Happy Reading!!!—
Satu hal yang selalu Raya nikmati dalam hidup adalah ketika tanah bertemu dengan air hujan sehingga menghasilkan aroma yang khas membuat siapapun yang menikmati aroma ini dapat terhipnotis sejuknya. Ditambah angin sore yang membelai halus permukaan kulit membawa ketenangan. Raya memang tidak suka hujan, tapi dirinya sangat menikmati suasana setelah hujan. Suasana ini membawa dirinya sedikit lebih tenang disela-sela pikirannya yang berkecamuk.
Ia sempat terjebak hujan di perjalanan pulang tadi, untungnya saat dirinya tiba di stasiun hujan turut mereda pula. Alih-alih masuk ke unitnya, gadis itu memilih berdiam diri di taman kecil yang menjadi halaman gedung apartemen yang didiaminya. Menyaksikan seorang anak perempuan yang sedang bercerita kepada wanita paruh baya di sampingnya yang senantiasa mendengarkan sembari tersenyum. Sesekali wanita itu menanggapi anak kecil tersebut seraya membelai rambut halusnya.
Raya tersenyum kecut. Hal itu yang selalu ingin Raya lakukan dengan sang Ibu. Menceritakan kesehariannya, meminta sarannya, dan mendengarkan nasehatnya. Sayangnya Raya tidak pernah merasakan hal itu. Ia pikir setelah sang Ibu mengakui kesalahannya dan meminta maaf, mereka akan memiliki banyak waktu untuk bersama, nyatanya dirinya malah dijodohkan dengan seorang laki-laki pilihan orang tuanya. Ini yang membuat Raya menjadi orang yang tertutup, dari dulu ia tidak memiliki tempat untuk bercerita. Terkadang Raya merasa tidak enak karena tidak bisa menceritakan masa lalunya pada Sersha dan Aura, memang kedua temannya itu tidak menuntut untuk tahu, tapi Sersha dan Aura selalu terbuka mengenai keluarganya, Raya hanya takut temannya merasa bahwa dirinya tidak mempercayai mereka sebagai teman baiknya. Maka dari itu, perlahan Raya mulai terbuka dan bercerita dimulai dari hal kecil tentang organisasi hingga masalah hubungannya. Karena Raya sadar, di sisi lain ia juga memerlukan saran dari orang lain untuk menghadapi persoalan hidupnya.
Larut dalam pandangannya, Raya hampir tidak menyadari ada seseorang di sampingnya. Ia menoleh ke kanan, mendapati sang suami yang baru saja duduk. "Ngapain lo di sini?" Tanyanya.
"Ngadem bentar. Dari mana lo?"
"Kosan Ehsan. Mabar."
Hening, Raya tidak menanggapinya lagi.
"Lo gak kehujanan, kan?" Tanya Regan lagi. Setelah mengamati pakaian Raya yang tidak basah.
"Nggak, tadi hujan pas di MRT. Mobil lo mana?" Raya menolehkan pandangannya heran. Laki-laki ini tiba-tiba duduk di sebelahnya entah dari mana datangnya.
"Udah gue parkir."
"Lah, trus kok gak masuk sekalian?"
"Ga sengaja liat lo di sini, kali aja lo diculik orang gue bisa gercep nolongin." Raya hanya berdecak. Tidak merespon namun matanya kembali memperhatikan interaksi Ibu dan anak tadi. Regan menyadari hal itu, ia mengerti sekarang mengapa Raya berada di sini.
"Inner child lo manggil lo ke sini?"
"Heu'em. Gue gak pernah ngerasain apa yang anak itu rasain." Ucapnya lirih tanpa mengalihkan pandangannya.
"Kenapa gak mau lo coba sekarang aja?"
Raya menghela nafas panjang, lalu menatap laki-laki di sampingnya. "Udah terlalu jauh, Gan. Yang ada malah canggung."
"Kan belum dicoba, Ray? Siapa tau Mama mau juga ngobrol banyak sama lo."
"Gue sama Mama gak sepemikiran, makanya kita lebih suka debat daripada saling cerita. Gue kalo ada apa-apa mending ke Papa–"
"–kalo lo gimana? Pasti deket banget sama Bunda ya?" Kali ini tatapannya sedikit lebih dalam. Dari interaksi Regan dan mertuanya sudah menunjukkan bahwa mereka sangat dekat. Terbukti saat Regan merengek pada Wenda di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Kahim
FanfictionRaisha Faradina Yasmin terpaksa menikah dengan Ketua Himpunannya, Regan Adya Putra Wirawan karena perjodohan kedua orang tuanya. Keduanya sama sama memiliki hubungan dengan orang lain, sehingga mereka sepakat untuk menyembunykan pernikahannya. Lalu...