S.M~18

155 19 12
                                    

(Alurnya lompat jauh ya ㅋㅋㅋ ㅋㅋㅋ)





Sembilan tahun kemudian.

Setelah memarkirkan mobilnya, Ardan berjalan terburu buru memasuki sebuah toko mainan dengan HP yang terjepit diantara kepala dan bahunya, serta kunci mobil dan dompet di masing-masing tangannya.

Dia mendorong pintu kaca itu dengan punggungnya sambil memasukkan kunci dan dompetnya kedalam saku. Mulutnya pun tak berhenti bicara dengan seseorang di seberang telepon sana.

Ardan terus sibuk berputar-putar di dalam toko selama kurang lebih setengah jam hanya untuk membeli beberapa hadiah untuk putri kesayangannya.

Hari ini memang masih hari Kamis. Tapi karena pekerjaannya di pabrik tidak menentukan Sabtu dan Minggu sebagai hari liburnya, Ardan sedang tidak ada kegiatan apapun karena sekarang lah hari liburnya.

Dan karena besok malam adalah perayaan hari ulang tahun putrinya, Ardan sengaja pergi ke toko mainan langganan mereka seorang diri untuk memberinya kejutan.

Begitu dia menemukan apa yang dia inginkan setelah mendapatkan bantuan dari seorang pegawai toko yang sangat ramah dan baik hati, Ardan buru-buru pulang ke rumahnya.

Tapi sebelum pulang, dia mampir dulu ke kedai es krim yang sedang trend untuk bersantai sejenak disana. Memanjakan dirinya sendiri dengan menikmati camilan favoritnya.

Begitu memasuki kedai, Indra penciuman Ardan langsung di anugerahi dengan bau harum manis dari brownies, waffle serta berbagai selai dan kue-kue lainnya yang tersedia disana.

"Hmmm..." Rasanya air liur Ardan bisa langsung menetes saat itu juga kalau dia tidak segera bergerak.

Sejak kecil dia memang pencinta makanan manis. Jadi mau tidak mau matanya langsung berbinar cerah saat dia mendekat pada etalase yang memamerkan berbagai bentuk indah camilan favoritnya.

Ardan menunggu dengan tidak sabar di kursi dekat jendela yang berada di sudut kedai itu. Dia memperhatikan para pejalan kaki yang berlalu lalang di depan kedai sampai pesanannya datang.

Ardan merasa sangat puas saat melihat betapa indahnya tampilan es krim dan kue yang dia pesan. Apalagi saat dia mencicipinya, "emmm..." Rasa manisnya langsung menguar dan lumer memenuhi rongga mulutnya.

Dia terus menikmati makanannya sampai tiba-tiba terasa ada sebuah tangan kecil yang menarik-narik ujung kaosnya.

"Oh, hai..." Dia menunduk untuk bertemu pandang dengan sepasang mata bulat indah yang menatapnya dengan binar cerah.

Ardan mendorong kursinya ke belakang agar dia bisa menatap bocah laki-laki yang berkisar umur dua tahunan itu dengan lebih leluasa.

"Siapa namamu anak tampan? Dan dimana orang tuamu?" Ardan menoleh ke segala arah dalam kedai itu untuk menemukan orang tuanya.

Namun karena dia tidak bisa menemukannya, Ardan kembali menatap ke arah bocah laki-laki itu. "Apa kau belum bisa bicara, anak tampan?"

Bukannya menjawab, anak kecil itu malah menunjuk pada kue di meja Ardan yang tinggal setengah.

"Apa kau menginginkannya?"

Bocah itu langsung mengangguk cepat sebagai jawaban.

"Manis sekali..." Ardan mencubit pipi gembulnya dan mengangkat tubuh mungilnya untuk di pangku.

Lalu dia menyuapinya sambil mengagumi betapa imutnya anak itu ketika makan. Hingga pada suapan yang keempat, tiba-tiba Ardan mendengar seseorang memanggil namanya dari arah belakang tubuhnya.

"Ardan!!!"

Deg...

Ardan seketika membeku. Dia yakin saat ini dia sedang mendengar suara seseorang yang sudah lama menghilang dari kehidupannya.

Sweet Mischief (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang