17 || Masa Lalu

65 8 0
                                    

Beberapa hari ini, ibu Ghazi sudah mulai bisa menerima rawat jalan di rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari ini, ibu Ghazi sudah mulai bisa menerima rawat jalan di rumah. Ghazi yang shift setengah hari, sejak pagi sudah menyiapkan makanan, obat-obatan, dan beberapa kebutuhan sang ibu yang lain. Meski ia berpesan agar ibunya tidak banyak bergerak dulu agar tidak kelelahan, dirinya tahu bahwa ibunya akan tetap melakukan sesuatu di rumah. Namun, setidaknya untuk hal berat seperti menyiapkan masakan, piring kotor, dan kebersihan rumah sudah mulai Ghazi kerjakan sejak lepas subuh.

Beberapa hari di rumah juga ibu Ghazi sering menanyakan proses persiapan pernikahannya. Sering kali Ghazi hanya menjawab bahwa semua baik-baik saja dan sejauh ini masih dalam proses persiapan. Ia memberitahukan tentang panitia pernikahan yang direkrut dari wedding organizer pilihan Nana dan bersama ibunya menyusun daftar tamu yang ingin diundang.

Biasanya, memang semudah itu memberikan informasi pada ibunya. Akan tetapi, saat ibunya bertanya terkait tempat acara, Ghazi masih menjawab belum pasti karena sedang dicari. Ia masih sulit untuk memberitahu ibunya tentang tawaran yang diberikan kepala stasiun. Sudah tiga hari ini ia berusaha mencari tempat lain setiap selesai shift. Pulang sebentar, memastikan keadaan ibunya, lalu keluar lagi untuk mengunjungi beberapa venue rekomendasi dari internet dan teman masinisnya yang pernah kondangan di Bogor.

Namun, hingga hari keempat, Ghazi masih belum menemukan venue yang pas di-budget dan pas di kebutuhan. Pikirannya masih tertuju pada tawaran dari kepala stasiun karena harga yang sangat miring, tetapi syaratnya pun bukan main-main.

"Bun." Ghazi mendekati ibunya selepas mereka salat isya. Tampaknya, memang ia perlu berunding dan meminta persetujuan sang ibu.

Nuri hanya menatap putranya dengan lembut.

"Kalo Ghazi jadi masinis kereta jarak jauh, menurut Bunda gimana?" tanya lelaki berambut hitam ini dengan terbata-bata.

Melihat ibunya yang tidak langsung merespons, jantung Ghazi mulai berdebar tak karuan. Salah satu alasan dirinya menjadi KRL, selain agar bisa menjaga ibunya setiap hari juga karena ada trauma dari diri sang ibu yang enggan mengizinkannya berkereta jarak jauh. Kekhawatiran mengalami kejadian yang sama dengan ayah dan ibunya saat perjalanan dengan kereta sungguh menghantui kedua ibu dan anak ini.

Setelah mengalihkan pandangan mata dari putranya, Nuri akhirnya kembali menatap Ghazi dengan tatapan yang berkaca-kaca. "Kenapa memangnya?"

Hal yang disyukuri oleh Ghazi adalah sifat ibunya yang tidak pernah menghakimi pertanyaan atau keinginannya tanpa menanyakan alasan. Ketika keduanya membahas hal serius yang menyangkut hati masing-masing, pertanyaan berkaitan dengan alasan akan digali lebih dalam agar keduanya sama-sama mengerti sudut pandang masing-masing. Jika alasannya logis dan bisa diterima sebagai sebuah urgensi, ibunya akan menerima keputusan dan menjawab pertanyaannya dengan senang hati. Namun, jika alasannya terasa sekadar lalu dan tidak begitu penting untuk dijawab, ibunya hanya akan mengalihkan pembicaraan dengan kalimat mujarab, "Belum saatnya kamu tau."

CommuterLove ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang