3.5

3.7K 249 3
                                    

Riel memasuki kamarnya yang bernuansa putih emas yang terkesan mewah. Ia berjalan menuju sebuah meja kecil di samping tempat tidur, mengambil sebuah bingkai foto dua orang pria yang satu sedang duduk dan satunya berdiri di sampingnya. Tetesan air mata membasahi wajahnya yang putih bersih itu.

 Tetesan air mata membasahi wajahnya yang putih bersih itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sedikit gambaran potretnya


sebuah pintu terbuka, terpampang Kiel dan Ziel berdiri di ambang pintu sembari melihat Riel yang. sedang memandangi sebuah bingkai foto. mereka mendekat.

"kau masih memikirkannya?" ucap Kiel

"aku ingin bertemu dengannya, tolong cari dia lagi." balas Riel sendu.

"dia udah mati el, kau harus sadar." balas Ziel.

"dia belum mati, Ziel." bentak Riel

"dia udah pasti mati el." kini ucap Kiel dengan lembut.

"dia belum mati, dia belum mati. Dia udah janji bakal selalu ada untukku, dia janji ngga bakal ninggalin aku, dia janji gak akan mati sebelum aku el. aku belum mati itu artinya dia juga belum mati, dia masih hidup di suatu tempat, menunggu aku menemukannya. dia pasti juga sedang mencari ku." sendu Riel sambil mengelus foto itu.

"tolong relakan dia Kiel. dia akan sedih melihat mu seperti ini di atas sana." jelas Kiel

Riel mengeratkan tangannya pada bingkai foto tersebut. Dengan amarah dia melempar foto itu ke samping hingga pecah, membuat Kiel dan Ziel terkejut. Para pelayan yang mendengar suara pecahan bergegas menuju kamar milik Riel begitu pula sang daddy.

seorang pelayan masuk berniat untuk membersihkan pecahan kaca tersebut sebelum melukai tuanya.

"jangan sentuh foto itu." ucap Riel dengan nada berat membuat pelayan tersebut mengurungkan niatnya dan kembali.

"ada apa ini?" ucap Harry melihat keributan di kamar Riel. Ia langsung paham ketika melihat sebuah bingkai yang sudah pecah itu.

"kau masih belum merelakannya Riel?"

"apa daddy juga begitu? dia belum mati daddy. kalian semua sama." teriak Riel kalap.

"Riel sadar." bentak Harry.

kini Riel terdiam. Ia mendekati pecahan bingkai tersebut untuk mengambil fotonya. Jarinya sedikit tergores oleh pecahan kaca tersebut.

"daddy membentakku?" tanya Riel.

"tidak, daddy minta maaf Riel. Daddy kelepasan." ucap Harry.

"oke aku akan merelakannya." balas Riel membuat mereka tersenyum.

"tapi.."

"tapi apa el?" tanya Kiel.

"temukan dulu jasadnya agar aku percaya. TEMUKAN JASADNYA WALAU ITU TINGGAL SEBUAH TULANG. kalau kalian ingin aku merelakannya kerahkan anak buah kalian untuk mencari jasadnya. kalian pandai dalam menemukan orang kan. GUNAKAN ITU." ucap Riel dengan tatapan menyala.

"itu mustahil el, dia masuk jurang terlalu dalam yang kebanyakan para jasad tidak di temukan di jurang itu." ucap Ziel.

"apa peduliku? aku ingin menemukan jasadnya walau tinggal tulang. Jika kalian tidak ingin membantu maka jangan menghalangi ku. aku masih mampu dengan kekuatan ku sendiri. MILIKKU SUDAH SEHARUSNYA KEMBALI KEPADAKU."

"bukankah di jurang itulah kalian membuang para tikus tidak berguna itu? kalian pikir aku bakal rela jasadnya bersama tikus itu?"

"kalian sendiri paham kan. Sesuatu yang sudah kumiliki akan mutlak menjadi milikku sampai aku membuangnya sendiri. bahkan bangkai pun akan tetap ku simpan  jika aku masih menginginkannya."
ucapnya panjang lebar.

***

hehe bikin sedikit side story
siapa 'dia' ?
seseorang yang penting bagi Riel

Mafia TripletsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang