Situasi di dalam ruangan semakin serius membahas skema pelaksanaan program kerja yang dibawa oleh Ehsan sebagai Kepala Departemen Humas. Setelah rapat dibuka oleh Regan, selanjutnya tim panitia pelaksana yang mengambil alih forum setelah dipersilahkan oleh sang Ketua. Terdapat sembilan orang yang berada di depan papan tulis menghadap peserta rapat yang mendengarkan dengan seksama. Di ujung sebelah kiri diisi oleh Ehsan sang penanggung jawab, lalu sebelahnya Raden sang ketua pelaksana, sebelahnya diisi oleh Sersha sebagai sekretaris pelaksana, lalu ada Zeta sebagai bendahara pelaksana. Dilanjut oleh deretan koordinator divisi.Di arah yang berlawanan, posisi terdepan tentu diisi oleh Regan yang bersebelahan dengan Gio. Seharusnya Raya berada di deretan yang sama juga, namun kali ini gadis itu sangat malas untuk bersuara, sehingga ia memilih duduk di barisan tengah bergabung dengan Farhan, Erlangga, dan Cintya, adik tingkatnya yang juga bagian dari panitia pelaksana. Lagipula Sonya izin tidak ikut rapat karena ada kesibukan di luar, jadi biarlah panitia pelaksana yang lain mengisi posisi di depan bergabung dengan Regan dan Gio.
Raya fokus memahami isi rapat sembari membuat notulensi, sudah tiga puluh menit berlalu gadis itu benar-benar tidak bersuara apapun. Farhan yang duduk di sebelahnya jadi heran, kenapa sekretaris mereka yang terkenal aktif berpendapat tiba-tiba diam. "Lo lagi berantem sama Malik?" Bisik Farhan. Raya meletakan pulpennya dan menatap sinis laki-laki di sebelahnya.
"Kenapa tiba-tiba bahas dia?" Tanyanya sengit.
"Aneh aja, biasanya kan lo di samping si Kahim. Ini tiba-tiba diem di belakang kenapa coba? Oh atau lo mau deket-deket gue ya, Ray?"
Raya menghela nafasnya singkat, sulit memang menghadapi laki-laki satu ini. "Iya." Jawabnya asal lalu kembali mengalihkan atensinya ke depan.
"Lo gak bahagia sama dia? Lo kesepian ya? Kalo gitu sama gue aja."
"Can you stop talking about him?" Sinis Raya, dan Farhan hanya menggumam "sinis amat" namun tidak diperdulikan Raya.
"Kak, Kak Regan tuh bucin banget ya?" Raya menoleh sedikit, adik tingkatnya yang duduk satu baris di belakangnya itu tiba-tiba mencondongkan kepalanya di sela-sela dirinya dan Farhan.
"Lo liat dia bucin dari mananya?" Tanya Farhan dengan memundurkan kepalanya berbisik.
"Tiap Kak Sersha jelasin progress divisi gak pernah dibantah. Coba liat divisi lain, kalo kena salah beuh, bisa nambah sejam ini rapat."
"Ini lo lagi berkeluh kesah tentang Regan, kah?" Tanya Raya, sedangkan Farhan hanya tertawa kecil.
"Eh, enggak, Kak. Cuma kepo aja."
"Dia kek gitu biar gak perang dunia abis rapat. Lagian yang bantuin Sersha kan Raya."
"Nggak ya, dia emang bisa sendiri. Nanya gue paling buat nomor surat sama proposal doang." Bela Raya tidak terima temannya dipandang sebelah mata. "Regan profesional kok, yang gue liat sebagai sekretaris ya pemaparan dia emang udah kongkrit aja."
"Tumben Kakak belain Kak Regan?" tanyanya heran. Raya sontak membulatkan matanya.
"Bentar lagi juga debat, Cin." Ledek Farhan.
"Yang di belakang kalau mau ngobrol di luar aja!" Tiga orang yang disindir Regan langsung mengambil posisi seperti semula. Regan memang tidak meninggikan suaranya dan tidak juga menoleh ke arah mereka, namun interupsinya menyindir mereka.
"Raya notulensi gimana?" Regan menoleh melihat respon gadis itu.
"Aman, Pak." Jawabnya sambil menunjukkan buku catatannya. Raya mendengus setelah Regan berbalik. Apakah Regan mengira Raya hanya mengobrol tanpa melaksanakan tugasnya? Raya kesal dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Kahim
FanficRaisha Faradina Yasmin terpaksa menikah dengan Ketua Himpunannya, Regan Adya Putra Wirawan karena perjodohan kedua orang tuanya. Keduanya sama sama memiliki hubungan dengan orang lain, sehingga mereka sepakat untuk menyembunykan pernikahannya. Lalu...