S.M~11

134 27 20
                                    

Jazmi tersenyum senang saat Taavi dengan suka rela menawarkan diri untuk mengantarnya ke toko buku, Setelah dia menceritakan rencananya yang gagal pergi ke sana karena Ardan tiba-tiba membatalkan janji mereka.

Tanpa berpikir ulang, dia langsung mengiyakan tawaran Taavi dan mengajaknya mampir dulu ke rumahnya untuk berganti pakaian dan meninggalkan motornya sendiri disana. Karena dia dan Taavi akan berboncengan ke pusat kota.

Dengan seulas senyuman indah yang tak pernah luntur dari bibir penuhnya, Jazmi terus memeluk erat tubuh Taavi di sepanjang perjalanan mereka dari rumahnya sampai ke toko buku tujuannya.

Dan dia melakukan itu bukan karena Jazmi merasa kedinginan seperti Ardan tadi pagi. Tapi itu karena sudah beberapa waktu mereka tidak pergi berkencan.

Jadi acara dadakan mereka hari ini sudah seperti sebuah kencan yang tak terencana bagi Jazmi.

Lagipula dia sudah sangat merindukan pacar tampannya yang entah karena sedang melakukan apa, tapi beberapa hari belakangan ini dia mendadak jadi sangat sibuk.

Taavi jadi jarang menelponnya. Padahal meski biasanya mereka hanya sesekali pergi kencan di akhir pekan, setidaknya setengah jam dalam sehari, akan ada waktu khusus yang mereka habiskan untuk berbincang-bincang lewat telepon.

Karena waktu kebersamaan mereka di sekolah terasa kurang. Apalagi ketika di sekolah mereka tidak hanya berduaan, jadi ya waktu seperti itu memang mereka butuhkan untuk tetap menjaga bara-bara asmaranya supaya tidak padam.

Berbeda dengan sekarang, Jangankan untuk berteleponan, untuk sekedar membalas pesan chat darinya saja, Taavi jadi sering telat. Meski Jazmi sendiri tidak menaruh curiga padanya. Karena dia tahu persis reputasi Taavi.

Jika Taavi memang sudah bosan dengan dirinya, dia pasti akan memutuskan hubungan mereka. Jadi selama mereka masih berpacaran, itu artinya tidak ada yang perlu Jazmi cemaskan.

.

.

.

.

.

Begitu mereka sampai di depan toko buku setelah menempuh perjalanan yang cukup singkat dari rumah Jazmi, Taavi sudah hampir membelokkan motornya ke halaman parkir toko itu andai saja Jazmi tidak menghentikannya.

"Stop!!!" Jazmi memukul bahu Taavi dengan cukup kencang hingga terdengar bunyi plak.

Ckiiittt...

"Kenapa?!" Taavi bertanya dengan sedikit kesal sambil menoleh kebelakang hanya untuk mendapati Jazmi, kekasihnya yang malah sibuk memperhatikan ke arah yang berlawanan dengan toko buku tujuannya.

"Ardan..." Bukannya menjawab pertanyaan dari Taavi, Jazmi malah mencicit kan nama seseorang yang tanpa dia tahu adalah dalang dari ke-renggangan hubungan mereka.

Deg...

Taavi tertegun seper-sekian detik sebelum sudut bibirnya tiba-tiba sedikit terangkat membentuk seringai licik, saat dia memikirkan mungkin saja ini kesempatan yang akan membuatnya tak sengaja bertemu dengan Ardan. Dan menghabiskan lebih banyak waktu dengannya.

"Ah..." Entah mengapa Taavi jadi semakin bersemangat dengan dada bergemuruh.

"Mana?" Tanyanya sambil mengikuti arah pandang Jazmi.

Namun meski dia telah menyapu hampir seluruh pelosok lokasi itu dengan mata elangnya, Taavi tak bisa menemukan sosok Ardan dimana pun.

Jadi dia berencana untuk memprotes kekasihnya. Tapi sebelum itu terjadi, Jazmi sudah terlebih dulu membuka mulutnya.

Sweet Mischief (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang