6. Keluarga Regan (2)

39 6 0
                                    

Rapi. Kata itulah yang pertama kali terlintas di benak Raya saat memasuki kamar Regan. Ia sudah tidak heran dengan kerapian Regan, dilihat dari kinerjanya di himpunan dan saat ia pertama kali menginjak apartemen cowok itu.

Kamar berukuran sedang dengan kasur tipe King Size tidak membuat kamar ini menjadi sumpek walaupun ada dua lemari besar dan satu meja belajar. Justru masih ada space kosong di depan televisi yang ia gelar karpet bergambar logo club sepak bola, dengan meja kecil yang diatasnya tersusun dua remot dan satu kotak tisu.

Regan menyalakan AC, mengatur temperatur suhunya agar tidak terlalu dingin. Ia juga menyalakan TVnya dan memindah channel kartun kesukaan Aghni.

"Aghni, cuci kaki dulu baru boleh naik kasur." Tegur Regan saat anak kecil itu hendak naik ke atas kasur.

"Ishh, Om Egan mah suka cuci terus, cuci, cuci, cuci gitu." Raya terkekeh melihat anak itu menggerutu, melangkah ke kamar mandi dengan menghentakkan kakinya.

"Ya kalo gak bersih, gak boleh masuk kamar Om Regan. Lo juga, Ray."

Raya memutar bola matanya. Ternyata berlaku juga padanya. "Ck. Iya." Ucapnya menyusul Aghni. Regan terheran, kenapa kedua perempuan itu menggerutu, padahal ia cuma menyuruh cuci kaki. Kan demi kebersihan juga.

Setelah cuci kaki, Raya membantu Aghni untuk naik ke atas kasur. Membenarkan posisi bantal untuk anak itu.

"Tante ikut tidur juga sebelah Aghni." Serunya saat melihat Raya menyusun bantal hanya untuknya.

"Ya udah nih, Tante ikut tidur."

"Ishh, Om Egan jangan berdiri di situ. Om Egan ikut tidur disini aja sama Aghni sama Tante Raya." Protes Aghni melihat Regan masih berdiri di depan TV, mengotak-atok remot yang sepertinya bermasalah.

"Gak ah, kalian tidur aja. Om mau keluar." Ucapnya menyimpan remot di atas meja lalu melangkah ke arah pintu.

"Iiiiiihhhhh, Om Egan katanya kangen sama Aghni? Masa gak mau temenin Aghni tidur sih?"

"Kan udah ada Tante Raya yang nemenin."

"Mau sama Om Egan juga."

"Udah turutin aja kemauannya. Kamu tinggal tidur aja apa susahnya." Sahut Wenda yang baru saja memasuki kamar anaknya.

"Yaudah iya, banyak mau banget bocil."

"Bunda titip Aghni ya, Bunda mau ikut demo masak dulu di rumah Bu RT." Ucapnya lalu menutup pintu kamar Regan. Regan yang sudah terlanjur di sini memutuskan duduk di kursi meja belajarnya, memilih beberapa buku yang bisa ia bawa ke apartemen.

"Aghni biasa kalo tidur dibacain dongeng gak?" Tanya Raya.

"Aghni gak suka dongeng, Tante. Itu cuma boongan. Tapi Aghni biasanya suka dengerin Papa cerita, atau Nena juga suka cerita sebelum Aghni tidur."

"Oh ya? Cerita apa?"

"Papa pernah main petasan terus petasannya digantungin di pantan ayamnya kakek hahaha." Raya ikut tertawa, Diumurnya yang ke empat tahun Aghni tergolong sudah pandai berbicara.

"Hahaha, serius? Terus kakek marah ga?"

"Iya, kuping Papa dijewer sampe merah-merah. Om Egaannn. Sini tiduran bareng Aghni bukannya belajar belajar teruss." Protes anak itu lagi.

"Om di sini aja."

"Nih liat, sebelah Aghni masih luas, cukup buat Om Egan."

Mau tak mau Regan kembali nurut pada ponakannya itu. Ia mengambil bantal cadangan di dalam lemari lalu merebahkan tubuhnya menghadap ke arah Aghni. Otomatis berhadapan dengan Raya karena gadis itu juga mengambil posisi yang sama. Tak sadarkah Regan tingkahnya membuat jantung Raya berdebar kencang secara tiba-tiba. Walaupun tatapan Regan fokus terhadap Aghni yang kini terlentang di tengah.

Married With KahimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang