semangat, boy!"

Gurauannya mengundang kekehan dari sang besan, "saya percaya kamu, Regan." Ucap Suherman ayahnya Raya. Lalu mereka berpamitan meninggalkan basement. Meninggalkan si pengantin baru berdua, tak lupa dengan koper besar Raya.

"Lantai sepuluh nomor dua enam A." Ucap Regan singkat lalu meninggalkan Raya. Raya yang melihat itu hanya menatap kepergian Regan tak percaya. Benarkah ia baru saja menikah dengan pria seperti Regan? Tidak adakah rasa manusiawinya membantu Raya membawa koper yang besar ini? Raya yakin, mulai detik ini kesabarannya diuji habis habisan.

Gadis itu baru saja keluar dari lift sembari menarik koper besarnya. Ia mencari cari dimana kamar yang dimaksud Regan. Tak lama ia menemukan Regan yang bersandar di depan pintu sembari memainkan ponselnya. Ia menghela nafas kesal. "Gila ya, seandainya anak hima tau kalo kelakuan kahim dia yang sebenernya kek gini, gak bakalan lo kepilih."

Regan yang sadar akan hal itu melangkah mendekati Raya, lalu mengambil alih kopernya. "Lo gak minta tolong."

"Wah, lo bener-bener ya Regan. Baru beberapa jam udah nguras emosi gue."

"Udah cepetan buka sandinya tanggal lahir gue."

"Mana gue tau tanggal lahir lo?"

"Ck, gimana ceritanya sekretaris gue gak tau tanggal lahir kahimnya." Ia menggeser posisi Raya yang berada di depan pintu dan menekan sandinya.

"Ya pentingnya buat gue apa?" Tanya Raya yang tidak dijawab sama sekali. Ia masuk mengikuti Regan.

"Di sini ada dua kamar, lo bisa pake kamar satunya. Jangan harap kita tidur sekamar."

"Dih? Siapa juga yang mau sekamar sama lo? Udah sini gue mau istirahat." Raya mengambil alih kopernya lalu masuk ke kamar sudah ditunjukkan Regan. Begitupula Regan, memasuki kamarnya dan beristirahat.

***

Raya mengucek matanya, tidak sadar ternyata ia ketiduran. Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, dan melewatkan jam makan siang. Raya merapikan rambutnya sebelum keluar kamar. Mencari sesuatu yang bisa dimakan.

"Iya, ini baru sampe rumah. Tadi temenin bunda, ada acara."

"Loh, kenapa gak jadi?"

"Gapapa, nanti kita cari tiket lagi."

"Gantinya kita jalan malem ini gimana?"

Baru saja keluar kamar, Raya melihat Regan yang sedang telponan ya tentu saja dengan sang kekasih. Kedua mata mereka bertemu, sebelum akhirnya Raya mengabaikannya dan melangkah ke dapur. Mencari sesuatu yang bisa dimakan. Raya cukup kagum saat membuka pintu kulkas, sayuran yang cukup lengkap, ada ikan dan ayam yang sudah dimarinasi di dalam toples yang tersusun rapi.

Married With KahimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang