S.M~19

166 22 10
                                    

Ardan berjalan mengendap-endap diantara kerumunan para tamu undangan. Dia berharap tidak akan ada seorangpun yang menyadari gerakannya hingga dia bisa pergi dengan bebas dari tempat itu.

Ardan lebih berani mengambil resiko di ambek oleh Mesha setelah pesta ulang tahunnya usai, daripada dia harus berhadapan lagi dengan Taavi.

Bukannya Ardan tidak ingin bertemu lagi dengan Taavi karena membencinya. Justru karena Ardan masih sangat mencintainya, makanya dia jadi tidak bisa move on darinya meski hampir satu dasawarsa telah berlalu.

Ardan merasa tidak sanggup menghadapi Taavi yang sudah bahagia dengan kehidupannya sendiri di saat hatinya masih dimiliki oleh Taavi.

Apalagi jika Ardan harus melihat langsung dengan kedua bola matanya saat Taavi sedang tertawa riang dengan anak dan juga istrinya, rasanya hati nya tidak akan mungkin bisa pulih untuk yang kedua kalinya dari kehancurannya saat ini.

"Hah...!!!" Ardan menoleh ke arah Mesha untuk yang terakhir kalinya sebelum dia benar-benar meninggal kan pesta itu.

"Maafkan ayah, sayang... Sebagai laki-laki, ayah terlalu pengecut dan lemah untuk menghadapi kenyataan. Semoga kamu tidak kecewa memiliki ayah sepertiku."

Ardan tersenyum lemah saat melihat kebahagiaan yang terpancar jelas dari raut muka Mesha. Seperti nya anak itu benar-benar menikmati pestanya.

Namun senyuman di sudut bibirnya seketika pudar saat mata bulatnya beradu pandang dengan tatapan curiga Jazmi.

"Mati gue!!" Ardan buru-buru berbalik dan hendak berlari dari sana saat,

"Aaarrgghhh..." Tiba-tiba dia malah menabrak sesosok tubuh laki-laki yang tegap dan gagah, yang Ardan sendiri tidak tahu munculnya darimana.

Ardan memejamkan matanya rapat-rapat dan sudah bersiap-siap untuk merasakan rasa sakit di tulang ekornya, karena tahu pantatnya yang tidak begitu montok itu pasti akan bertabrakan dengan lantai yang keras.

Tapi sebelum tubuhnya terjatuh karena terpental oleh sosok di depannya, Ardan malah merasakan ada sepasang tangan kuat yang menyelamatkannya.

Dia buru-buru membuka matanya hanya untuk terbelalak semakin lebar saat melihat wajah tampan yang sangat Ardan kenal sejak masa-masa SMA nya terpampang jelas di depan matanya.

"Shoan?!!" Teriaknya dengan suara yang cukup nyaring.

"Elu gapapa?"-Shoan

"A-ah ya!!" Ardan segera menegakkan tubuhnya supaya terbebas dari pegangan Shoan setelah menyadari kalau di samping Shoan berdiri seorang wanita yang sangat cantik yang Ardan tahu adalah istrinya.

"Terima kasih." Dia tersenyum canggung ke arah keduanya karena merasa tidak enak dengan bagaimana cara mereka bertemu lagi setelah bertahun-tahun lamanya.

"Sama-sama. Gimana kabar elu? Oh ya, elu masih inget kan sama istri dan anak gue?"

Ardan tertawa saat mendengarnya. Dalam hatinya dia mensyukuri sikap Shoan yang tak pernah berubah padanya walau apapun yang terjadi.

"Ya. Gue inget."

Karena terlalu asyik ngobrol dengan Shoan dan keluarga kecilnya, untuk sejenak Ardan melupakan keinginannya melarikan diri dari sana.

"Ehem..."-Jazmi

Barulah setelah Jazmi berdiri sejajar dengannya, Ardan seolah langsung tersiram oleh dinginnya air kenyataan.

Dia menoleh dengan leher kaku terpatah patah bagai robot ke arah Jazmi sambil memaksakan sesungging senyuman terbit dari bibirnya yang meringis.

"Hai Shoan... Kenapa kalian berdiri di sini saja? Ayo masuk!" Jazmi memang sedang berbicara dengan Shoan dan istrinya, tapi tangannya memegang erat lengan Ardan seakan-akan Jazmi sudah tahu kalau Ardan berniat kabur dari pesta ulang tahun putrinya.

Sweet Mischief (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang