S.M~5

189 22 1
                                    

Seiring berjalannya waktu, hubungan Ardan dengan Jefrey menjadi semakin dekat berkat intensitas obrolan mereka yang semakin meningkat baik melalui pesan chat ataupun telepon di sela-sela kesibukannya.

Ardan sendiri tak keberatan akan hal itu. Karena Jefrey memang orang yang sangat pengertian. Sebagai pria bercita-cita luhur yang lebih tua darinya, Jefrey selalu tahu kapan dia harus menyita waktu Ardan.

Meski ada kalanya dia tetap menyebalkan seperti saat-saat mereka pertama kali bertemu. Tapi Jefrey tak pernah mengganggu Ardan di saat-saat jam belajarnya.

Bahkan yang ada, Jefrey sering kali bertingkah seperti tutornya yang selalu mengingatkan Ardan supaya jangan sampai terlena saat bermain game.

Alhasil sekarang Ardan hampir tidak pernah begadang lagi karena setiap jam sebelas malam, Jefrey akan terus menerornya jika dia melihat ID Ardan di game online miliknya masih aktif.

"Iyyuh... Sepertinya jiwa gurunya merasa terpanggil saat dia mergokin elu keterusan main game Ardan."

Begitulah komentar Jazmi dengan ekspresi julidnya, saat pertama kali dia mendengar cerita Ardan tentang betapa cerewetnya Jefrey jika itu menyangkut soal belajar dan jam malam.

Tapi "Duh, betapa Sexy-nya do'i andai gak cerewet." Lagi-lagi kata sexy terucap begitu saja dari bibir tebal Jazmi ketika dia tanpa sengaja melihat foto Selfi yang dikirimkan oleh Jefrey pada Ardan.

Ardan yang sering mendengarnya akhirnya bertanya. "Apa sih maksud lu dengan kata sexy?"

Karena dia benar-benar tidak mengerti, sexy yang dimaksud oleh Jazmi ini sexy yang bagaimana? Apa karena badan Jefrey kekar? Kalau itu sih Ardan juga mengakuinya. Tapi kan tidak perlu sampai menyebutnya sexy.

"Duh Ardan. Apa elu enggak lihat bodynya kak Jefrey? Proporsi tubuhnya pas banget lho. Gak terlalu Gedhe, tapi gak kurus juga. Otot-otot yang terbentuk di tiap lekuk tubuhnya juga terlihat sangat indah. Apalagi senyumnya yang seperti kelinci innocent itu. Duh, bikin setiap mata yang melihatnya jadi ngiler. Pokoknya kalau gue jadi elu, gak pake lama langsung gue embat dah kak Jefrey. Elu kan single, man."

Bahkan setelah Ardan mendengar alasan Jazmi, dia tetap tidak bisa sepaham dengannya untuk urusan kata sexy. Tapi kalau untuk senyumnya Jefrey yang bagai kelinci innocent, Ardan menyetujuinya.

Salah satu hal yang paling Ardan sukai dari Jefrey selain perhatiannya adalah senyumannya. Jefrey selalu terlihat jauh lebih muda dibanding umur aslinya saat sedang tersenyum.

Apalagi ketika dia bercerita tentang betapa menggemaskannya anak-anak kecil yang dia temui secara random. Ardan seolah sedang mendengarkan adiknya bercerita.

"Kakak sangat menyukai anak kecil ya? Pasti kak Jefrey bisa menjadi ayah yang baik bila sudah memiliki anak." Ardan pernah berkomentar seperti ini langsung di depan Jefrey dengan tanpa sadar.

"Benarkah? Ku rasa kamu juga akan menjadi papa yang baik." Jefrey tersenyum penuh arti yang sukses membuat Ardan jadi tersipu malu.

"Benar kata Jazmi. Andaikan kak Jefrey gak cerewet, dia sangat sexy dengan segala perhatiannya." Monolognya dalam hati sambil memutar-mutar pulpen di sela-sela jarinya.

Ardan ingat. Sering kali Jazmi tak bisa mengontrol derai tawanya saat melihat kekesalan di wajah Ardan yang sedang berselisih tentang banyaknya waktu yang dia habiskan untuk bermain game dengan Jefrey melalui sambungan telepon di tengah waktu istirahatnya.

Bahkan pernah di suatu ketika setelah Ardan menutup teleponnya dengan gusar, Jazmi berkomentar seperti ini padanya.

"Duh, elu ini lagi teleponan sama gebetan, atau lagi bimbingan konseling sih?! Sering banget memperdebatkan masalah game. Udah gih, ngalah aja. Berhenti main game."

Sweet Mischief (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang