4. Perlakuan Regan

56 6 0
                                    

Raya membuka matanya perlahan, pancaran sinar matahari membuatnya silau. Namun ia terkejut ketika sadar bahwa didepannya ada seorang laki-laki. Siapa lagi kalau bukan Regan sang suami. Laki-laki itu masih asik dengan tidurnya. Raya hampir beranjak namun urung karena posisinya saat ini dia dan Regan saling memeluk satu sama lain. Raya malu, ntah harus bertingkah seperti apa saat Regan bangun. Dipandangnya laki-laki itu dengan hati-hati, jantungnya tiba-tiba berdebar tak karuan. Ini masih pagi, Raya harus bisa mengontrol dirinya.

"Dipandangin mulu, naksir tau rasa." Sahut Regan dengan mata yang masih tertutup.

Raya terkejut karena ia seperti baru saja tertangkap basah. Ia ingin beranjak namun tubuhnya dikunci oleh tangan Regan. Ia menatap Regan sekali lagi dan pandangan mereka bertemu.

"Lo udah gapapa?" Tanya Regan dengan suara berat khas bangun tidurnya.

"I–iya. Gue–udah baik."

"Ya udah, siap-siap ngampus sana."

"Tt–tapi, tangan lo?"

Regan terkekeh pelan saat menyadari tangannya masih melingkar di pinggang Raya. Ia melepaskan pelukannya dan beranjak keluar dari kamar Raya tanpa sepatah kata lagi.

Tidak tahukah Regan bahwa perbuatannya membuat Raya gugup setengah mati? Lagipula memangnya wanita mana yang tidak salting mendengar suara cowok baru bangun tidur? Apalagi dengan kekehan? Ah jangan lupa dengan pelukannya. Iya, Raya salting.

Raya menampar pelan pipinya. Mengembalikan kadar kewarasan yang sudah kacau karena Regan. "Sadar, Raya. Lo ga boleh gini." Gumamnya sembari bangun dari tidurnya.

Raya beranjak mencari ponselnya, ternyata ponselnya di atas meja belajarnya dalam keadaan mengisi daya. Siapa lagi kalau bukan Regan yang charger handphonenya. Tak ambil pusing, Raya bergegas untuk mandi.

Aroma roti bakar dan suara piring yang bersentuhan menyambut Raya setelah keluar dari kamar. Dilihatnya Regan yang sibuk di dapur menyiapkan sarapan tentunya.

"Makan dulu." Suruh Regan tanpa melirik ke arah Raya.

Raya jalan mendekat. Ia sangat canggung kejadian semalam, sedangkan Regan sepertinya tidak peduli akan hal itu.

"Padahal gak usah repot-repot."

Regan melirik Raya sekilas, lalu kembali menuangkan air ke gelasnya. "Padahal tinggal makan dan bilang makasih."

Raya berdeham, "makasih." Ucapnya pelan, lalu ia duduk di depan Regan, menikmati Roti bakar yang sudah cowok itu sajikan untuknya.

Regan sudah selesai dengan makannya, ia hendak menyimpan piring kotornya ke wastafel, namun dicengkal oleh Raya.

"Biar gue aja." Regan menatap sekilas, lalu mengangguk. Membiarkan Raya membereskan bekas makan mereka.

"Ayo, gue anter." Seru Regan menggendong ranselnya.

"Eh? Gak usah. Bukannya lo kuliah siang?"

"Sekalian ke dekanat dulu."

"Tapi Sersha?"

Regan tidak menjawab, melainkan melayangkan tatapan tidak ingin dibantahnya, mau tak mau Raya mengiyakan ajakannya.

Sesampai di basement Raya heran, mengapa Regan ke arah parkiran mobil. Tapi ia hanya membuntutinya dari belakang hingga Regan berdiri di sebelah mobil SUV HR-V berwarna silver dan mempersilahkannya masuk.

"Sorry, tadi malem gue pulang telat, ngambil mobil dulu ke rumah." Regan memulai percakapannya di jalan. Raya hanya mengangguk, bingung mau respon apa.

"Lo udah izin pergi ke Bali?" Tanya Regan lagi.

Married With KahimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang