06 || Mengkaji Tanya

84 8 0
                                    

Ghazi meminta libur shift di hari Sabtu ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ghazi meminta libur shift di hari Sabtu ini. Setelah menanti kabar dari Ustaz Ilham, akhirnya proses taaruf akan kembali berlanjut dengan pertemuan keluarga untuk pertama kalinya. Biasanya, di pertemuan pertama masing-masing pihak dipersilakan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait CV yang sudah diterima. Tentunya, pertanyaan itu ditujukan untuk menguatkan keyakinan melanjutkan proses taaruf. Kecuali, dalam prosesnya ada hal-hal yang kurang cocok sehingga membuat salah satu atau kedua pihak bisa memutuskan untuk tidak melanjutkan proses.

Lelaki yang pernah dua kali gagal taaruf ini ingin mempersiapkan sebaik mungkin. Ia tidak ingin ada kegagalan berikutnya yang akan membuat ibunya kecewa. Sebenarnya ia tahu bahwa ibunya akan siap menerima apa pun hasil dari proses yang dijalani. Namun, sebagai seorang anak yang ingin melihat kelegaan dalam wajah seorang ibu, Ghazi tentu saja ingin agar proses kali ini berhasil dengan baik dan rida dari kedua belah pihak.

Di kamar, Ghazi sulit berkonsentrasi. Pikirannya justru lebih sering terdistraksi dengan berbagai hal sehingga lelaki ini pun memutuskan untuk menepi sejenak ke sebuah kafe di dekat stasiun. Ibunya pun mengizinkan dengan syarat sepulang nanti ia melapor hasil pemikirannya pada sang ibu agar mereka bisa seia sepaham untuk persiapan besok.

Aroma kopi semerbak menggelitik hidup Ghazi saat ia membuka pintu kafe. Sebenarnya, ia bukan pecinta kopi. Hanya saja, sepertinya untuk saat seperti ini ia perlu memacu adrenalin dan meningkatkan konsentrasinya agar lebih kritis dari berbagai sisi. Ia pernah membaca bahwa kopi bisa meningkatkan kewaspadaan dan konsentrasi jika diminum dalam batas wajar.

Meski Ghazi masih ambigu dengan "batas wajar" yang dimaksud, tak ada salahnya minum kopi sekali dua kali dalam setahun.

"Americano satu, ya, Mas," pesannya pada barista yang melayani di depan konter.

"Ghazi?"

Suara serak seorang lelaki membuat Ghazi membalikkan badan. "Farel?"

"Wah, beneran Ghazi ternyata. Apa kabar, bro?"

Ghazi menyambut uluran tangan Farel dan mereka berpelukan sambil menepuk bahu satu sama lain.

"Lama banget kita nggak ketemu. Terakhir kapan, ya? Perpisahan SMA?"

"Iya, habis itu kita sibuk masing-masing di kampus masing-masing," sahut Ghazi dengan senyum lebar di wajahnya.

"Sibuk apa sekarang?" Farel ikut memesan kopi.

"Jadi masinis."

"Serius? Bukannya dulu lo ambil ekonomi, ya? Apa bisnis, sih? Lupa gue."

Ghazi tertawa. "Ya, gitulah. Panjang ceritanya. Kebetulan banget kita ketemu di sini. Ada janji sama orang apa gimana, nih?"

"Oh, iya. Mau ketemu adek gue."

"Ketemu? Emang tiap hari nggak ketemu?"

Farel tersenyum meledek. "Gue udah nikah, bro. Sekarang domisili Jaksel. Lo gimana? Nggak yakin gue kalo lo belum nikah."

CommuterLove ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang