04 || Gagal Taaruf

119 13 0
                                    

"Laki-laki punya hak memilih dan perempuan punya hak menolak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Laki-laki punya hak memilih dan perempuan punya hak menolak."

***

Ghazi menyelesaikan salat duhanya pada rakaat keempat. Di akhir pekan, ia selalu menyempatkan diri untuk hadir dalam pertemuan rutin kelompok pengajian bersama Ustaz Ilham dan siangnya kembali shift di kereta. Sejak subuh tadi, pikirannya sudah dipenuhi dengan beragam pertanyaan dan kecemasan. Terlebih saat ia, akhirnya, mencoba menguatkan keyakinan untuk kembali menjalani taaruf menuju pernikahan—sesuai harapan sang ibu.

Lelaki berkemeja biru itu datang lebih awal dari waktu perjanjian karena ingin berbincang hal privat dengan ustaznya. Namun, hingga selesai salat duha dan mengaji dua lembar Al-Quran, ustaznya itu belum tampak juga.

Ghazi coba mengecek ponselnya. Ternyata, Ustaz Ilham mengabari bahwa akan terlambat beberapa menit karena harus mengantar istrinya ke dokter dulu. Jika dilihat dari waktu pesan masuk, seharusnya tak lama lagi Ustaz Ilham tiba dan Ghazi hanya punya waktu sekitar 20 menit sebelum pengajian rutin kelompoknya dimulai.

Map bening berisi biodata lengkap seorang perempuan—yang ia temui di sela pintu kereta beberapa waktu lalu—diambil Ghazi dari dalam tasnya. Ia kembali membaca isinya yang mungkin sudah menjadi kali keempat diulang. Selain biodata perempuan tersebut, ada beberapa berkas biodata perempuan lain yang diajukan oleh Ustaz Ilham karena, kata beliau, ada beberapa CV yang masuk ditujukan kepada Ghazi secara langsung.

Namun demikian, entah mengapa, setelah istikharah, hati Ghazi masih tetap condong kepada perempuan yang menabraknya di depan pintu kereta itu.

"Assalamualaikum, Ghazi. Afwan, udah nunggu lama?" Seorang pria berbaju batik duduk di samping kanan Ghazi sambil mengulurkan tangan.

Ghazi menjabat tangan itu erat. "Waalaikumsalam, Mas. Nggak begitu lama, kok."

Ghazi memang terbiasa memanggil Ustaz Ilham dengan panggilan Mas karena dulu beliau mengenalkan diri seperti itu. Setelah berbasa-basi ringan perihal kabar, sampailah pada topik utama tentang berkas-berkas biodata yang sampai di tangan Ghazi. Beberapa biodata ia kembalikan pada Ustaz Ilham karena khawatir keyakinannya goyah jika semua berkas itu ada di tangannya.

"Biar fokus ke satu dulu, Mas," ucap Ghazi disertai anggukan dari Ustaz Ilham.

"Betul, sebaiknya memang demikian sampai kita terima jawaban dari akhwat yang kamu pilih. Kok, ya, pas banget ada tiga CV lain yang langsung ditujukan ke kamu," ujar Ustad Ilham sambil tersenyum tipis.

"Nggak apa-apa, kan, kalau saya kembalikan dulu yang lainnya?"

Ustaz Ilham mengangguk. "Laki-laki punya hak pilih dari data dan tawaran yang masuk padanya, sedangkan perempuan punya hak menolak tawaran yang datang padanya. Walau Mas tau kamu pasti sudah paham soal ini, tetap Mas ingatkan dan kamu tetap bersiap atas segala kemungkinan, ya."

CommuterLove ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang