S.M~7

154 19 1
                                    

Setelah malam jadiannya dengan Jefrey, ternyata tak ada perubahan yang signifikan pada kehidupan sehari-hari Ardan.

Dia masih tetap tidur sendirian di kamarnya, sarapan hanya berdua saja dengan ayahnya, berangkat sendirian ke sekolahnya, menatap ke luar jendela kelasnya tiap kali ada kesempatan, makan siang dengan Jazmi dan geng pacarnya, bertengkar sedikit dengan Taavi serta tidak boleh main game melebihi jam sebelas malam.

Benar-benar tak ada yang berubah kecuali fakta kalau Jefrey sering menunggunya pulang sekolah dan mengajaknya mengerjakan tugas bersama di suatu tempat, mengiriminya pesan di tengah kesibukannya, mengumandangkan kata-kata mesra sebagai ganti ucapan selamat tidur serta mengajaknya jalan-jalan di akhir pekan.

Yah, setidaknya itulah aktifitas mereka selama sebulan ini.

Ardan yang belum pernah pacaran sama sekali merasa hidupnya sangat sempurna karena memiliki kekasih yang penyayang seperti Jefrey.

Berbeda dengan remaja pada umumnya yang mengajak kekasihnya kencan ke taman taman yang Instagramable, cafe cafe yang sedang kekinian atau tempat-tempat rekreasi lainnya.

Jefrey selalu mengajak Ardan menghabiskan akhir pekannya dengan pergi mengunjungi perpustakaan kota, museum ataupun taman bermain yang lebih di prioritaskan untuk lansia dan anak-anak.

Ardan yang pada dasarnya memang tipe-tipe siswa teladan, tentu tidak masalah dengan pilihan serta gaya pacaran Jefrey. Dia malah senang bisa menambah wawasan dan berbagi pengalaman dengan Jefrey yang sefrekuensi dengannya.

Hanya saja tiap kali dia berbagi pengalaman pacarannya itu dengan sahabatnya, Taavi dan gengnya yang kebetulan mendengarnya selalu mengolok-olok dan mengejek kekasihnya.

Taavi dengan suara tawa kencangnya yang bak petir menggelegar itu akan bertanya pada Ardan. "Apakah pacarmu itu bapak-bapak tua berusia empat puluh tahunan? Kenapa tingkah dan gaya pacarannya tidak mencerminkan ketampanan wajahnya sama sekali? Ahahahaha."

Shoan dengan tawa yang tak kalah kencangnya dengan Taavi akan menyahuti. "Jika di liat dari tubuhnya yang kekar bak atletik profesional, Gue kira do'i akan ngajak elu nge-gym atau olahraga saat kalian pacaran, taunya malah belajar sejarah, ekonomi dan psikologi."

Kalau Hugo masih mending sih. Entah karena dulunya dia pernah suka sama Ardan, atau karena dia pada dasarnya memang orang yang baik, Hugo tak akan berkomentar apapun kecuali hanya menyunggingkan senyuman canggung.

Yang jika diperhatikan dengan seksama, itu terlihat seperti sebuah senyuman perpaduan antara senyum kasihan namun juga merasa tidak enak di waktu yang bersamaan.

Ah, entahlah. Ardan tidak tahu dimana letak kesalahan gaya pacarannya dengan Jefrey. Toh sebenarnya Ardan juga tidak sedang berbagi cerita dengan mereka.

Taavi, Hugo dan Shoan sajalah yang usil mendengarkan percakapannya dengan Jazmi. Lagipula sahabatnya itu juga tak pernah berkomentar negatif tentang Jefrey.

Yang ada malah Jazmi selalu lebih membela Jefrey tiap kali Taavi meledeknya. Padahal yang berstatus sebagai kekasihnya adalah Taavi, bukannya Jefrey.

Ah, ngomong-ngomong soal gaya pacaran, Ardan malah merasa justru gaya pacaran Jazmi dan Taavi lah yang aneh.

Padahal mereka berpacaran hampir sebulan lebih awal daripada Ardan dengan Jefrey, tapi Ardan jarang sekali mendengar Jazmi bercerita tentang kencannya dengan Taavi. Hampir tidak pernah malah.

Meski harus Ardan akui, kalau sekarang Jazmi bertahan lebih lama pacaran dengan Taavi daripada dengan pacar-pacar terdahulunya.

Padahal biasanya kalau sudah mencapai usia pacaran sebulan, akan banyak keluhan yang Jazmi lontarkan padanya tentang pacar-pacarnya.

Sweet Mischief (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang