13. Girls Talk

27 3 1
                                    

Warning!!!!
Part ini lumayan panjang. Jadi jangan lupa play musiknya ya...
Happy reading!!!

———

"Sore ini aku mau main sama Aura Raya." Izin Sersha pada sang kekasih. Keduanya sedang menyantap makan siang di warung makan dekat kampus. Sejak pagi Regan tidak melihat keberadaan Raya, selain jadwal mereka hari ini tidak sama, ia juga tidak menemukan istrinya di sekre.

"Kemana?"

"Girls time pokoknya. Kamu sendiri habis ini kemana ay?"

"Ehsan ngajak main ps, sama ketemu korwil buat bahas kongres. Trus yang berdua itu kemana?" Tanya Regan lagi.

"Aura rapat acara. Kalo Raya tadi habis kelas langsung cabut, ada kerjaan."

Regan mengernyitkan dahinya, apa yang dikerjakan gadis itu? "Kerjaan apa?"

"Kamu gak tau? Dia kan freelancer copywriter."

"Oh ya? Ga tau aku."

"Sebenernya dia udah lama gak ngefreelance semenjak jadi sekretaris, sibuk katanya. Tapi akhir-akhir ini dia mulai lagi, katanya sih pemasukan lagi seret."

Pernyataan Sersha membuat Regan terdiam. Statusnya saat ini sudah berubah menjadi suami Raya, namun dirinya tidak banyak tahu tentang cewek itu. Ini kesempatan bagi Regan mengetahui tentang Raya, walaupun harus melalui kekasihnya. "Maksudnya gimana?"

Sersha membenarkan posisi duduknya setelah makanannya habis, ia pikir tak masalah menceritakan sedikit tentang pertemanannya pada sang kekasih. "Kamu tau kan Raya itu dari kalangan yang 'cukup berada' dia kalo ada duit bisa royal ke temen-temennya. Aku sama Aura aja sering ditraktir dia, dia bener-bener gak hitungan orangnya–" ia diam sejenak sebelum melanjutkan ceritanya.

"–nah, beberapa hari lalu aku sama Aura ngajakin dia main, tapi dia bilang gak ada duit, plus lagi nginep di tempat sepupunya. Aku pikir dia bercandaan doang gak ada duit eh pas kemaren dia freelance lagi ternyata itu beneran."

Tidak. Raya tidak pernah bermalam di rumah sepupunya, Regan tahu itu karena setelah menikah keduanya tinggal bersama. Ah mungkin yang ia maksud sepupunya itu rumah orang tua Regan. "Emang biasanya dia uang bulanannya dari mana?"

"Ortunya, bokapnya Raya itu sebenernya orang berpengaruh, tapi dia gak mau orang lain tau, makanya aku juga gak bisa kasih tau kamu. Pokoknya orang penting lah. Kayaknya sih dia lagi gak akur sama mamanya, makanya belum dikasih uang bulanan."

Regan tahu, istrinya itu memang memiliki hubungan yang kurang baik dengan ibunya, ia juga tahu alasan dibaliknya. Yang membuat hati Regan gusar adalah tentang Raya yang ternyata kekurangan uang. Apakah orang tua Raya tidak memberinya uang bulanan lagi karena Raya sudah menikah? Kalau iya mengapa orang tuanya tidak berdiskusi padanya mengenai uang bulanan Raya, karena bagaimanapun juga sekarang ia yang berkewajiban untuk menafkahi gadis itu.

"Terus, dia iyain pergi hari ini?"

"Iya, aku sama Aura mau neraktir dia makan, gantian, kemaren-kemaren dia mulu yang neraktir. Btw, dekanat ngasih uang saku gak?"

"Nggak, mereka cuma fasilitasin transport sama biaya pendaftaran." Sahut Regan yang ia tadi sudah berdiskusi dengan pihak dekanat.

"Yahh, semoga aja sih ortunya ngasih. Eh tapi pasti ngasih sih, Raya anak tunggal, gak mungkin ortunya biarin dia susah."

Tapi ortunya beneran bikin dia susah dengan nikahin dia sama gue, Sha. Begitu batin Regan berucap. Sekarang hatinya benar-benar tidak tenang, ia merasa bersalah juga pada Raya, lagipula kenapa gadis itu tidak bilang padanya. Seandainya bilang Regan pasti kasih sebagian uangnya untuk Raya. Perasaannya bertambah gusar ketika ia mengeluarkan uang untuk membayar makanannya dengan Sersha, tiba-tiba ia terpikir istrinya itu, apakah dia sudah makan siang atau belum.

Married With KahimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang