18. Petak Umpet

18 3 3
                                    

Pagi ini Regan sudah siap dengan setelan training dan jaket senada. Sebelumnya Regan dibangunkan dengan dering telponnya yang tidak berhenti. Ah tidak lebih tepatnya Raya yang terbangun lalu membangunkan laki-laki itu untuk mengangkat telpon agar tidak mengganggu tidurnya. Regan mengatakan bahwa dirinya lupa dengan janji yang sudah ia buat dengan Sersha. Dengan tidak enak hati, Regan meminta Raya untuk membantunya keluar rumah tanpa membuat curiga sang Ibu. Tentu Raya membantunya, mengatakan pada Wenda jika Regan lari pagi bersama Ehsan, Gio, dan teman-temannya yang lain. Ia sangat tidak menyangka ikut berbohong untuk melindungi suaminya. Situasi yang sangat tidak enak bagi Raya, namun lagi-lagi harus ia terima dengan pasrah.

Terkadang Raya iri dengan hubungan Regan dan Sersha, bukan karena Regan yang memilih Sersha ketimbang dirinya, jauh sebelum itu sudah Raya amati bahwa sesibuk apapun mereka, masih sempat meluangkan waktu untuk pergi bersama. Sejauh yang Raya tahu, Regan tidak pernah membatalkan janji yang sudah ia buat, sekalipun ada hal mendesak, selagi ia bisa mengatur waktu ia akan mengusahakan tidak membatalkan janjinya. Padahal jika dipikir lagi, Malik dan Regan sama-sama ketua organisasi, sama-sama memikul tanggung jawab yang besar, dan sama-sama memiliki permasalahan yang harus diselesaikan di internal organisasi. Anehnya, Regan masih bisa meluangkan waktunya, sedangkan Malik tidak. Makanya ketika Malik benar-benar ada waktu luang untuk dirinya, Raya akan menikmati waktu tersebut karena ia tidak pernah tahu kapan waktu luang cowok itu akan hadir lagi untuknya.

Raya membuat roti panggang untuk sarapannya bersama Wenda dan Aghni, Wenda saat ini sedang membersihkan dirinya di kamar mandi, sedangkan Aghni masih terlelap. Perasaan gelisah menyelimuti Raya sejak Regan pergi. Bukan karena rasa irinya tadi, hanya saja ia bingung harus berbohong seperti apa pada sang Bunda.

"Ray, kamu buat apa?"

"Roti panggang, Bunda. Hehe maaf ya, Raya baru sempet beli roti doang."

"Gapapa. Padahal tadi Bunda mau ajak sarapan di luar. Eh si Regan malah pergi."

"Iya Bunda, lupa anaknya kalo punya janji."

"Ya udah kita jalan-jalan juga yuk?"

"Eh? Mau ke mana, Bund?" Perasaan Raya mulai tak karuan, bagaimana jika mereka tiba-tiba bertemu Regan dan Sersha. Namun lagi-lagi Raya berusaha meyakini dirinya bahwa kota ini luas, kecil kemungkinan mereka akan bertemu.

"Regan lari pagi kan? Kita kemana ya biar enak pulangnya nanti suruh Regan jemput."

"Eum.. deket sini ada toko pastry, kalo Bunda mau."

"Kamu kan udah buat roti, makanan yang berat dikit lah biar sekalian makan siang."

"Bunda lagi mau makan apa?"

"Apa ya? Oh bakmi aja yuk, Ray? Ada bakmie enak deket kantor Ayah."

"Boleh, Bunda sarapan duluan aja sama Aghni, Raya mau mandi."

"Sekalian telpon Regan ya, Ray. Suruh jemput pulangnya."

Raya duduk di ujung kasur sembari memperhatikan kontak Regan, ia menimang apakah ia harus mengirim pesan pada laki-laki itu, namun bagaimana jika Sersha melihat notifikasi handphone Regan yang berisikan dirinya. Setelah menimang akhirnya Raya menghubungi salah satu kontak di ponselnya.

"Halo sa, lo dimana?" tanyanya langsung ketika sambungan sudah terhubung.

"Stadion nih gue, kenapa beb?"

"Ah nggak, tadinya gue mau minta temenin lo tp ga usah, hehe."

"Mau kemana? Jam berapa? Siapa tau gue bisa. Gue sama Regan nih btw."

"Emang habis ini lo kemana?"

"Makan doang sih beb, terus gatau belum ada rencana lagi."

"Oalah, ya udah lanjut aja, beb."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Married With KahimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang