S.M~6

154 23 2
                                    

Sejak malam itu, Jazmi dan Jefrey telah resmi bekerja sama. Bahkan kini mereka telah memiliki nomor masing-masing untuk memudahkan mereka berkomunikasi.

Berkat berbagai keluhan serta curhatan yang dilontarkan oleh Jefrey padanya, Jazmi semakin bersemangat untuk mengompori Ardan supaya segera jadian dengan Jefrey.

Pokoknya setiap kali dia memiliki kesempatan, Jazmi akan langsung menceritakan pada Ardan tentang seberapa besarnya keinginan Jefrey untuk menjadikan Ardan sebagai pacarnya.

Tak terkecuali di saat mereka makan siang bersama seperti sekarang. Sepertinya Jazmi benar-benar lupa kalau Hugo sempat mencintai Ardan.

Buktinya dia tetap nyerocos aja pada sahabatnya tentang kelebihan-kelebihan Jefrey tanpa memperdulikan wajah pacarnya sendiri yang sedang masam.

Bahkan sebenarnya kalau Jazmi mau memperhatikannya, sampai sekarang pun Hugo masih suka mencuri-curi pandang pada Ardan setiap kali mereka sedang bercerita.

Tapi emang dasar Jazmi. Dia benar-benar terlarut pada pendapatnya sendiri sampai tanpa sadar dia membuat Taavi merasa kesal padanya.

"Sebagus apa sih, Jefrey itu?"

Suara bariton Taavi yang menyimpan nada cibiran, sontak membuat Jazmi seketika menutup mulutnya dan menoleh ke arah pacarnya hampir bersamaan dengan ketiga orang lainnya.

Taavi mengangkat alisnya karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Jazmi. Dia tak perduli meski kini Ardan menatapnya dengan alis yang berkerut.

Taavi pun tak perduli meski Hugo dan Shoan menyenggolnya di bawah meja untuk menghentikannya meneruskan kata-kata pedasnya.

Dia sudah terlanjur penasaran pada sosok Jefrey yang selalu di bangga banggakan oleh kekasihnya.

Taavi juga hanya ingin memastikan, kira-kira seperti apa tampang dari tipe ideal pilihan Ardan? Apa kelebihannya jika dibandingkan dengan Hugo atau dirinya?

"Jazmi..." Ardan menoleh ke arah sahabatnya setelah bertukar pandang dengan Taavi selama beberapa detik.

"Ya?"

"Sebelum elu ngurusin hubungan gue sama kak Jefrey, lebih baik elu urus dulu pacar elu biar dia gak cemburu." Ardan mengangkat kedua tangannya untuk memegang pundak Jazmi.

Dia berbicara dengan ekspresi wajah yang sangat serius. Ardan mengira Taavi sewot pada mereka karena dia cemburu Jazmi terus-terusan hanya membicarakan tentang Jefrey tanpa memperdulikan kehadirannya.

"Hah? Siapa yang cemburu? Gue?" Taavi bertanya sambil menunjuk ke tahi lalat yang ada di ujung hidungnya sendiri.

"Pftt... Ahahahaha..." Suara gelak tawa Hugo dan Shoan mau tidak mau berhasil membuat Ardan dan Jazmi menoleh ke arah mereka berdua dengan ekspresi penuh tanya.

Tapi sedetik kemudian, tiba-tiba Jazmi ikut tertawa bersama mereka yang tentu saja membuat Ardan semakin kebingungan.

Diantara mereka berlima, sepertinya memang hanya Ardan saja yang tidak mengetahui kalau tidak ada istilah kata cemburu dalam kamus hidup Taavi selama ini.

Taavi tak perduli meski orang yang sedang dia kencani dekat atau lebih mengagumi orang lain daripada dirinya.

Karena dia merasa kalau cemburu itu hanya ada bagi pasangan yang benar-benar berbagi kasih. Bukannya yang iseng untuk mengisi kekosongan seperti dirinya dan Jazmi.

"Apanya yang lucu?" Ardan bertanya dengan nada ketidak sukaan yang terdengar jelas dari tiap suku katanya.

Dia merasa tersinggung karena semua orang seperti sedang menertawakan dirinya.

Sweet Mischief (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang