03 || Penolakan

134 14 3
                                    

"Tapi, Bapak juga nggak yakin dengan proses taaruf itu, Na

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tapi, Bapak juga nggak yakin dengan proses taaruf itu, Na."

***

Es kopi susu yang dipesan Nana sudah berkurang seperempat, tetapi sosok yang ditunggunya belum tiba juga. Kejenuhan selepas menyelesaikan revisi desain semalam suntuk membuatnya terpikir untuk menyegarkan diri sejenak dengan bertemu dengan Kyle, teman dekatnya sejak kuliah yang juga pernah menjadi rekan di biro arsitek setahun lalu.

Mata Nana memandang jauh ke luar jendela. Kursi di dekat jendela memang selalu jadi andalannya setiap kali ke kafe mana pun. Mau tidak mau, imajinasinya melayang memikirkan CV-nya yang juga melayang entah ke mana. Meski semalam akhirnya ia mengirimkan berkas itu via surel ke ustazahnya, tetap saja ada rasa was-was yang hadir memikirkan kemungkinan-kemungkinan dari hilangnya dokumen rahasia tentang hidupnya itu.

Tentu saja Nana berharap dokumen itu hancur saja terlibas kereta atau karena hujan deras sore kemarin. Akan tetapi, pikirannya yang sering berimajinasi tentang takdir dan segala kebetulan juga berharap ada pangeran saleh yang menemukan dokumen itu, yang ternyata menjadi jodohnya di masa depan.

"Duh, mikir apa, sih, Na!" gerutunya sambil menghela napas panjang.

"Hayo! Lagi mikir yang enggak-enggak, ya?"

Nana menoleh ke suara cempreng yang terdengar dari sampingnya. "Jam berapa ini, heh? Janjian jam 11, ini udah mau zuhur baru dateng. Kebiasaan."

"Ululu, ngambek. Maafin. Tadi pas mau berangkat disuruh kirim LPJ proyekan dulu." Perempuan berambut pendek itu duduk di hadapan Nana. "Ngeselin banget, udah gue kirim kemaren, langsung pas kelar semuanya. Masa katanya belom masuk!"

"Siapa? Pak Tomo?"

"Iye. Biasalah, generasi boomers, rada gaptek."

"Hush, mulutnya."

Nana bersyukur, saat ia butuh Kyle untuk menemaninya mengurai pikiran-pikiran ruwet secara langsung, sahabatnya itu baru saja selesai proyek di biro. Biasanya, biro akan memberi waktu istirahat 2-3 hari pasca proyek sebelum mereka mulai mengurus proyek baru. Alasannya, supaya pegawai bisa selalu dalam kondisi prima setiap memulai hal baru. Sungguh prinsip yang sangat disukai Nana. Namun, dengan terpaksa ia harus keluar dari sana jika ingin menjauh dari lelaki yang membuatnya mogok makan berhari-hari.

"Jadi, gimana? Ada yang nemuin CV lo?" Kyle sudah tahu kejadian hilangnya dokumen penting Nana tepat saat Nana menyelesaikan urusannya dengan ustazahnya. Hari ini, Nana menjanjikan cerita lebih lengkap tentang bayangan-bayangan yang masih mengusik pikiran.

"Enggaklah. Semoga aja nggak ada, sih. Takut dipake yang aneh-aneh."

"Lagian, lo ngapain pakai taaruf-taaruf segala, sih? Mentang-mentang berhijab, jadi anti pacaran, nih?"

"Ya, gimana. Kamu, kan, tau dulu pacaran bikin aku jadi kayak gimana. Udah cukup kejadian sama Dika jadi yang pertama dan terakhir."

Kyle tertawa mengejek. "Fix, harusnya lo lebih banyak pengalaman pacaran. Baru sekali diselingkuhin udah lembek. Gue, dong, punya mantan 8 aja masih nggak kapok."

CommuterLove ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang