S.M~2

326 30 11
                                    

"Jazmi, Cowok elu tuh."

Ardan mengisyaratkan dengan gerakan dagunya pada Jazmi, sahabatnya yang sedang sibuk mencocokkan jawaban mereka pada buku PR-nya, agar menoleh ke arah luar jendela. Saat Taavi, Shoan dan Hugo hendak melewati kelas mereka.

Sebenarnya mereka berlima ada di angkatan yang sama. Yaitu sama-sama di kelas tiga. Hanya saja kelas mereka berbeda. Ardan dan Jazmi berada di kelas XII IPA, sedangkan Taavi, Shoan dan Hugo berada di kelas XII IPS.

Jazmi dan Taavi yang sama-sama terkenal di seantero sekolah itu, berhasil membuat siswa-siswi disana patah hati massal, karena resmi menjadi sepasang kekasih sejak seminggu yang lalu.

Sejujurnya mau siapapun yang melihatnya, kepribadian mereka berdua benar-benar terlihat tidak matching sama sekali. Kecuali tentang fakta begitu banyaknya mantan kekasih yang mereka miliki.

Entah karena bosan, ingin mencari suasana baru, tidak cocok, atau hanya sekedar mencari sensasi. Mereka berdua memang terkenal sering bergonta-ganti pasangan.

Tapi meskipun begitu, tidak ada seorangpun dari sekian banyaknya mantan kekasih mereka yang pernah mengadu ataupun menyebarkan gossip telah di selingkuhi.

Jadi bisa dibilang, mereka lebih memilih untuk menjadi pria brengsek yang memutuskan pacarnya tanpa alasan yang jelas. Daripada menyelingkuhi kekasihnya.

Entahlah. Dari kedua hal itu, kiranya manakah yang lebih baik? Di selingkuhi, atau di putuskan dengan elegan? Yang jelas untuk hal ini, mereka memiliki prinsip yang sama.

"Hah? Mana?" Jazmi reflek mengangkat kepalanya dengan mengabaikan buku-buku di depannya demi mencari keberadaan kekasih barunya.

"Tuh!" Lagi-lagi Ardan memberitahunya dengan menggerakkan kepalanya ke arah Taavi dan kedua rekannya.

Lalu Jazmi menoleh ke arah luar kelasnya yang di tunjuk oleh kepala Ardan, dan langsung mendapati keberadaan Taavi, Shoan dan Hugo sedang berjalan santai di sana.

Tangan Jazmi reflek terangkat untuk melambai-lambai dengan seulas senyum manis terpatri di bibirnya, saat pandangan lembutnya beradu dengan tatapan tajam Taavi.

Ardan yang melihat kelakuan sahabatnya, hanya memutar bola matanya malas serta dengan gerakan bibir yang mencibir tanpa suara.

Dia sungguh tidak mengerti. Kenapa Jazmi bisa jatuh cinta pada remaja badung itu sih?

Ardan akui, kalau Taavi memang tampan. Bisa dibilang dia pria tertampan kedua di sekolah itu setelah dirinya.

Meski tubuh Taavi tidak kekar, tapi sepertinya cukup berotot di bagian-bagian tertentu yang terlihat atletis.

Dan meski kulitnya tidak putih, tapi warna kulitnya cukup eksotis dengan warna yang menyerupai kuningnya madu.

Yang sialnya malah terlihat sangat cocok dengan gaya rambutnya yang kriwul, di cat warna pirang kecoklatan dan sangat awut-awutan.

Tapi bagi Ardan yang tipe-tipe anak rajin pada umumnya. Penampilan Taavi yang berambut kriwul berantakan itu, malah membuatnya ingin pergi ke sekolah dengan membawa gunting.

Rasanya Ardan ingin mencukur habis rambutnya itu, agar Taavi terlihat rapi sedikit saja dengan kepala plontosnya. Apalagi saat Ardan melihat baju seragamnya.

"Huh! Apa kancingnya itu hanya hiasan? Meskipun dia masih memakai kaos oblong sebagai dalamannya, tapi apa dia tidak punya tangan? Kenapa seragamnya itu tak pernah di kancingkan sih?" Begitulah kira-kira isi yang terlintas dalam benak Ardan.

Sebenarnya sih Ardan tidak membenci Taavi. Dia selalu acuh pada setiap hal yang tidak berhubungan langsung dengannya.

Hanya saja manusia yang bernama lengkap Taavi Dhananjaya Haedar ini, benar-benar sudah mengganggu kesucian pendengaran telinga Ardan sejak pertama kali dia pindah ke SMA negeri 07 ini.

Sweet Mischief (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang