20 || Perpisahan

82 9 0
                                    

Nana dan Ghazi kelelahan usai acara pernikahan dan temu keluarga besar hingga larut malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nana dan Ghazi kelelahan usai acara pernikahan dan temu keluarga besar hingga larut malam. Meski rumah keduanya masih satu kota, keluarnya Nana dari rumah orang tuanya untuk berpindah ke rumah Ghazi sukses membuat orang tua Nana berkaca-kaca. Bahkan hingga acara selesai, mereka masih tidak percaya bahwa anak perempuannya, anak bungsunya, sudah diambil alih oleh orang lain.

Untungnya, banyak keluarga dari orang tua Nana yang masih akan menginap di Bogor selama beberapa hari sehingga orang tua Nana tidak lantas sendiri selepas kepergiannya. Lagi pula, Farel dan istrinya pun masih memilih untuk menginap di Bogor dulu karena sama lelahnya.

Tepat saat azan subuh berkumandang, Nana mengerjapkan matanya. Awalnya, ia tidak merasa ada yang aneh karena saat terbangun, dirinya memeluk guling di atas kasur single bed seperti di rumahnya. Namun, saat matanya benar-benar terbuka, perempuan dengan baju tidur berwarna biru laut ini menyadari bahwa ini bukan kamarnya. Memori akan pernikahannya kemarin pun terlintas dalam benak.

Nana terkejut saat dirinya akan berdiri, justru hampir menendang seorang lelaki yang masih tertidur pulas di lantai beralaskan kasur lipat. Badannya meringkuk dengan sarung yang menutupi badannya hingga hidung, tetapi tidak sampai menutup kaki.

Keraguan untuk membangunkan malah membuat Nana tersipu. Ia mampu merasakan pipinya memerah hanya dengan melihat setengah wajah Ghazi yang kini telah resmi menjadi suaminya. Jantungnya tiba-tiba berdebar dan keringat dingin terasa di punggungnya. Nana pun berjongkok di samping Ghazi dan memegang pundak lelaki itu perlahan.

"Mas Ghazi, bangun, Mas. Subuh."

Tidak ada respons dari lelaki di hadapannya itu. Tampaknya, Ghazi benar-benar lelah. Seingat Nana, saat ia sudah beranjak ke kasur, Ghazi masih membereskan beberapa hal di dapur dan entah apa lagi. Dirinya pun terlelap dalam hitungan detik karena memang sudah kehabisan energi untuk bersosialisasi dan menyambut tamu.

"Mas, subuhan, yuk." Kali ini, Nana sedikit mengguncangkan tubuh suaminya. Ia menghela napas lega saat mendapatkan respons.

Ghazi mengerutkan dahi dan mengedipkan matanya beberapa kali. Mulutnya menguap dan ia meregangkan tangan ke atas. Saat matanya beradu tatap dengan Nana, tiba-tiba ia bangun dan menegakkan badan. "Astaghfirullah."

Nana mengerutkan dahi. "Kaget, ya, udah ada cewek yang bangunin?" ujarnya sambil tersenyum meledek.

Seperti Nana, tampaknya Ghazi pun sedikit lupa bahwa baru saja kemarin keduanya resmi menjadi suami istri. Memorinya saat ia mengucapkan ijab kabul terlintas dalam benak dan membuat matanya mengedip beberapa kali lagi sambil menatap perempuan berambut sebahu di hadapannya. Ghazi pun tertawa lirih.

"Kok ketawa?"

"Aneh aja," ujar Ghazi sambil menyembunyikan wajah yang tersipu.

"Aneh karena ada perempuan di kamar Mas?"

Ghazi mengangguk. "Udah subuh, ya? Wudu dulu aja, Na. Biar Mas yang bangunin Ibu."

Nana pun menurut. Ia berjalan ke arah dapur dan masuk ke kamar mandi yang ada di samping dapur. Setelah berwudu, Nana menyusul Ghazi ke kamar ibu mertuanya dan melihat Ghazi yang berdiri di depan kamar mandi sambil menyandarkan kepala ke tembok.

CommuterLove ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang